Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tagar #LGBT Kristen Gray, Benarkah Bali Ramah bagi Queer?

20 Januari 2021   14:09 Diperbarui: 20 Januari 2021   14:26 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar Lonely Planet. | lonelyplanet.com

Kedua insan yang tengah dimabuk cinta itu ialah seorang pria WNI dan WNA asal Prancis. Tanpa ada sedikitpun rasa malu, kedua pria itu mengumbar kemesraan. Ia hanya terdiam menyaksikan mereka.

Ternyata, bukan sekali dua kali saja ia mengantar penumpang yang memiliki orientasi seksual sesama jenis. Saking banyaknya, Wayan bahkan tak mampu mengingatnya.

Sebagaimana penuturan Wayan, di area Seminyak, terdapat jajaran klub dan bar yang menjadi tujuan favorit mereka.

Bagi masyarakat Bali, area itu memang terkenal sebagai tempat berkumpulnya kaum LGBT. Setidaknya terdapat empat tujuan hiburan yang dikhususkan untuk memanjakan mereka. Tak jauh dari sana, ada pantai Doublesix yang juga dikenal sebagai tempat nongkrong kaum LGBT.

Aktivitas LGBT di Seminyak. 2016 Merdeka.com
Aktivitas LGBT di Seminyak. 2016 Merdeka.com
Sementara bagi Wayan, begitulah Bali, tujuan wisata tersohor sekaligus surga bagi kaum LGBT. Mereka seolah bebas untuk melakukan apa saja selama tidak melanggar aturan (hukum). Termasuk urusan seks, Bali bisa dikatakan cukup akomodatif dan toleran.

Pemilihan Bali sebagai area berkumpul komunitas tersebut bukan tanpa sebab. Masyarakat Bali tak pernah melakukan diskriminasi kepada mereka. Selain itu,  sebagian besar penduduk Bali juga tak mengenal Homofobia.

Mereka tak pernah mempermasalahkan eksistensi dan aktivitas kaum LGBT di sana. Mereka sangat menjunjung tinggi kebebasan dan toleransi selama tidak merusak norma dan hukum adat.

"Gay dibiarkan yang penting tidak keluarga mereka (warga Bali) yang diusik," kata tokoh adat Bali, I Gusti Agung Ngurah Harta (Merdeka.com).

Tidak adanya penolakan masyarakat Bali terhadap kehadiran komunitas LGBT juga didasarkan pada fakta bahwa Bali adalah pusat akulturasi bermacam budaya dan suku bangsa. Di samping itu, mereka juga diuntungkan oleh kehadiran wisatawan mancanegara yang akan mendongkrak pendapatan warga dari sektor pariwisata.

Kaum LGBT mempunyai kebutuhan gaya hidup dengan melakukan perjananan ke beragam destinasi sebagai budaya yang wajib dipraktikkan sekaligus merupakan bentuk eksistensi kelompoknya. Mereka bisa menjadi ceruk pasar yang potensial dan masif bagi sektor pariwisata.

Industri pariwisata di Bali, menawarkan keramahan, pelayanan prima, dan tidak memandang orientasi seksual pelanggan mereka, tidak terkecuali kaum LGBT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun