Lucunya, dalam kapasitas sebagai pejabat negara sekalipun, inferioritas semacam itu masih kerap ditemukan. Bukan hal yang mengejutkan kala pejabat negeri ini lebih memilih tenaga asing yang mereka nilai lebih "jago" meski ada tenaga lokal yang tak kalah mumpuni. Padahal, justru mereka sendirilah yang selama ini telah mengkampanyekan "revolusi mental".
Oleh sebab itu, sebagai upaya nyata guna membebaskan diri dari berbagai bentuk neo-kolonialisme, revolusi mental perlu dilakukan, baik di level negara maupun individu tanpa pemgecualian.
Dibutukan optimisme yang sangat tinggi bahwa warga negara Indonesia juga bisa melakukan apa yang warga negara asing bisa lakukan dengan sama baiknya atau bahkan jauh lebih baik.
Dalam magnum opus-nya yang bertajuk Beginning Postcolonialism, Peter Barry menyarankan tiga poin krusial bagi para generasi penerus bangsa saat menyikapi kehidupan di era postkolonial.
Salah satunya bisa dilakukan dengan cara membangkitkan kesadaran ilmiah untuk menggemakan penolakan terhadap klaim universal Barat yang cenderung menilai bangsa Timur sebagai irasional, amoral, dan inferior.
Agaknya, kita perlu untuk menyuarakan wacana post-kolonial guna membangun kesadaran masyarakat atas hegemoni kaum penjajah beserta keturunannya.
Di zaman modern, penyuaraan wacana post-kolonial memiliki relevansi logis guna melakukan revolusi mental untuk melawan segala bentuk penjajahan baru yang bersifat ideologis dan simbolik.
Warga negara Indonesia mulai saat ini harus sadar diri sebagai bangsa unggul, kita harus bangga atas identitas kita di dunia internasional. Sejatinya, mereka sama dengan manusia lainnya. Kita tak perlu lagi merasa inferior. Tiga setengah abad sudah sangat melelahkan. Cukup!
Dalam buku bertajuk WNI Dilarang Baca!, Christophe Dorigne-Thomson, tanpa sedikitpun keraguan mengatakan, "Saya yakin Indonesia bisa maju". Optimisme warga negara asing itu seolah tengah menampar akal sehat kita sebagai WNI.
Seorang bule Prancis-Inggris saja bisa optimis. Kenapa kita yang warga negara Indonesia sendiri malah sering pesimis dan merasa inferior?
Sudah saatnya kita semua melenyapkan mental inferior warisan era penjajahan dan menjadi TUAN di negeri sendiri!