Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Paradoks "Football Betting", Antara Berkah dan Wabah

24 Desember 2020   23:25 Diperbarui: 25 Desember 2020   11:29 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, terdapat sekira 430.000 orang telah menjadi pecandu berat judi. Angka itu telah tumbuh secara dramatis selama beberapa tahun terakhir. Hal yang pada akhirnya menjadi biang atas penurunan kondisi finansial masyarakat.

Setelahnya, The Guardian melaporkan, ada dana masyarakat hingga mencapai 14,4 miliar paun yang menguap begitu saja dari meja perjudian Inggris antara April 2017 sampai Maret 2018 atau naik 1,6 miliar paun dari tahun sebelumnya.

Nominal yang terlampau fantastis, yang berhasil membuat mereka menjadi salah satu kekuatan ekonomi paling dominan dalam sepak bola. Penetrasi perusahaan judi yang berwujud kemitraan sponsor, berkontribusi sekitar 70 juta paun per musim di Liga Inggris saja.

Hubungan itu telah terjalin begitu lama sehingga membuat klub-klub merasa dimanjakan oleh uang "haram" dengan nominal besar. Kini mereka kesulitan untuk lepas dari pelukan rumah judi.

Klub-klub peserta Premier League dan Championship berpotensi kehilangan pendapatan mencapai 110 juta paun per tahun jika pemerintah Inggris melarang rumah judi untuk mensponsori mereka.

Regulasi Terkait Judi
Keberadaan rumah judi sebagai sponsor klub sempat memicu polemik. Diskursus tersebut disebabkan oleh otoritas Inggris yang kini tengah meninjau ulang regulasi tentang perjudian.

Sejak 2005, perjudian seolah dibebaskan begitu saja tanpa adanya pembatasan, meski sebelumnya telah dibatasi secara ketat. Salah satu penyebab peninjauan ulang itu adalah kasus kecanduan judi yang sedang merebak di sana. Terlebih lagi, kemajuan teknologi juga membuat perjudian semakin mudah diakses.

Pada awal tahun 2020 ini, Majelis Tinggi Britania Raya (House of Lords) membuat sebuah rekomendasi bahwa bukan hanya sponsor pada kostum tim sepak bola saja yang harus dilarang tahun 2023, tetapi juga tidak mengijinkan adanya iklan judi apapun di seluruh aktivitas olahraga.

Jika rekomendasi tersebut diterima dan diberlakukan, maka ada rentang waktu tiga tahun bagi tim-tim di Inggris untuk segera berinovasi dalam mencari opsi pendanaan lain di luar jagat perjudian.

Otoritas sepak bola sejagat pun mengatur mengenai judi pada Kode Etik FIFA pasal 26, yang mengharamkan keterlibatan para pemain, wasit, pelatih, dan ofisial klub dalam perjudian sepak bola, baik secara langsung maupun tak langsung. Meski begitu, tidak ada larangan rumah judi untuk mensponsori klub.

Sementara di Indonesia sendiri. Aturan yang melarang rumah judi, baik daring maupun luring, sebagai sponsor klub sepak bola baru lahir Februari 2020 lalu dalam surat bernomor 103/LIB/II/2020.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun