Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Damir Desnica, Seniman Sepak Bola yang "Mendengar" dengan Kakinya

4 Desember 2020   20:15 Diperbarui: 2 Desember 2021   20:09 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Damir Desnica diganjar kartu merah (akumulasi 2 kartu kuning) dalam laga versus Real Madrid di UEFA Cup 1983/84 karena dianggap protes berlebihan kepada wasit meski ia tuna rungu dan tuna wicara. | Marca.com

Sejatinya Desnica tidak sendirian. Dalam atmosfir laga yang dipenuhi riuh sorak-sorai pendukung di tribun, suara antara pemain dan pelatih akan sulit didengar. Dalam konteks itu semua pesepak bola sama. Mereka semua merasakan betapa sulit berkomunikasi dalam situasi itu.

Selain tunarungu, ia juga tunawicara. Namun, hambatan terbesarnya sebagai pesepak bola lebih banyak disebabkan karena keterbatasan Desnica dalam hal pendengaran seperti apa yang menimpa dirinya kala bersua Real Madrid di ajang UEFA Cup musim 1983/84.

Skandal paling kontroversial di dunia sepak bola terjadi dalam laga tersebut. Desnica mendapat perlakuan tidak adil dari wasit asal Belgia, Roger Schoeters, yang memimpin laga. Akibat insiden itu pula akhirnya Schoeters dicekal seumur hidup oleh UEFA.

Damir Desnica diganjar kartu merah (akumulasi 2 kartu kuning) dalam laga versus Real Madrid di UEFA Cup 1983/84 karena dianggap protes berlebihan kepada wasit meski ia tuna rungu dan tuna wicara. | Marca.com
Damir Desnica diganjar kartu merah (akumulasi 2 kartu kuning) dalam laga versus Real Madrid di UEFA Cup 1983/84 karena dianggap protes berlebihan kepada wasit meski ia tuna rungu dan tuna wicara. | Marca.com
Desnica diganjar 2 kartu kuning secara beruntun dalam waktu yang berdekatan. Kartu kuning pertama ia terima karena terus bermain meskipun Schoeters telah meniup peluit akibat terjadi pelanggaran untuk El Real. Sementara kartu kuning kedua dikeluarkan dengan alasan yang terlampau absurd. Ia dinilai melakukan protes terlalu berlebihan.

Kartu kuning pertama mungkin sedikit masuk akal, karena sekalipun Desnica tuli, ia bisa melihat gerak tangan wasit sebagai isyarat terjadinya pelanggaran. Pemberian kartu kuning keduanya yang menjadi persoalan. Bagaimana mungkin seorang tunawicara mampu melakukan protes verbal sehingga membuat wasit tersinggung? Tentu sangat sulit dicerna akal sehat!

"Saya dikeluarkan secara tidak adil dan dia (wasit) menggunakan semua teknik yang mungkin guna menghentikan kami menang." Tulis Desnica kepada Cadena.

Usai diusirnya Desnica, El Real berhasil mencetak dua gol yang dibutuhkan guna menyingkirkan Rijeka. Akhirnya, mereka melenggang mulus dengan agregat 4-3 dan keluar sebagai juara usai membekuk klub asal Hungaria, Videoton 2-0.

Demir Desnica memang cukup asing bagi publik sepak bola. Namanya tidak tercatat dalam daftar pesepak bola elite dunia. Namun, riwayat hidupnya mengandung kisah yang selalu layak untuk dituturkan.

Meski memiliki keterbatasan, semangat Desnica untuk mengejar mimpi tidak pernah surut. Ia telah membuktikan diri bahwa kekurangan yang dimilikinya tak bisa membatasinya guna meraih prestasi.

Pada akhirnya sepak bola adalah bahasa universal. Tak harus mampu mendengar serta mengucap untuk memahaminya, bahkan memainkannya seperti Desnica.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun