Sejatinya Desnica tidak sendirian. Dalam atmosfir laga yang dipenuhi riuh sorak-sorai pendukung di tribun, suara antara pemain dan pelatih akan sulit didengar. Dalam konteks itu semua pesepak bola sama. Mereka semua merasakan betapa sulit berkomunikasi dalam situasi itu.
Selain tunarungu, ia juga tunawicara. Namun, hambatan terbesarnya sebagai pesepak bola lebih banyak disebabkan karena keterbatasan Desnica dalam hal pendengaran seperti apa yang menimpa dirinya kala bersua Real Madrid di ajang UEFA Cup musim 1983/84.
Skandal paling kontroversial di dunia sepak bola terjadi dalam laga tersebut. Desnica mendapat perlakuan tidak adil dari wasit asal Belgia, Roger Schoeters, yang memimpin laga. Akibat insiden itu pula akhirnya Schoeters dicekal seumur hidup oleh UEFA.
Kartu kuning pertama mungkin sedikit masuk akal, karena sekalipun Desnica tuli, ia bisa melihat gerak tangan wasit sebagai isyarat terjadinya pelanggaran. Pemberian kartu kuning keduanya yang menjadi persoalan. Bagaimana mungkin seorang tunawicara mampu melakukan protes verbal sehingga membuat wasit tersinggung? Tentu sangat sulit dicerna akal sehat!
"Saya dikeluarkan secara tidak adil dan dia (wasit) menggunakan semua teknik yang mungkin guna menghentikan kami menang." Tulis Desnica kepada Cadena.
Usai diusirnya Desnica, El Real berhasil mencetak dua gol yang dibutuhkan guna menyingkirkan Rijeka. Akhirnya, mereka melenggang mulus dengan agregat 4-3 dan keluar sebagai juara usai membekuk klub asal Hungaria, Videoton 2-0.
Demir Desnica memang cukup asing bagi publik sepak bola. Namanya tidak tercatat dalam daftar pesepak bola elite dunia. Namun, riwayat hidupnya mengandung kisah yang selalu layak untuk dituturkan.
Meski memiliki keterbatasan, semangat Desnica untuk mengejar mimpi tidak pernah surut. Ia telah membuktikan diri bahwa kekurangan yang dimilikinya tak bisa membatasinya guna meraih prestasi.
Pada akhirnya sepak bola adalah bahasa universal. Tak harus mampu mendengar serta mengucap untuk memahaminya, bahkan memainkannya seperti Desnica.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H