Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Blue Collar dan White Collar, Kasta Pekerja Menurut Warna Kerah

26 November 2020   01:53 Diperbarui: 26 November 2020   22:50 2819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja menurut warna kerah pakaian yang dikenakan. | nydisabilitylaw.com

Sejak saat itu "kerah biru" sangat identik dengan pekerjaan yang melibatkan tenaga kerja terampil ataupun tidak terampil, meliputi pekerjaan di bidang manufaktur, pertambangan, pertanian, perikanan, pertamanan, pergudangan, pengolahan makanan, dan ragam jenis pekerjaan fisik lainnya.

Mereka tidak diwajibkan memiliki gelar khusus. Pekerja kerah biru memiliki kemungkinan tidak mendapatkan gaji sama sekali, karena mereka bekerja dengan upah per jam atau dibayar dari setiap barang yang mampu mereka produksi.

White Collar (Pekerja Kerah Putih)

Di era Victoria, kemeja putih berkerah merupakan simbol status sosial dan kekayaan. Hanya para bangsawan dan orang-orang kaya yang mampu untuk sering mencuci kemejanya serta memiliki cukup banyak pakaian untuk dikenakan secara bergantian.

Kemeja putih, yang menjadi akar dari istilah White Collar, masih menjadi barang yang mewah karena harganya mahal dan terbuat dari material langka.

Seiring dengan pesatnya perkembangan industri tekstil, kemeja putih mulai bisa dijangkau semua kalangan, tetapi tidak menghilangkan kesan prestise bagi orang-orang yang mengenakannya.

Lantas pada 1924, pendiri IBM, Thomas J. Watson, menginginkan adanya dress code dan meminta para karyawannya untuk mengenakan kemeja putih klasik. Sejak saat itu kemeja putih dikenal sebagai business dress code.

Ilustrasi White Collar (pekerja kerah putih). | Shrm.org
Ilustrasi White Collar (pekerja kerah putih). | Shrm.org
Istilah White Collar pertama kali digunakan oleh novelis asal Amerika Serikat, Upton Sinclair, pada tahun 1930 yang merujuk pada pekerja di bidang administrasi, juru tulis, dan manajerial.

Kerah putih umumnya digunakan untuk menyebut pekerja yang tak memerlukan pekerjaan fisik yang berat serta sebagai pembeda antara terminologi "kerah biru" yang sudah terlebih dulu lahir.

Kala itu Sinclair mengacu pada kode berpakaian kemeja berkerah putih yang wajib dikenakan oleh pekerja kantor pria selama abad ke-19 dan ke-20. Biasanya, pekerja kerah putih dibayar dengan gaji tetap mingguan atau bulanan, bukan upah per jam.

Pekerja kerah putih bekerja di belakang meja di perusahaan jasa. Mereka menghasilkan lebih banyak uang daripada pekerja kerah biru dan keduanya berada di kelas sosial yang berbeda. Lazimnya, mereka mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dibanding pekerja kerah biru.

Pada abad ke-21 warna kerah kemeja tidak lagi dipakai sebagai penanda kelas pekerja. Semua pekerja dapat memakai kemeja warna apa saja selama tidak menyalahi aturan atau kecuali jika sudah ditentukan oleh pihak pemberi kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun