Bukankah dalam sebuah hubungan harus dilandasi dengan sikap saling mengerti tanpa adanya sikap mendominasi?
Saat ngambek, kaum Hawa akan sangat sulit untuk dimengerti. Amarah mereka akan menutup semua ruang komunikasi. Setiap kalimatmu akan dianggapnya basi. Kehadiranmu seakan tak ada artinya lagi.
Situasi itu cukup menyedihkan, apalagi selama ini kamu sudah mencoba untuk menjadi seorang pasangan ideal. Semua usaha telah kamu lakukan biar doi bisa nyaman dan merasa dihargai. Kamu juga selalu ada buat si doi, sekalipun hanya untuk mendengarkan keluh-kesahnya.
Namun, ternyata, semua itu masih belum cukup. Kamu masih saja dianggap kurang peka. Kurang perhatian. Juga kurang gizi. Kesalahan atau kekurangan kamu sekecil apapun dengan mudahnya membuat doi ngambek lagi dan lagi. Sedikit sedikit ngambek. Ngambek kok sedikit-sedikit.
Kamu selalu dituntut untuk ngertiin si doi. Kalau doi sudah terbiasa menuntut ingin dimengerti, akhirnya doi menjadi terbiasa menuntut. Sampai-sampai doi lupa kalau dirimu juga makhluk hidup yang berhak untuk dimengerti sesekali. Egoisme seringkali lahir tanpa bantuan bidan dalam situasi pelik semacam itu.
Di saat itulah hidupmu seakan tidak ada artinya lagi. Diam salah. Ngomong salah. Pokoknya semua yang kamu lakukan di galaksi Bima Sakti yang sangat luas ini, selagi doi masih ngambek, salah semua!
Pada satu titik, bahkan kamu merasa jika kehaliranmu di dunia ini adalah sebuah kesalahan karena reaksi doi yang sangat sulit diterima akal sehat akibat paparan virus ngambek yang membingungkan.
Atas dasar itulah kemudian lahir sebuah frasa yang menyebut cewek selalu benar atau cewek tidak pernah salah. Secara otomatis maka cowok akan selalu salah atau tidak pernah benar.
Ilmuwan dunia sekaliber Albert Einstein sekalipun waktu ditanya mengapa cewek suka ngambek, kemudian diminta untuk menjabarkannya dengan rumus Fisika, kemungkinan besar beliau akan angkat tangan dan memilih pensiun saja.
Alangkah baiknya jika ada upaya yang sama dari kedua belah pihak untuk saling mengerti sehingga terciptalah simbiosis mutualisme dalam sebuah hubungan, bukan toxic relationship, yang hanya akan menguntungkan salah satu pihak saja.