Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Donald Trump vs Joe Biden, Apa Peran Kandidat Presiden AS dalam Sepak Bola?

7 November 2020   13:31 Diperbarui: 7 November 2020   14:37 2218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertandingan bertajuk Pilpres Amerika Serikat (AS) 2020 antara juara bertahan, Donald Trump, versus Joe Biden tengah memasuki babak injury time.

Sampai hari Sabtu (07/11/20), capres dari Partai Demokrat, Biden, mampu unggul sementara dengan torehan 264 electoral votes berbanding 214 milik capres Partai Republik, Trump.

Persaingan untuk memperebutkan posisi orang nomor wahid di AS semakin panas. Meski penghitungan belum selesai, bola panas klaim kemenangan sudah mulai dilontarkan oleh kubu Partai Republik. 

Hasil akhir akan bergantung pada negara bagian mana saja yang dimenangkan oleh masing-masing kandidat. Diperlukan minimal 270 electoral votes untuk meraih singgasana tertinggi di Gedung Putih.

Peran Donald Trump dan Joe Biden dalam Sepak Bola

Di negeri Paman Sam, pesona sepak bola masih kalah bergengsi jika dibandingkan American football (rugbi), bisbol, basket, serta hoki. Klaim "olahraga paling besar di dunia" yang acapkali disematkan pada sepak bola sepertinya tak berlaku di sana.

Meski memiliki kompetisi sepak bola (Major League Soccer) dan tim nasional yang mulai diperhitungkan di kancah internasional, tetapi animo publik AS pada olahraga sebelas lawan sebelas itu bisa dikatakan tak terlalu tinggi. Wajar apabila pertumbuhan sepak bola sangat lamban dibanding permainan lainnya.

Olahraga memang tidak pernah menjadi agenda utama bagi keduanya. Terlebih sepak bola, yang masih menjadi hiburan asing di negera Adikuasa itu.

Akan tetapi, baik Trump maupun Biden pernah mengutarakan pendapat mereka tentang sejumlah isu dan masalah krusial pada sepak bola beberapa tahun terakhir.

Berbicara mengenai sosok kontroversial yang satu ini memang tidak ada habisnya. Hubungan Trump terkait sepak bola di AS itu tak ubahnya hubungan asmara dalam hidupnya: sangat rumit. Komplikatif.

Trump sangat antusias saat mengetahui kabar, bahwa FIFA memutuskan untuk menggelar Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat bersama dengan Kanada serta Meksiko. Peran politisi Partai Republik tersebut amat krusial dalam meyakinkan FIFA agar Piala Dunia digelar di negara yang telah ia pimpin selama 3 tahun itu.

"Terima kasih atas semua pujian karena telah membawa Piala Dunia ke Amerika Serikat, Meksiko dan Kanada," cuitnya saat FIFA mengonfirmasi trio Amerika Utara telah mengalahkan Maroko dalam perebutan tuan rumah Piala Dunia 2026.

"Saya telah bekerja keras dalam hal ini, bersama dengan tim hebat yang terdiri dari orang-orang berbakat. Kami tidak pernah gagal, dan ini akan menjadi Piala Dunia yang hebat! Terima kasih khusus kepada Bob Kraft (pemilik klub MLS New England Revolution) atas nasihat yang luar biasa." lanjutnya.

Trump memang sempat mendorong FIFA untuk memilih Amerika Utara menjadi tuan rumah Piala Dunia 2026. Menurut New York Times, ia bahkan mengirim tiga surat kepada presiden FIFA, Gianni Infantino, perihal kepentingan tersebut.

Presiden FIFA Gianni Infantino bersama Donald Trump berdiskusi mengenai Piala Dunia 2026 di Gedung Putih (28/08/18). | gambar diolah dari REX/Shutterstock via dailiymail.co.uk
Presiden FIFA Gianni Infantino bersama Donald Trump berdiskusi mengenai Piala Dunia 2026 di Gedung Putih (28/08/18). | gambar diolah dari REX/Shutterstock via dailiymail.co.uk
Tidak hanya itu, ia juga bertemu dengan Infantino di Gedung Putih pada 2018 lalu untuk mendiskusikan penyelenggaraan kompetisi dan beragam isu sepak bola.

Sebenarnya, presiden AS ke-45 itu tidak memiliki rekam jejak dalam sepak bola, baik sebagai pemain maupun jabatan struktural. Pertemuannya dengan orang nomor satu di tubuh FIFA tak lain karena kapasitasnya sebagai presiden AS.

Ketertarikan suami Melania pada sepak bola didadasari karena putranya, Barron Trump, sangat menggilai sepak bola. Ia selalu mendukung putranya untuk terus bermain sepak bola.

Barron pernah bermain bersama skuat muda DC United dan Arlington Soccer Association. Ia menjadi pemain yang paling menyita perhatian publik sepak bola AS setalah resmi bergabung dengan DC United U-12 pada musim 2017-2018.

Anak semata wayang Trump dengan Ibu Negara, Melania, itu terdaftar sebagai gelandang bernomor punggung 81 di klub yang sahamnya pernah dikuasai Erick Thohir tersebut. Kemudian pada Februari 2019 Barron pindah ke Arlington Soccer Association U-14.

Kecintaan Barron pada sepak bola juga tampak saat ia bertemu dengan Wayne Rooney dalam perayaan Natal pada 2018 di Gedung Putih. Saat itu Trump secara khusus mengundang Rooney dan sang istri, Coleen.

Menurut The Sun, kedatangan penggawa DC United ke Gedung Putih bukan untuk tujuan politis, tetapi karena kecintaan sang putru bungsunya kepada klub yang pernah ia bela tersebut.

Namun, pandangannya soal sepak bola berubah 180 derajat saat ia dihadapkan pada sejumlah aksi Black Lives Matter yang pernah terjadi dalam dunia sepak bola beberapa tahun terakhir.

Sikap dari seorang ayah yang sangat mendukung putranya dalam bermain sepak bola tak terlihat kala ia bereaksi terhadap isu di atas lapangan hijau.

Trump melemparkan kecaman kepada federasi sepak bola negaranya sendiri, USS, di mana ia berjanji untuk tidak akan lagi menonton timnas AS berlaga.

Hal itu diungkapkan Trump lewat akun Twitter-nya menyusul keputusan USS yang tidak mewajibkan para pemainnya untuk berdiri ketika lagu kebangsaan AS dikumandangkan menjelang laga.

Sebuah kebijakan yang sangat ditentang olehnya. "Saya tidak akan menonton (timnas sepak bola AS) lagi. Sepertinya NFL juga mengarah ke sana dan saya tak akan membiarkannya," cuit Trump.

Kala itu AS diguncang aksi protes besar-besaran atas kematian pria kulit hitam, George Floyd, oleh polisi. Dunia turut bersimpati terhadap kematian tragis itu dengan mengkampanyekan Black Lives Matter, termasuk para pesepak bola.

Megan Rapinoe berlutut saat lagu kebangsaan AS berkumandang. | Kevin C. Cox/Getty Images via Skysports.com
Megan Rapinoe berlutut saat lagu kebangsaan AS berkumandang. | Kevin C. Cox/Getty Images via Skysports.com
Sebelumnya, ia juga sempat terlibat friksi dengan pesepak bola wanita AS Megan Rapinoe yang lebih memilih berlutut saat lagu kebangsaan dinyanyikan pada 2017 lalu. Hal itu dilakukan Rapinoe sebagai wujud solidaritas atas aksi serupa yang ditunjukkan oleh seorang pemain rugbi (NFL), Colin Kaepernick.

Kekesalan pria berusia 74 itu tampaknya akan berbuntut panjang, karena MLS mengonfirmasi untuk tidak memainkan lagu kebangsaan AS di pertandingan.

Tak berhenti sampai di situ, Trump juga turut bersuara mengenai isu kesenjangan gaji berdasarkan gender di sepak bola. Ia mengemukakan masalah disparitas gaji bermuara pada faktor ekonomi. Namun, dirinya belum mengambil sikap tentang masalah tersebut.

Lantas apa peran sang rival di Pilpres AS 2020 dalam hal sepak bola?

Biden memiliki minat yang cukup besar pada timnas AS dan ia tidak pernah malu menyuarakan dukungannya itu, terutama selama digulirkannya turnamen.

Joe Biden terlihat di tribun Estadio das Dunas dalam laga Grup G antara Ghana vs AS di Piala Dunia 2014 Brazil (16/06/14). | Kevin C. Cox/Getty Images.
Joe Biden terlihat di tribun Estadio das Dunas dalam laga Grup G antara Ghana vs AS di Piala Dunia 2014 Brazil (16/06/14). | Kevin C. Cox/Getty Images.
Meski tak memiliki andil sebesar rivalnya terkait Piala Dunia 2026, Biden pernah menjadi bagian dari delegasi otoritas AS pada Piala Dunia 2014 Brazil. Saat itu ia masih menjabat sebagai wakil presiden dari Barack Obama.

Dalam beberapa tahun terakhir, Biden menjadi sosok yang paling vokal dalam mendukung kesetaraan gaji bagi timnas wanita AS (USWNT). Ia ingin agar pemain timnas wanita mendapatkan gaji setara dengan timnas pria.

Dalam akun Twitter-nya ia tak pernah sungkan dalam memberikan dukungan pada timnasnya. Saat timnas wanita AS berhasil keluar menjadi juara Piala Dunia Wanita 2019, ia tampak sangat antusias memberikan selamat kepada mereka.

Politisi Partai Demokrat itu juga berani memberikan jaminan jika sukses menjadi presiden kelak, ia akan selalu mendukung bahkan membiayai timnas wanita AS di mana pun Piala Dunia diselenggarakan.

Langkah tersebut ia ambil sebagai wujud perlawanan kepada Trump yang pernah memberikan ultimatum kepada timnas wanita atas gerakan simbolik berlutunya. 

Pandangan yang sama sekali berbeda ditunjukkan Biden saat dihadapkan pada isu rasialisme. Jika Trump sangat antipati dan resisten pada tindakan yang ia nilai tidak menghormati lagu kebangsaan AS, Biden justru bersikap sebaliknya.

Pria berusia 77 tahun itu mendukung penuh konsep Black Lives Matter melalui kampanye berlutut sebagai aksi protes terhadap ketidakadilan rasial. Tidak heran jika dirinya juga sangat dicintai oleh warga kulit hitam (Afro-Amerika).

Dalam sebuah pidato menjelang pemilu, Biden mengatakan: "Kehidupan kulit warga hitam itu penting. Titik. Saya tidak takut mengatakannya. Ketidakadilan harus dihadapi.

"Warga Afro-Amerika membutuhkan perlakuan yang adil dalam hal pekerjaan, kesehatan, peradilan pidana, pendidikan, dan perumahan." tutupnya.

Mungkin Donald Trump adalah sosok yang paling berjasa atas terpilihnya AS sebagai tuan rumah Piala Dunia 2026.

Akan tetapi, Joe Biden muncul sebagai oase di tengah panasnya isu rasialisme dan menjadi tokoh yang sangat dicintai oleh publik sepak bola. Timnas AS berada di tangan yang tepat jika Biden berhasil memenangkan Pilpres AS 2020 kali ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun