Ketika kompetisi dihentikan selama tiga bulan, Barca memang sempat memotong gaji para pemainnya mencapai 70 persen. Absurdnya, mereka masih tetap merugi. Barcelona mengklaim telah mengalami kerugian mencapai 88 juta pounds awal bulan Oktober ini.
Pada awal musim 2020/21, ketika kondisi belum juga membaik, klub kembali harus memilih rasionalisasi gaji sebagai taktik instan guna menyeimbangkan neraca dan bertahan dari teror kebangkrutan.
Gaji pemain merupakan area yang paling membebani kondisi keuangan klub. Barca menghabiskan 235 juta pounds per tahun untuk menggaji pemain di skuat utama.
Barca memiliki tanggungan gaji tertinggi dari kesebelasan mana pun. Mereka harus mengalokasikan 69 persen pendapatan mereka untuk gaji pemain. Angka yang sangat mencolok dibandingkan rivalnya, Real Madrid, yang hanya menghabiskan 52 persen dari total pendapatan mereka.
Barcelona dilaporkan tengah memulai negosiasi dengan para pemainnya untuk pemotongan gaji sebesar 30% atau 190 juta euro (sekira Rp 3,2 triliun). Kebijakan itu harus segera menemui kata sepakat pada Kamis 5 November sebelum hantu kebangkrutan menjadi kenyataan.
Manajemen klub mengemban tugas berat guna meyakinkan para pemainnya karena sebagian dari mereka tidak setuju dengan pemotongan gaji. Hasil akhir pertemuan antara tim hukum Barcelona dengan para pemain sangatlah krusial.
Sensasi jumpscare ternyata tidak hanya berhenti sampai di situ. Barcelona juga harus bersiap-siap menghadapi situasi horor lain yang mengintai mereka dari kegelapan, yakni kontrak Lionel Messi.
Sudah genap dua dekade ia menegaskan dirinya sebagai El Mesiah (juru selamat) bagi Barcelona. Cahaya illuminatus yang mengiringi kelahirannya di Camp Nou akan segera memudar kemudian disusul dengan kebangkitan El Diablo yang dapat menyeret Barca ke dalam era kegelapan.
Kontrak Messi akan habis pada Juni 2021. Selain berpotensi kehilangan sang juru selamat, Barca juga akan dibebani oleh pemberian bonus loyalitas kepada Messi di akhir masa pengabdiannya.
Hal itu akan sangat membebani finansial Blaugrana yang sedang tidak sehat saat ini, sehingga menjadi perlu bagi Barca untuk membujuk Messi agar tidak pergi pada akhir musim 2020/21.
Terlepas dari hal-hal tersebut, benarkah pandemi menjadi satu-satunya hantu yang menyeret Barcelona dalam jurang kebangkrutan?