Petarung seperti Khabib Nurmagomedov, Alexander Gustafsson, BJ Penn, Frankie Edgar, James Thompson, Justin Gaethje, serta Conor McGregor memiliki bentuk daun telinga aneh yang sangat mencolok.
Ultimate Fighting Championsip (UFC) merupakan jenis olahraga Mixed Martial Arts (MMA) yang sangat ekstrim. MMA memungkinkan petarung menggunakan pukulan, tendangan, bantingan, serta kuncian. Peraturan yang digunakan UFC saat ini mengacu pada regulasi MMA, yakni Unified Rules of Mixed Martial Arts.
Dalam regulasi itu disebutkan, bahwa petarung diperbolehkan untuk memukul, menyiku, menyerang dengan bahu, dan menendang bagian kepala kecuali bagian belakang kepala, belakang leher, dan area sepanjang tulang belakang (syaraf pusat).
Maka tak heran jika petarung UFC kerap mengalami cedera yang sangat ekstrim, bahkan bisa berujung pada kematian. Terlebih lagi, sarung tinju UFC berjenis open finger yang didesain agar dapat digunakan untuk melakukan teknik grappling, clinch, ataupun submission.
Selain itu, bobot sarung tinju UFC hanya sekitar 4 sampai 6 ons atau lebih ringan dari sarung tinju boxing yang berbobot 8 hingga 10 ons. Dengan bobot yang lebih ringan dan kulit yang lebih tipis maka impak pukulan akan lebih mematikan.
Adegan berdarah-darah menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh para penonton. Begitu halnya bagi petarung. Memar, bengkak, keseleo, patah tulang, dan kucuran darah menjadi santapan sehari-hari mereka di atas arena octagon.
Semua jenis luka yang mereka dapatkan menjadi sebuah kebanggaan atas semua usaha keras yang mereka tempuh untuk menjadi petarung hebat dan disegani.
Salah satu cedera khas yang dimiliki oleh petarung UFC adalah Cauliflower atau di dalam dunia medis lebih dikenal dengan istilah Perichondrial Hematoma.Â
Dilansir dari Hellosehat, kondisi cedera tersebut merupakan jenis kecacatan yang disebabkan oleh trauma tumpul yang langsung mengenai area telinga.
Hematoma adalah suatu kondisi ketika darah terperangkap pada bagian sekitar telinga yang mengalami trauma. Apabila cedera terus berlanjut, dapat memicu penumpukan darah (bengkak).
Akibatnya, terjadi peningkatan tekanan sehingga aliran darah di sekitarnya juga akan terganggu dan bisa berakibat pada kerusakan jaringan tulang rawan yang tidak mendapatkan suplai darah.