Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mosi Tidak Percaya: Socios Barca Sukses Raih 20.687 Suara, Bartomeu Lengser?

20 September 2020   22:22 Diperbarui: 21 September 2020   09:23 1466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Barcelona Josep Maria Bartomeu | Goal.com

Bagi raksasa Barcelona dan beberapa tim di Spanyol lainnya, suporter tidak hanya menjadi penonton pertandingan. Mereka juga memiliki kuasa untuk menentukan presiden klub selanjutnya atau bahkan melengserkannya jika dinilai perlu.

Para suporter loyal yang telah terdaftar sebagai member klub tersebut dikenal dengan istilah Socios atau Socis. Selain Barcelona, ada Real Madrid, Athletic Bilbao, dan Osasuna yang mempunyai sistem Socios serupa dalam struktur manajemen klubnya.

Menurut catatan Goal, Barcelona saat ini memiliki 144 ribu Socios, paling banyak di Spanyol. Moto Mes Que Un Club (lebih dari sekedar klub) menjadi ide utama di balik model kepemilikian klub oleh para Socios di klub yang berdiri pada 1899 silam itu.

Berbeda dengan tim yang menerapkan sistem kepemilikan tertutup, klub-klub yang menerapkan sistem Socios tidak mengenal pemilik modal seperti halnya Roman Abramovich di Chelsea, Sheikh Mansour di City, atau Nasser Al-Khelaifi di PSG yang menjadi penguasa absolut di klubnya masing-masing.

Sejumlah petinggi Barcelona berbaris di depan gedung kantor pusat La Masia. | Tribuna.com
Sejumlah petinggi Barcelona berbaris di depan gedung kantor pusat La Masia. | Tribuna.com
Manajemen klub harus mendapatkan persetujuan dari para Socios terlebih dahulu saat membuat anggaran belanja. Hal tersebut membuat klub tidak bisa semena-mena dalam menggunakan uangnya, sehingga kondisi finansial mereka dapat tetap sehat dan stabil.

Bagi para suporter yang ingin menjadi Socios akan dikenakan iuran tahunan. Dimana uang tersebut memungkinkan klub untuk memiliki aliran dana segar guna menghidupi dirinya di luar hasil penjualan tiket, merchandise, sponsor, serta hak siar.

Dengan fresh money itu, kans klub untuk mengikuti sejumlah kompetisi akan lebih terjamin meskipun tanpa adanya campur tangan penyandang dana dominan.

Selain itu, para Socios juga dapat selalu terintegarasi dengan kebijakan strategis klub lewat mekanisme yang demokratis.

Mosi Tidak Percaya Socios Barca Kepada Bartomeu

Barcelona berada dalam era gelap di bawah rezim Josep Maria Bartomeu usai mengalami kegagalan meraih trofi juara beberapa waktu terakhir. Kondisi itu semakin diperburuk dengan serangkaian konflik yang terjadi pada internal klub.

Sejak menjabat pada 2014, Bartomeu tidak henti-hentinya menjadi sorotan menyusul periode kelam yang dialami Barcelona. Ia bukan figur populer di kalangan suporter Barca meski telah menghadirkan sederet trofi, termasuk enam gelar La Liga dan satu trofi Liga Champions.

Periode 2019/20 kali ini seakan menjadi puncaknya. Barca mengakhiri musim tanpa satupun gelar, ditambah dengan ancaman sang superstar, Lionel Messi, yang ingin hengkang membuat sang presiden semakin dalam tekanan.

Kebobrokan manajemen pimpinan pria berusia 57 tahun itupun satu per satu terungkap. Di awal tahun, ia terbukti merekrut perusahaan buzzer I3 Ventures untuk memoles citra dirinya dan klub di media sosial.

Tidak hanya itu. Bahkan menurut laporan El Mundo, Bartomeu juga diduga kuat tersangkut kasus yang dikenal sebagai "Barcagate" dan mengklaim bahwa sang presiden mendapatkan keuntungan finansial dari kesepakatan-kesepakatan yang dilakukan atas nama klub.

Ia merupakan aktor utama atas hilangnya identitas La Masia yang selama 3 dekade terakhir menjadi tumpuan serta pondasi yang kokoh bagi skuat utama Barcelona.

Kebijakan Bartomeu dalam hal merekrut pemain terbilang absurd. Ia membiarkan talenta-talenta berbakat La Masia pergi atau justru menjualnya. Sebagai ganti, ia membeli pemain-pemain yang telah melewati masa emasnya.

Langkah itupun mengundang kritikan keras, yang salah satunya datang dari mantan petinggi klub, Albert Perrin.

Pria yang pernah menjabat sebagai direktur klub itu menilai jika saat ini Barcelona memiliki manajemen yang sangat buruk. Di tangan Bartomeu, neraca keuangan Barca memang tidak sebagus beberapa klub besar Eropa lain atau di saat Perrin masih menjabat.

Salah satu kebobrokan manajemen Barca saat ini, menurut Perrin, bisa dilihat dari aktifitas transfer pemain. Ia menganggap Bartomeu hanya memfokuskan neraca keuangan klub melalui aktivitas jual-beli pemain tanpa memperhitungkan sisi olahraganya.

Sejumlah mantan petinggi Barcelona mengumpulkan surat suara mosi tidak percaya | Twitter @BarcaTimes
Sejumlah mantan petinggi Barcelona mengumpulkan surat suara mosi tidak percaya | Twitter @BarcaTimes
Apa yang dilontarkan Perrin terbukti benar. Kebijakan transfer pemain yang dilakukan Bartomeu selama ia berkuasa hanya menghambur-hamburkan uang dan menempatkan klub pada kondisi yang cukup rentan.

Dari sejumlah pemain, hanya segelintir saja yang bermain sesuai ekpektasi. Selebihnya dijual kembali dengan harga yang jauh lebih murah atau hengkang ke klub lain dengan status bebas transfer.

Proyek strategis yang digadang-gadang mampu meningkatkan kualitas akademi, berbalik menghancurkan warisan yang telah ditinggalkan oleh mantan presiden klub 2 periode sebelumnya, Joan Laporta.

Filosofi "Johan Cruyff" yang selama ini menjadi jiwa dan pijakan klub dalam membangun tim yang kuat, sedikit demi sedikit digerus olehnya. Hingga kini tak menyisakan apapun kecuali borok dan kemunduran prestasi Barcelona dalam beberapa tahun terakhir.

Tak cukup sampai disitu. Pria kelahiran 6 Februari 1963 tersebut terbukti gagal membangun harmoni dalam manajamen yang ditandai dengan mundurnya enam orang petinggi klub belum lama ini.

Perpecahan dalam tubuh tim juga terjadi ketika Eric Abidal yang masih menjabat sebagai direktur olahraga terlibat konflik dengan sang kapten tim, Lionel Messi.

Hubungannya dengan para punggawa Barca pun faktanya tidak jauh berbeda. Kepada Goal, La Pulga bahkan secara terbuka mengungkapkan, bahwa Barca di bawah rezim Bartomeu adalah sebuah bencana.

Pernyataan semacam itu sejatinya tidak akan terlontar dari seorang pemain yang telah mengabdikan hidupnya selama dua dekade dalam panji kebesaran Blaugrana jika Bartomeu memang melakukan segala sesuatunya dengan baik.

Lantas kekalahan telak 2-8 atas Bayern Munchen di Liga Champions 2019/20 semakin melengkapi carut-marut yang menerpa klub yang bermarkas di Camp Nou tersebut.

Usai hasil yang sangat memalukan itu, Bartomeu menjadikan Quique Setien sebagai tumbal untuk menutupi kinerja buruknya selama memimpin Barcelona.

Surat suara mosi tidak percaya kepada Bartomeu | twitter @BarcaUniversal
Surat suara mosi tidak percaya kepada Bartomeu | twitter @BarcaUniversal
Atas dasar sejumlah faktor di atas, lantas gerakan bernama Mes que una Mocio yang diinisiasi oleh Socios dengan dukungan dari rival Bartomeu dalam pemilihan presiden mendatang, yakni Joan Laporta, Vicor Font, Jordi Farre, serta Lluis Fernandez berupaya melengserkannya melalui mekanisme mosi tidak percaya.

Setidaknya perlu 16.250 tanda tangan agar mosi tidak percaya kepada Bartomeu dapat diaktifkan oleh dewan Barcelona. 

Ternyata hasil akhir tanda tangan jauh melampaui target awal. Mereka berhasil mengumpulkan total 20.687 suara dari para Socios hingga waktu pemungutan ditutup pada Jumat waktu setempat atau 17 September 2020.

Hasil resmi penghitungan tersebut akan diumumkan sekitar 10 hingga 20 hari ke depan. Jika dua per tiga dari total suara sah menghendaki restrukturisasi, maka Bartomeu akan dicopot, dan dilanjutkan menggelar pemilihan presiden klub baru.

Meski sudah mengetahui Socios sukses melampaui syarat minimal pengaktifan mosi tidak percaya, dirinya tetap enggan melepas jabatannya.

Bartomeu justru berjanji untuk tetap melanjutkan tugasnya hingga masa jabatannya usai. Sebab ia merasa jika keputusan untuk mundur hanya akan menyebabkan ketidakstabilan tetap berlanjut.

Padahal dirinya sendirilah yang menjadi biang kerok atas semua ketidakstabilan di Barcelona selama ini. Sebuah konklusi, yang menurut hemat saya, juga diamini oleh semua suporter Barcelona di seluruh penjuru dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun