Kebijakan itu sangat bertolak belakang dengan hukum Hak Asasi Manusia yang berlaku di Eropa yang melarang setiap institusi untuk melakukan diskriminasi maupun tindak rasisme.
Namun, Athletic memiliki dasar yang sangat kuat atas kebijakan uniknya itu. Selain Catalan yang diejawantahkan oleh Barcelona, Basque juga termasuk daerah operasi dari Jendral Franco yang dikenal dengan fasismenya. Ia menghendaki homogenisasi tradisi dan budaya dengan memberangus identitas etnis tertentu.
Lantas Athletic mengadopsi strategi yang sama sebagai bentuk perlawanan serta nasionalisme bangsa mereka. Namun, seiring waktu, kebijakan tersebut sedikit mengendur atau lebih fleksibel.
Kini para pemain berdarah Basque di klub manapun atau para pemain yang pernah belajar di salah satu klub Basque dapat memperkuat Athletic. Selain itu, tidak ada tawar-menawar.
Semua tudingan rasisme terbantahkan atas direkrutnya Jonas Ramalho pada 2011. Ia menjadi pemain berkulit hitam pertama yang berseragam strip merah-putih. Terlebih pada 2012, mereka juga mempunyai wonderkid berkulit hitam (Afro-Spanyol) lainnya dalam diri Inaki Williams.
Inigo Martinez menjadi pemain pertama yang membelot ke San Mames pada Januari 2018 lalu setelah kedatangan Raul Garcia yang memiliki trah Basque pada Agustus 2015.
Sebelumnya Inigo adalah punggawa dari rival abadi timnya di Derby Basque, Real Sociedad, yang juga diketahui berdarah Basque. Terdapat jeda yang terlampau panjang di antara transfer keduanya, yakni 884 hari.
Namun, presiden Athletic Jose Urrutia langsung mementahkan rumor tersebut. Ia bahkan lebih rela klubnya terdegradasi untuk pertama kalinya dari level tertinggi sepak bola Spanyol dibanding mengubah kebijakan. Pernyataan itu menegaskan betapa keras kepalanya Athletic dalam mempertahankan filosofi dan tradisinya.
Ketika tim-tim Eropa lain menghabiskan ratusan juta euro guna membeli pemain, Athletic hanya dapat mengandalkan talenta lokal atau pemain yang menimba ilmu di akademi mereka.