Selain itu, Bayern Munchen menjadi klub pertama sepanjang sejarah yang mampu tampil sempurna atau memenangi seluruh laga (100%) dalam satu putaran Liga Champions.
Lesakan 43 gol yang mereka catatkan menjadi gambaran betapa dahsyat Bayern racikan Hansi. Mereka hanya kalah dari rekor 45 gol Barcelona pada 1999/2000. Hanya saja Barcelona kala itu melakoni 16 laga atau 5 laga lebih banyak dari skuad asuhan Hansi musim ini.
Hansi menjadi pelatih kedua setelah Jupp Heynckes yang sukses membawa Bayern meraih treble winners musim 2012/2013.
Kesempurnaan Bayern meraih treble winners pada musim 2019/2020 mungkin tidak akan terjadi jika Die Roten tidak menjatuhkan pilihan kepada Hansi sebagai suksesor Niko Kovac pada 4 November 2019 lalu.
Hansi Flick kini sejajar dengan Vicente Del Bosque, Roberto Di Matteo, dan Zinedine Zidan sebagai pelatih interim yang sukses menjadi kampiun di Liga Champions.
Kingley Coman Terlahir Sebagai Juara
Tiada yang lebih menyakitkan selain dikhianati sang mantan. Begitulah kiranya yang dirasakan Les Parisiens di final Liga Champions 2019/2020.
Bagaimana tidak, gol tunggal yang memupuskan harapan juara UCL pertama mereka datang dari Kingsley Coman yang notabene jebolan akademi klub asal Paris tersebut.
Coman harus terbuang untuk memberi ruang pada dua pemain petrodollar seharga 402 juta Euro (Rp 7 triliun), Neymar dan Kylian Mbappe, pada 2017.
Pemain yang kini berusia 24 tahun itu tercatat menjadi siswa di akademi PSG Youth sejak 2004 hingga 2013 sebelum promosi ke tim utama.
Di tim utama tak banyak laga yang dimainkan. Ia hanya mampu mencatatkan empat laga untuk tim senior tanpa catatan gol ataupun assist. Di Liga Prancis musim 2012/2013 Coman hanya sekali tampil dan 3 kali berlaga di musim berikutnya.
Tak mampu menunjukkan penampilan gemilang, Coman dibuang ke Juventus pada bursa transfer musim panas 2014. Hanya tampil 20 kali dengan satu gol dan 2 assist, Coman disekolahkan ke FC Hollywood sebelum ia dipermanenkan dengan bandrol 21 juta Euro oleh Jupp Heynckes.