Mawar misalnya, sudah menggunakan aplikasi anonim ini sejak 2016. Cewek 23 tahun itu mengaku bahwa dirinya memakai Whisper sebagai media untuk mencari FWB (friends with benefits).
Segera setelah ia mengunggah bisikannya, tak kurang dari dua puluhan cowok berhasil ia jaring, namun Mawar cukup selektif dalam memilih partner. Ia akan meminta kandidat teman berkencannya untuk terlebih dahulu mengirim foto sebelum menjalin FWB.
Dalam keterangan tertulisanya, dirinya mengaku sudah melakukan meet up dengan beberapa cowok sesuai kriteria yang ia idamkan dan sukses melakukan aktivitas skidapapap.
Apa yang dilakukan Mawar telah menjadi sebuah dambaan bagi sebagian besar pengguna Whisper yang memang memanfaatkannya sebagai medan perang untuk berburu teman berbagi keringat.
Serupa dengan Mawar. Cowok bernama Bowo, 23 tahun, menggunakan Whisper sebagai sarana mencari rekan dalam menuntaskan hasrat terpendamnya. Dalam bisikannya ia menyebut ingin mendapatkan teman FWB namun tak satupun yang menghampiri.
Lain halnya Melati, yang mengaku hanya ingin mencari teman karena merasa kesepian. Cewek berusia 25 tahun ini melakukan pertemuan dengan seorang cowok yang hingga saat ini menjadi teman baiknya.
Gagasan yang sama sekali berbeda diutarakan oleh sosok Lily, 21 tahun. Dirinya memakai Whisper sebagai media untuk belajar bahasa Inggris. Ia adalah pendengar yang baik bagi orang-orang yang membutuhkan teman untuk berbagi.
Sebagian besar teman mengobrolnya adalah wanita berpaspor asing (US) yang memiliki masalah dalam hidupnya. Selain bisa membantu orang, Lily juga bisa belajar bahasa Inggris dari mereka.
Barangkali bisikan dari Anggrek menjadi pengakuan yang paling menggelikan di antara sejumlah bisikan di atas. Ia mengutarakan ketidakpuasannya saat berhubungan badan dengan salah seorang rekan FWB-nya. Pasalnya, sang cowok tak mampu mengimbangi performa gaharnya di ranjang.
Selain itu, sebagai media sosial yang sangat bebas dan demokratis, banyak ditemukan pula pengakuan-pengakuan yang terlampau tabu. Semisal pengakuan yang dibuat oleh Edo dan Desi, masing-masing berusia 25 dan 23 tahun.
Bagi sebagian besar orang, mungkin LGBTQ adalah perbuatan yang sangat menyimpang. Namun, itu tidak berlaku bagi Edo dan Desi. Dalam bisikannya, mereka berdua secara terang-terangan mencari partner ranjang sesama jenis.