Selain cuddling berbayar, banyak pula muda-mudi yang mencari partner cuddling melalui menfess (mention confess) di akun-akun yang dikhususkan untuk memfasilitasi aktivitas perkelonan. Misalnya saja akun FWB-Fess yang pernah saya singgung di artikel FWB, juga memfasilitasi pencari cuddle buddy.
Biasanya, mereka yang telah sepakat untuk berkelon ria memiliki beberapa batasan yang pantang untuk dilanggar, taruhlah telanjang ok, stimulasi ok, namun penetrasi NOT OK.
Tidak jarang kegiatan kelonan berujung pada aktivitas "mantap-mantap" jika kedua belah pihak menghendakinya. Setidaknya itu menurut pengakuan dari sejumlah netizen yang diungkapkan lewat menfess.
Namun, bukannya tanpa resiko. Kegiatan berpelukan itu juga dapat menempatkan para pelakunya pada situasi yang sangat rentan. Kekerasan seksual atau sexual assault bisa saja menimpa, terutama pada kaum Hawa.
Dalam sebuah thread di Twitter, seorang wanita asal Solo mengaku pernah dipaksa berhubungan badan saat melakukan cuddling dengan seorang pria di sebuah hotel, meski awalnya kedua belah pihak hanya sepakat untuk sebatas melakukan cuddling.
Tindakan tidak menyenangkan yang didapatkan oleh wanita asal Kota Batik itu menegaskan, bahwa cuddling bukan merupakan pilihan yang tepat jika kegiatan itu dimaksudkan untuk sekedar mendapatkan afeksi dan mengusir rasa kesepian.
Risiko yang dapat ditimbulkan tidak sebanding dengan manfaatnya. Karena kita tidak akan pernah tau orang macam apa partner cuddling yang kita jumpai. Oleh karena itu, kegiatan kelon semacam ini patut untuk dihindari dan diganti dengan aktivitas lain yang lebih positif, selain karena bertabrakan dengan norma-norma yang berlaku di Indonesia.
Cara yang sedikit berbeda dicetuskan oleh Akbar Sahbana selaku founder Indocuddle. Meski sama-sama menawarkan jasa cuddling, dirinya mengaku start up-nya itu memberikan layanan yang lebih profesional dan tidak melibatkan kegiatan seksual.
Tak lama setelah cuitan tersebut diunggah, reaksi yang cukup beragam ditunjukkan oleh para netizen. Ada yang merasa terheran-heran dengan lahirnya profesi yang terbilang nyeleneh ini.
Namun, banyak juga yang berminat meskipun mereka merasa salah jurusan karena yang dibutuhkan adalah lulusan Psikologi. Sebagian lainnya khawatir jika layanan ini akan disalahgunakan oknum tertentu untuk melakukan pelecehan dan kekerasan seksual.