Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Metaverse Pilihan

Football Manager, Antara Fantasi dan Realita

20 Juni 2020   21:46 Diperbarui: 20 Juni 2020   21:53 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vugar Huseynzade | thetimes.co.uk

Tidak selamanya kekecewaan akan berakhir buruk, setidaknya itu berlaku bagi Paul dan Oliver Collyer yang mampu mengubah kekecewaan menjadi kisah kesuksesan. 

Berawal dari rasa kecewa Collyer bersaudara saat memainkan gim, akhirnya pada tahun 1985 mereka memutuskan untuk membuat gim versi mereka sendiri dengan nama The Game. Setelah 6 tahun dikembangkan, lahirlah Championship Manager (CM) di konsol Amiga dan Atari.

Gim besutan dua bersaudara tersebut mengalami perkembangan pesat hingga akhirnya pada tahun 2004 Sport Interactive (developer) dan publisher Eidos resmi bercerai karena perbedaan ide dalam pengembangan gim.

Sport Interactive yang memiliki hak atas database dan match engine kemudian menggandeng Sega sebagai publisher dan mengawali lahirnya Football Manager (FM) 2005 secara perdana--yang saat itu hanya tersedia untuk platform PC.

FM menahbiskan diri sebagai gim simulasi manajer sepak bola terbaik di dunia menyisihkan sang mantan, Championship Manager, yang sebelumnya berhak atas merek dagang dan interface.

Bersama Sega, FM terus berkembang, seri terbaru FM 2020 dirilis pada 31 Oktober 2019 lalu yang sudah tersedia dalam versi PC maupun mobile.

FM 2020 versi PC | footballmanager.com
FM 2020 versi PC | footballmanager.com
FM 2019 versi mobile | dokpri
FM 2019 versi mobile | dokpri
Football Manager adalah gim simulasi sepak bola yang memberikan sebuah pengalaman layaknya menjadi manajer klub sepak bola sungguhan di dunia nyata.

Mulai dari memilih jenis latihan, mempersiapkan taktik dan formasi, mencari bakat pemain muda, hingga transfer pemain. Intinya, apa yang biasa dilakukan oleh manajer sepak bola di dunia nyata bisa dilakukan pula secara virtual di gim FM.

Lewat FM, kita bisa belajar istilah-istilah teknis yang yang sebelumnya belum pernah kita kenal. Misalnya peran pemain seperti inverted winger, trequartista, poacher, deep playing defender dan lain sebagainya.

Cesar Azpilicueta, Diogo Jota, Eliaquim Mangala, dan Antoine Griezmann adalah sederet pemain sepakbola top Eropa yang kecanduan bermain FM.

#Dampak buruk Football Manager

Layaknya sebuah kisah superhero yang memiliki dua sisi yang saling berlawanan, kesuksesan FM juga menjadi penyebab masalah bagi sebagian orang.

Sebagamaina dikutip dari laman Daily Star, gim FM ditengarai menjadi penyebab 35 kasus perceraian di Inggris pada tahun 2012. Beberapa orang kehilangan pekerjaan akibat bermain gim FM secara berlebihan sehingga pekerjaannya terbengkalai.

Dalam sejumlah penelitian kasus menunjukkan, pecandu berat gim FM mempunyai kecendrungan untuk menghindar dari interaksi sosial. Akibatnya, mereka menghiraukan orang-orang terdekatnya.

Bahkan ada seorang pemain FM menyerang pemain sepak bola sungguhan hanya karena versi virtualnya menunjukkan penampilan yang buruk.

Selain itu, seorang tentara hampir terbunuh karena terlalu asik bermain FM sampai-sampai ia terlambat menyelamatkan diri dari markas yang dihujani bom mortar musuh pada perang Irak dan Afghanistan.

#Fantasi yang menjadi realita

Sejak rilis perdananya 15 tahun silam, FM mampu melahirkan harapan bagi pecinta sepak bola untuk merasakan pengalaman menjadi seorang manajer sungguhan.

Hal ini yang dimaksimalkan Vugar Huseynzade. Ia mendapatkan pekerjaan bagai hidup dalam negeri dongeng, menjadi manajer sepak bola sungguhan.

Huseyn mengaku sudah bermain FM sejak usianya masih belia. Bisa dibilang, "karirnya" hampir selalu lancar sebagai manajer virtual. Ia selalu bermimpi untuk bisa berkarir dalam dunia sepak bola meski nampak mustahil untuk diwujudkan.

Tak disangka, setelah menunjukkan capaiannya di gim FM, ia menanda tangani kontrak bersama klub sepakbola asal Azerbaijan, FC Baku, selama dua tahun pada 2012 silam saat usianya baru menginjak 21 tahun.

Posisinya di klub banyak disalahartikan oleh media yang menyebutnya sebagai pelatih tim utama atau pelatih tim cadangan. Meski sebenarnya jabatan yang diberikan kepadanya adalah manajer umum.

Struktur klub di Azerbaijan cukup mirip dengan di Italia. Manajer umum bertugas untuk mengurusi transfer pemain, merencanakan anggaran, dan hal-hal yang tidak dilakukan oleh pelatih kepala.

Meski tak berkaitan dengan taktik dan kepelatihan, kinerja Huseyn mampu menempatkan FC Baku di peringkat kelima dan keenam di Azerbaijani Premier League. FC Baku pun berhak mendapatkan tempat di babak kualifikasi Europa League.

Andrej Pavlovic | sportbible.com
Andrej Pavlovic | sportbible.com
Kisah serupa juga dialami oleh Andrej Pavlovic yang mendapatkan pekerjaan sebagai analis data di klub sepakbola profesional Serbia karena konsistensinya dalam bermain FM. Meski usianya baru 22 tahun. 

Pavlovic mampu membawa tim divisi dua Liga Serbia, FK Bezanija, ke semifinal Liga Champions hanya dalam tempo 16 tahun di gim FM miliknya.

Dengan kepercayaan diri tinggi itu, Pavlovic nekat mengajukan lamaran pekerjaan pada sebuah klub asal Serbia, FK Bezanija. Menariknya, lamarannya diterima oleh petinggi klub. Sejak saat itu, Pavlovic menjabat sebagai data analisis di klub tersebut.

Menyebrang ke Inggris. Matt Neil adalah analis tim utama untuk klub League One Rotherham United. Dia sudah manjadi peneliti Football Manager untuk klub gurem Truro City. Dari sana, ia dipromosikan untuk menjadi seorang analis tim utama untuk klub League Two, Plymouth Argyle.

Ada pula Jerald Tan, pemuda asal Singapura. Tan didapuk menjadi asisten pelatih Albirex Niigata setelah berhasil menghantarkan Panathinaikos meraih 4 gelar Liga Champions di gim FM miliknya. Dalam tempo setahun, dia berhasil menghantarkan Albirex meraih empat gelar pada tahun 2016.

Di Indonesia sendiri ada kisah yang kurang lebih sama. Heryanto atau lebih dikenal dengan nama Ryan Tank. Ia berhasil menerbitkan buku pada tahun 2018 yang berjudul The Inside Wing yang berisi mengenai seluk-beluk taktik sepakbola.

Di tahun yang sama, Ryan juga diangkat menjadi analis Persebaya Surabaya U-16 di Liga 1 Pro Academy untuk periode dua bulan. Setelah itu, Ryan mengambil lisensi kepelatihan AFC B. Kabarnya ia melatih Borneo FC U-16 di Liga 1 Pro Academy.

#Peran Football Manager dalam sepakbola

Salah satu yang merasakan berkah dari kehadiran FM adalah Jonny Evans. Mantan bek Manchester United itu bisa mendapat panggilan timnas Irlandia Utara setelah namanya ditemukan oleh putra asisten pelatih Irlandia Utara saat itu.

Evans menjalani debut timnas senior Irlandia Utara pada September 2006 saat menjalani laga uji coba melawan Spanyol, meski ia belum pernah sekalipun bermain di tim utama United.

Asisten pelatih Irlandia Utara saat itu, Terry Gibson, awalnya sama sekali tak mengenal Evans, sampai anaknya yang bermain FM memperkenalkan dan merekomendasikan Evans untuk disertakan dalam skuat timnas.

FM memang dikenal memiliki data pemain (scouting list) yang melimpah dan membantu para manajer di dunia nyata untuk memantau wonderkids di seluruh dunia.

Zlatan Ibrahimovic, David Alaba, Niklas Sule dan Kylian Mbappe merupakan pemain dengan tipe berbeda. Namun kesemuanya sudah menunjukkan performa yang fantastis di usia muda dalam versi virtualnya di gim FM.

Sport Interactive yang bermarkas di London kini mempekerjakan lebih dari 100 orang dan memiliki 1.300 pencari bakat (scout) yang tersebar di 51 negara. Hingga tahun 2019, FM telah menjaring 800 ribu-an pemain dan pelatih dalam database-nya.

Tak heran jika Everton menjadi klub pertama yang menjalin kerja sama dengan perusahaan Inggris tersebut pada tahun 2008. Tujuannya jelas, Everton ingin menjadi yang pertama kali mendapat data pemain-pemain muda potensial yang telah dipantau oleh pencari bakat Sport Interactive.

Selain itu, Klub-klub MLS Amerika Serikat diketahui juga memanfaatkan FM untuk mencari talenta muda berbakat di Amerika Tengah seperti, Kosta Rika, dan Honduras. Tidak menutup kemungkinan klub-klub elite di negara lain juga melakukan hal yang sama.

Bahkan Ole Gunnar Solskjaer pun mengaku dalam meniti karirnya sebagai manajer, ia sedikit banyak belajar dari FM. Bisa jadi moncernya Daniel James, Mason Greenwood, dan Scott McTominay bersama Solskjaer adalah atas jasa FM yang ia mainkan.

Bagi sebagian orang, mungkin Football Manager tidak lebih dari sekedar permainan. Namun, bagi sebagian lainnya, permainan simulasi manager ini mampu mengubah fantasi menjadi realita dalam kehidupan mereka.

Sumber literasi: 1, 2, 3, 4, 5 & 6

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun