Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Merdeka Belajar, Bukti Pendidikan Kita Krisis Nalar?

14 Juni 2020   18:21 Diperbarui: 14 Juni 2020   18:24 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merdeka Belajar | Dok. KEMENDIKBUD

Dalam Merdeka Belajar itu sendiri mengungkapkan bahwa sebelumnya kita masih terjajah oleh sistem pendidikan. Kita hanya diciptakan untuk melakukan tugas tertentu sesuai apa yang diperintahkan oleh sistem. Sehingga sisi humanisme kerap dilupakan.

Jika dilihat dari aspek guru. Mereka lebih disibukkan dengan laporan administrasi yang sejatinya harus lebih banyak digunakan untuk berinteraksi dengan murid-muridnya.

Berkurangnya waktu oleh guru dalam berinteraksi dengan murid-muridnya akan mengurangi kedekatan emosional. Padahal dalam proses belajar mengajar kedekatan emosional antara guru dan murid sangat vital dalam terciptanya pembelajaran yang efektif.

Selain itu, dalam hubungannya dengan konsep pembelajaran. Maka kemerdekaan akan berhubungan erat dengan tingkat penalaran atau yang lebih dikenal dengan higher order thinking skills (HOTS) atau penalaran tingkat lebih tinggi.

Konsep HOTS memiliki 6 level kemampuan nalar, dimulai dari yang paling rendah yakni menghafal (remembering), lalu memahami (understanding), menerapkan (applying), menganalisis (analyzing), menilai (evaluating), dan yang paling tinggi adalah mencipta (creating).

Kemampuan berpikir menghafal, memahami, dan menerapkan disebut dengan penalaran dengan tingkat lebih rendah atau lower order thinking skills (LOTS). Sedangkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan, termasuk ke dalam kemampuan berpikir tingkat lebih tinggi (HOTS).

Sementara itu, konsep pembelajaran kita selama ini lebih banyak ditekankan pada hafalan yang diukur dengan pencapaian nilai-nilai tertentu. Taruhlah Ujian Nasional (UN) yang baru-baru ini dihapuskan.

Sehingga murid lebih disibukkan untuk menghafal. Tidak ada ruang untuk mengembangkan daya nalar yang lebih tinggi (HOTS) sesuai dengan daya afektif, kognitif dan karakter individu peserta didik.

Maka tidak heran jika banyak murid yang mengeluh stres karena sistem pendidikan kita salama ini akan memaksa kita untuk menelan terlalu banyak materi untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian (UN).

Teknik hafalan melibatkan ingatan jangka pendek (short-term memory) yang sifatnya terbatas baik dalam kapasitas maupun durasi. Alhasil, akan ada sebagian materi yang hilang, dan sebagian lagi diteruskan ke dalam ingatan jangka panjang.

Kita dipaksa belajar siang-malam selama beberapa bulan untuk menghadapi sebuah ujian, lantas usai mengerjakan ujian itu perlahan-lahan kita mulai lupa dengan materi yang telah kita pelajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun