Material batu bata di Indonesia yang dijual seribuan per batanganya, di Supreme dihargai USD 30 (setara Rp 432 ribu) dan sekarang mulai dijual di eBay nyaris mencapai USD 1.000 (setara Rp14,4 juta). Gila!
Walaupun produk-produknya terkesan konyol bin absurd dan tidak benar-benar dibutuhkan, faktanya semua produk Supreme selalu ludes terjual bahkan dalam hitungan detik, harga jual kembalinya pun bisa mencapai puluhan bahkan ratusan kali lipat.Â
Para hypebeast-nya selalu memburu semua rilis terbaru Supreme bukan karena faktor fungsi dan kebutuhan, namun karena kekuatan identitas dari brand tersebut.
Lantas apa yang membuat manusia rela membayar mahal barang branded yang sepele sekalipun?
#Tingkat kebutuhan
Menurut teori hierarki Abraham Maslow, saat kebutuhan utama manusia yaitu sandang, pangan, dan papan sudah terpenuhi, maka meningkatlah ke kebutuhan yang lebih tinggi.
Peningkatan kebutuhannya bersifat tersier seperti lifestyle, prestise, aktualisasi diri dll. Jadi tidak heran bagi mereka yang keturunan sultan prioritas penggunaan uangnya bukan lagi pada kebutuhan dasar, melainkan kebutuhan setingkat di atasnya.
#Harga sesuai kualitas
Sebuah penelitian membuktikan jika pikiran kita akan otomatis mengasosiasikan harga dengan kualitas. Harga barang yang tinggi membuat konsumen tersugesti bahwa kualitas yang dimilikinya juga lebih baik, alhasil kita memilih untuk membelinya meski dengan harga yang mahal.
Harga yang mahal tentu bukan jadi persoalan bagi keturunan sultan, asalkan kualitas barang tersebut mampu menunjang kebutuhan aktualisasi dirinya.