~~~~~
Â
Syair-syair yang sudah dipersiapkan dengan matang itu tidak jadi digelar. Kedatangan tamu asing yang disebut sebagai calon mitra usaha sang pemilik perusahaan, membuat kerajaan kecil itu heboh dan mengalami banyak penataan ulang, yang hampir semuanya tidak sesuai dengan misi awal dibentuknya perusahaan dengan lima divisi itu. Dan kini segala yang terjadi di sana menjadi sebuah mimpi buruk bagi para pengelola.
Selanjutnya Jalu memainkan irama Dimmu Borgir - Sorgens Kammer sambil meneliti satu persatu wajah-wajah yang duduk di ruangan itu dengan hati bergetar. Wajah-wajah terbungkus pakaian elegant dengan dasi seharga entah berapa, Jalu tak dapat menghitung dan memperkirakannya. Wajah-wajah itu terlihat sangat menikmati irama musik yang dimainkan Jalu tanpa peduli bagaimana perasaan pemuda itu.
"Percuma kita latihan menciptakan not yang menawan Jal." Bisik Leo temannya saat musik hendak dimainkan.
"Tenang, ini hanya pembukaan aja. Lagu-lagu lain masih bisa kita mainkan setelah ini."
"Semoga saja. Karena kulihat mata Sang Ratu bicara lain."
Lalu setelah instrumen pembukaan usai dimainkan Jalu dan teman-temannya, seorang wanita cantik, anggun dan berwibawa bangun dari tempat duduknya, berjalan dengan gemulai mendekati panggung itu dan tangannya memberi isyarat agar Jalu mendekat. Pemuda itu dengan enggan meletakkan gitarnya dan mendekat dengan wajah datar.
"Apa lagi yang akan dilakukannya." Bisiknya geram.
"Sekarang kamu mainkan lagu-lagu barat."
"Hari ini jadwal kita mengisi lagu-lagu bernuansa kebangsaan Bu."