Mohon tunggu...
Kit Rose
Kit Rose Mohon Tunggu... -

Mawar Hitam. Arema 60th.\r\nDid you know about this and that? Well I want to know.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Sang Ratu

30 Maret 2010   17:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:05 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

~~~~~

 

Syair-syair yang sudah dipersiapkan dengan matang itu tidak jadi digelar. Kedatangan tamu asing yang disebut sebagai calon mitra usaha sang pemilik perusahaan, membuat kerajaan kecil itu heboh dan mengalami banyak penataan ulang, yang hampir semuanya tidak sesuai dengan misi awal dibentuknya perusahaan dengan lima divisi itu. Dan kini segala yang terjadi di sana menjadi sebuah mimpi buruk bagi para pengelola.

Selanjutnya Jalu memainkan irama Dimmu Borgir - Sorgens Kammer sambil meneliti satu persatu wajah-wajah yang duduk di ruangan itu dengan hati bergetar. Wajah-wajah terbungkus pakaian elegant dengan dasi seharga entah berapa, Jalu tak dapat menghitung dan memperkirakannya. Wajah-wajah itu terlihat sangat menikmati irama musik yang dimainkan Jalu tanpa peduli bagaimana perasaan pemuda itu.

"Percuma kita latihan menciptakan not yang menawan Jal." Bisik Leo temannya saat musik hendak dimainkan.

"Tenang, ini hanya pembukaan aja. Lagu-lagu lain masih bisa kita mainkan setelah ini."

"Semoga saja. Karena kulihat mata Sang Ratu bicara lain."

Lalu setelah instrumen pembukaan usai dimainkan Jalu dan teman-temannya, seorang wanita cantik, anggun dan berwibawa bangun dari tempat duduknya, berjalan dengan gemulai mendekati panggung itu dan tangannya memberi isyarat agar Jalu mendekat. Pemuda itu dengan enggan meletakkan gitarnya dan mendekat dengan wajah datar.

"Apa lagi yang akan dilakukannya." Bisiknya geram.

"Sekarang kamu mainkan lagu-lagu barat."

"Hari ini jadwal kita mengisi lagu-lagu bernuansa kebangsaan Bu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun