Jawa Timur, dengan luas wilayah 47.799,75 km, memiliki posisi geografis strategis yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Samudra Hindia. Topografi yang beragam---meliputi pegunungan, dataran, dan pesisir---mendukung potensi besar di sektor ekonomi, pariwisata, serta infrastruktur logistik. Sebagaimana pernah disampaikan dalam kampanye Pemilu 2024, Gubernur Jawa Timur terpilih menekankan visi "Jawa Timur Sebagai Gerbang Nusantara," merujuk pada letak geografisnya yang strategis, terutama dalam konteks konektivitas dengan Ibu Kota Negara (IKN) di Kabupaten Penajam, Kalimantan Timur. Konsep Gerbang Nusantara menekankan peran Jawa Timur sebagai simpul vital yang menghubungkan wilayah-wilayah di Indonesia serta mengintegrasikannya dengan jalur perdagangan global. Apalagi potensi panjang garis pantai, topografi yang beragam, serta posisi di jalur strategis antara Samudra Hindia dan Pasifik, Jawa Timur memiliki potensi besar untuk menjadi gerbang utama perdagangan dan logistik Nusantara.
Secara geografis, Jawa Timur berada di titik persilangan yang menghubungkan Kawasan Timur Indonesia (KTI) dengan wilayah barat dan tengah Nusantara. Posisi ini memberikan keuntungan dalam mempercepat aliran barang, jasa, dan informasi, baik antar provinsi maupun lintas negara. Pelabuhan-pelabuhan utama di Jawa Timur, seperti Tanjung Perak di Surabaya, Ketapang di Banyuwangi, dan Tanjung Tembaga di Probolinggo, menjadi simpul konektivitas yang memungkinkan mobilitas barang dari dan menuju pasar internasional, termasuk Asia Tenggara dan Asia-Pasifik.
Dalam perspektif geopolitik, Jawa Timur memiliki peran strategis di jalur perdagangan internasional yang menghubungkan Samudra Hindia dengan Laut Cina Selatan. Hal ini menjadikan Jawa Timur tidak hanya sebagai gerbang ekonomi tetapi juga sebagai wilayah strategis yang menopang stabilitas dan keamanan maritim Indonesia. Sebagai provinsi yang dekat dengan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Jawa Timur berfungsi sebagai mitra utama dalam mendukung pembangunan IKN serta memperkuat konektivitas antara Pulau Jawa dan Kalimantan.
Konsep Gerbang Nusantara mencakup pengembangan potensi perekonomian berbasis maritim, industri, dan sumber daya lokal yang dimiliki Jawa Timur. Pelabuhan Tanjung Tembaga di Probolinggo yang di kelola BUP PT. DABN menjadi salah satu infrastruktur penting dalam mendukung visi ini. Dengan panjang dermaga total 306 meter, kedalaman unproblematic, serta kemampuan melayani kapal hingga 37.000 DWT, pelabuhan ini mampu menjadi simpul logistik strategis. Dermaga 1 dengan panjang 91 meter dan kedalaman 4,5 meter mendukung kebutuhan domestik seperti kapal Ro-Ro dan Tugboat. Sementara itu, Dermaga 2 dengan panjang hingga 306 meter dan kedalaman 11 meter dapat menangani berbagai jenis kapal, termasuk General Cargo, Dry Bulk, dan Liquid Cargo, menggunakan metode bongkar muat berbasis Ship Crane atau Excavator.
Konektivitas Pelabuhan di Terminal PT. DABN semakin diperkuat dengan fasilitas operasional 24 jam, pasokan air tawar, dan bahan bakar yang selalu tersedia, serta pengaturan shift kerja buruh bongkar muat yang efisien. Sehingga dengan kemampuan ini, pelabuhan Tanjung Tembaga tidak hanya mendukung distribusi barang hasil pertanian dan perikanan lokal tetapi juga membuka peluang sebagai pusat distribusi komoditas industri untuk pasar domestik maupun internasional. Infrastruktur yang memadai dan integrasi sistem logistik di pelabuhan ini menjadikannya elemen kunci dalam mewujudkan Jawa Timur sebagai Gerbang Nusantara, yang terhubung langsung dengan jalur perdagangan global dan mendukung pengembangan Ibu Kota Nusantara.
Langkah DABN Mendukung Jatim Sebagai Gerbang Nusantara
Untuk mendukung visi Jawa Timur sebagai Gerbang Nusantara, strategi pengembangan Dermaga yang dikelola PT. DABN di Pelabuhan Tanjung Tembaga  dirancang dengan langkah-langkah yang komprehensif. Langkah pertama adalah optimalisasi infrastruktur pelabuhan. Dermaga DABN perlu diperpanjang dari panjang saat ini 306 meter untuk menampung kapal-kapal besar dengan kapasitas di atas 37.000 DWT. Kedalaman kolam pelabuhan juga harus ditingkatkan hingga mencapai 15 meter guna mengakomodasi kapal dengan draft besar. Selain itu, upaya pemutakhiran fasilitas seperti crane otomatis, sistem conveyor untuk bongkar muat, serta gudang pintar berbasis teknologi mutakhir sedang dupayakan untuk meningkatkan efisiensi operasional.
Strategi kedua adalah pengembangan sistem logistik terintegrasi yang akan menghubungkan pelabuhan dengan jaringan transportasi seperti jalan tol, rel kereta api, dan jalur distribusi multimoda. Sistem ini dapat meningkatkan efisiensi logistik melalui digitalisasi operasional, termasuk penerapan Port Community System (PCS) dan Integrated Tracking System. Teknologi ini memungkinkan transparansi dan pemantauan real-time terhadap pengiriman barang, sehingga mempercepat arus logistik.
Langkah ketiga adalah diversifikasi fungsi pelabuhan untuk memperluas peran Dermaga DABN. Pelabuhan ini dapat dikembangkan menjadi pusat distribusi komoditas utama, termasuk hasil pertanian, perikanan, dan produk industri lokal. Selain itu, aktivitas ekspor-impor komoditas unggulan seperti hasil laut dan barang manufaktur dapat ditingkatkan. Pengembangan zona ekonomi khusus (ZEK) di sekitar pelabuhan juga menjadi prioritas untuk mendukung aktivitas ekonomi berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja baru.
Strategi keempat berfokus pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan layanan pelabuhan. Pelatihan teknis harus disediakan bagi tenaga kerja pelabuhan untuk mengoperasikan peralatan berat dan teknologi berbasis digital. Selain itu, layanan pelabuhan 24 jam harus ditingkatkan untuk memastikan kelancaran operasional, dengan dukungan infrastruktur yang memadai dan tenaga kerja yang kompeten.
Langkah kelima adalah membangun kolaborasi strategis dengan berbagai pihak. Kemitraan dengan investor lokal dan internasional diperlukan untuk mendanai modernisasi dermaga serta pengembangan kawasan industri di sekitar pelabuhan. Model kerja sama pemerintah dan swasta (PPP) dapat mempercepat realisasi proyek pengembangan ini dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan, termasuk masyarakat setempat.
Selanjutnya, promosi dan branding internasional Dermaga PT. DABN juga harus diperkuat. Pelabuhan ini perlu diperkenalkan sebagai pintu gerbang logistik Asia Tenggara melalui partisipasi dalam pameran regional dan internasional. Selain itu, penerapan prinsip green port untuk menciptakan pelabuhan yang ramah lingkungan dapat memperkuat citra Dermaga DABN sebagai pelabuhan berkelanjutan dan inovatif. Strategi ini diharapkan menjadikan Dermaga DABN pusat ekonomi dan logistik yang strategis serta berdaya saing global.
Dari berbagai strategi pengembangan yang terintegrasi, Dermaga PT. DABN di Tanjung Tembaga memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu pilar utama dalam mewujudkan Jawa Timur sebagai Gerbang Nusantara. Optimalisasi infrastruktur, penguatan sistem logistik, diversifikasi fungsi pelabuhan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, kolaborasi strategis, serta promosi internasional merupakan langkah-langkah strategis yang dapat memperkuat posisi Dermaga DABN sebagai pusat distribusi dan logistik yang kompetitif di kawasan Asia Tenggara. Adanya dukungan penuh dari pemerintah, swasta, dan masyarakat, Dermaga DABN dapat berkontribusi signifikan dalam mendukung konektivitas nasional dan meningkatkan daya saing ekonomi Jawa Timur di kancah global.
~Mbah mRenges~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H