Luka,
Rasanya baru kemarin melihatmu tertutup rapat
Rasanya baru kemarin mengucapkan selamat tinggal
Rasanya baru kemarin kau enyah dan pergi
mengapa? mengapa kembali lagi?Â
Adakah panggilan yang membuatmu tergugah?
membuatmu terpanggil dan hadir kembali?
Kamu,Â
Tahukah kau arti dirimu untukku?
Tahukah kau bagaimana sulitnya berlindung dibalik kata 'teman'?
Tahukah kau betapa dinginnya cuaca di malam itu?
Kamu.. Berhasil mengambil alih duniaku..
Memporakporandakan benteng pertahanan yang selama ini ku bangun kokoh.
Aku benci, sekaligus rindu.
Malam,
Mengapa engkau rebut sinarnya?
Mengapa engkau renggut cahayanya?
Tatapan kosong itu menghantuiku.Â
Sosok itu telah berubah.. Dirimu, ya kamu,Â
Kejam sekali hidup mempermainkanmu.
Menyita seluruh kebahagiaan yang kau peroleh dari sosok 'ayah'
Ia telah pergi meninggalkanmu.Â
Tugasnya sudah usai malam ini..
Rapuh,
Kau boleh menampakkan diri
Kau boleh mengambil seluruh atensi dunia
Kau boleh protes dan menyuarakan keberadaan
Agar aku tak lagi melihatnya tersiksa..
Tercekat oleh tuntutan kalimat 'anak laki-laki harus kuat'
Ayo bantu aku,Â
Bantu aku mengalirkan air matanya
Bantu aku melindunginya dari tekanan itu
Agar luka bisa meluap tanpa tersisa
Agar luka tidak menjadikannya menyalahi takdir Allah
Aku,Â
Ingatlah bahwa dirimu hanya teman baginya, meski bukan begitu inginmu
Ingatlah bahwa ikatan tidak menjadi penghalang untuk saling menguatkan.
Kita teman, selamanya teman
Semoga luka yang kau peroleh tidak membuatmu gila. hilang arah.
Aku disini untukmu, teman.
--- in memory of August 30 2021, Rest in peace my friend's father---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H