Aku menjilat bibirku sekejap setelah membaca pertanyaan darinya. Ini serius. Kalau aku jawab iya, berarti akan ada kemungkinan aku akan having fun dengan seseorang yang completely stranger. Complete stranger yang ehm--tidak bisa dipungkiri memang ganteng dan bikin kepingin.
Di sudut sana dia menunggu jawabanku sambil tersenyum simpul penuh makna. What a devilish smile! pikirku gemas. Di mejanya kini sudah tergeletak manis sebuah kunci mobil. Dia menungguku. Menunggu jawabanku.
Sejenak aku membetulkan letak rok pendekku yang kini sudah bergeser agak ke kiri. Kukibaskan rambut panjang ikal hitamku ke belakang agar memperlihatkan leher jenjang yang aku banggakan itu. Kubetulkan belt coklat yang melingkari pinggang kecilku. Sengaja aku berlama-lama membalas pertanyaannya agar dia gerah.
Tepat sasaran. Dia mulai gusar. Sikap cool-nya mulai meleleh, tergantikan dengan sikap tak sabaran. Berkali-kali dia mengetukkan telunjuknya di meja sambil memperhatikanku.
Aku masih bingung harus menjawab apa. Rasanya seperti wanita malam jika aku menjawab iya. Tapi akan menyesal juga kalau harus menjawab tidak. Dia itu seperti dewa asmara Yunani dalam bayanganku. He is just too good to be true dan yang paling penting, dia juga tertarik padaku.
Aku menggigit bibirku sejenak sebelum memutuskan untuk berdiri dan memberikan isyarat oke kepada si handsome stranger itu.
Dia tersenyum puas sambil mengambil kunci mobil dari atas meja.
"Hey..." sapanya sambil tersenyum. Aku meleleh. Bahkan suaranya pun sempurna. Berat dan sedikit serak.
Aku tersenyum simpul menanggapi sapaannya. Berusaha menguatkan hati bahwa aku tetap Santi si wanita terhormat bukan macam wanita murahan yang bisa tidur dengan pria manapun. Tangannya lalu erat merangkul pinggangku. Wangi kopi yang pekat bercampur manis menguar dari tubuhnya. Aku terhanyut dalam sensasi yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Hati kecilku lalu menemukan pembenarannya, "Ah sudahlah, Santhi! Sebodo amat! Sekali-kali jadi nakal ga ada salahnya. Lagian ini sama sekali ga bahaya. Ini bukan cinta kok, ini hanya nafsu!"
- sebuah catatan malam di riuhnya kafe starbucks -