Tapi karena kadung penasaran, akhirnya aku balas dengan 2 kata juga.. I'm Santhi.
Dia membaca sebentar pesan yang aku tuliskan di selembar tissue tadi dan kembali memberikannya ke si pramusaji yang kelihatannya mulai bete karena sekarang ia double job menjadi messenger-ku.
I know what you want. My lips, right?
Aku mendadak ingin marah membaca pesan berbau sarkasme itu.Walaupun yang dia tulis itu memang benar, tapi bukan haknya untuk secara gamblang mengungkapkan keinginanku.
Dengan emosi aku menjawab: So??
Jawabannya membuat hatiku makin kebat-kebit: I want yours too..
Sedikit galau harus menjawab apa. Wajah si pramusaji mulai jemu menungguku menulis jawaban dari pernyataan barusan. Mungkin karena sekarang sudah hampir pukul 10 malam, sudah waktunya shiftnya selesai.
I still live with my parents.
Akhirnya aku jawab dengan sesuatu yang sebenarnya agak gak nyambung. Tapi hanya itu yang terfikirkan olehku.
Si orang asing namun ganteng itu tersenyum simpul melihat jawabanku lalu sedetik kemudian menggoreskan tintanya di atas tisu itu. Kancing kemeja atasnya kini terbuka satu dan aku bisa melihat sedikit dadanya yang ternyata bersih dari bulu. Tanpa sadar aku menghembuskan nafas lega, bulu dada yang lebat selalu berhasil membuatku turn off. Tapi yang satu ini memang sempurna. Wajahnya, tubuhnya, bahkan bulu dadanya.
In my place?