Mohon tunggu...
Kisnaya Fianggi
Kisnaya Fianggi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Undergraduate Student in Information System Airlangga University

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Teknologi, Otomatisasi, dan Masa Depan Pekerjaan: Apa yang Harus Diterima Generasi Muda?

27 Desember 2024   11:09 Diperbarui: 27 Desember 2024   11:09 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam survei yang dilakukan Populix, sekitar 62% responden merasa terancam kehilangan pekerjaan karena digantikan oleh teknologi AI. Ada kekhawatiran mengenai keamanan kerja, dan ini adalah salah satu dari beberapa masalah utama yang akan mengkhawatirkan generasi muda pada tahun 2025. Generasi muda pada umumnya menghadapi kenyataan baru: perubahan dunia kerja yang begitu cepat. Namun, ada kekhawatiran mengenai bagaimana otomatisasi akan memengaruhi prospek karier mereka. Di sisi lain, perubahan tersebut juga menciptakan peluang yang mungkin belum mereka sadari.

Profesi dan Karier Berkembang Seiring Waktu

Otomatisasi dan teknologi seringkali dipandang sebagai ancaman. Pekerjaan yang dulunya membutuhkan tenaga manusia seperti menjadi kasir toko, hingga pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi seperti menjadi analis atau akuntan di Perusahaan keuangan, kini bisa digantikan oleh algoritma atau robot.

Namun, apakah ini berarti peluang kerja semakin sedikit? Jawabannya adalah tidak juga. Justru faktanya, banyak lapangan kerja baru yang tercipta, termasuk pengembang kecerdasan buatan (AI), analis data besar, dan pakar keamanan siber. Pekerjaan-pekerjaan ini mungkin tidak terpikirkan sepuluh tahun lalu, tetapi kini menjadi sangat dibutuhkan.

Tantangan bagi generasi muda adalah mengubah pola pikir dari "pekerjaan apa yang akan hilang?" menjadi "pekerjaan apa yang akan muncul?" Teknologi tidak hanya menggantikan lapangan pekerjaan, tetapi juga menciptakan kebutuhan baru yang hanya bisa dipenuhi oleh orang-orang dengan keterampilan khusus.

Pola Pikir yang Terbuka terhadap Perubahan

Penting bagi generasi muda untuk memiliki pola pikir yang fleksibel dan terbuka terhadap perubahan. Dunia kerja tidak lagi berjalan linear. Misalnya, seseorang yang memulai kariernya di bidang desain grafis dapat bekerja dengan pengembang AI untuk menciptakan antarmuka pengguna yang lebih intuitif. Kemampuan untuk terus belajar dan beradaptasi akan menentukan kesuksesan di masa depan.

Selain itu, penting juga untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan dalam pekerjaan apa pun. Meskipun mesin dapat melakukan banyak tugas secara efisien, mereka tidak dapat menggantikan peran manusia dalam hal empati, kreativitas, dan keterampilan sosial. Nilai-nilai ini tidak akan pernah berubah, tidak peduli seberapa canggih dan maju teknologi yang kita miliki.

Memanfaatkan Peluang di Dunia Baru dengan Keterampilan Baru 

Langkah pertama yang harus diambil generasi muda adalah mempersiapkan diri secara praktis. Internet menawarkan sumber daya pembelajaran yang tak terbatas untuk belajar, mulai dari kursus daring hingga komunitas daring yang membahas teknologi terkini. Bagi generasi muda, mengikuti kursus tentang dasar-dasar pemrograman, analisis data, atau dasar-dasar AI dapat menjadi langkah pertama yang sangat bermanfaat.

Selain itu, magang di perusahaan teknologi atau organisasi yang mengadopsi teknologi terkini juga dapat memberikan pengalaman langsung tentang bagaimana teknologi digunakan dalam dunia kerja. Pengalaman seperti ini sangat berharga, tidak hanya untuk membangun portofolio, tetapi juga untuk memperluas jaringan profesional.

Namun, pentingnya mengembangkan soft skill seringkali dilupakan. Kemampuan berkomunikasi, bekerja dalam tim, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah akan terus menjadi hal yang sangat penting yang dibutuhkan dalam masyarakat di masa depan. Mesin mungkin dapat memproses data lebih cepat dibandingkan manusia, tetapi hanya manusia yang dapat berinovasi dan menunjukkan empati dalam situasi kompleks.

Teknologi sebagai Alat, Bukan Pengganti

Otomatisasi memang mengubah cara kita bekerja, tetapi itu bukan akhir dari peran manusia. Sebaliknya, manusia tetap menjadi pusat inovasi dan interaksi sosial. Generasi muda perlu melihat otomatisasi bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai alat untuk meningkatkan kapasitas diri mereka.

Dengan mempersiapkan diri secara praktis, membangun soft skill, dan mengadopsi pola pikir yang fleksibel, generasi muda dapat menentukan masa depan mereka sendiri. Dunia kerja mungkin berubah, tetapi dengan semangat belajar dan adaptasi, manusia akan terus menjadi aktor utama dalam setiap perubahan tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun