Mohon tunggu...
Kirana Nurmala
Kirana Nurmala Mohon Tunggu... Makeup Artist - Mahasiwa

Hobi makeup art

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Pemulihan BK pada Anak Korban KDRT

14 Juni 2024   12:51 Diperbarui: 14 Juni 2024   13:39 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

kekerasan anak adalah peristiwa perlakuan fisik, mental, dan seksual yang sengaja dilakukan orang tua yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak dan memungkinkan menyebabkan kerusakan fisik dan psikologis yang mana semua diindikasikan dengan kerugin dan ancaman terhadapk esehatan dan kesejahteraan anak-anaknya 

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dapat berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan pelentaraan. rumah tangga termasuk ancaman untuk pemaksaan, melakukan perbuatan perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

Adapun ciri-ciri anak korban KDRT, 

1.) Menutup Diri

Salah satu ciri utama anak yang menjadi korban KDRT sikapnya cenderung menutup diri, pendiam karena berusaha menyembunyikan apa yang sedang dialami atau tengah tejadi di rumah

2.) Mudah Berbohong

Agar tidak mengalami kekerasan, anak cenderung berbohong atau menutupi kesalahan dari orang tua agar terhindar dari hukuman. Kebiasaan berbohong ini akan terbawah dalam kehidupan sehari-hari mereka termasuk saat berurusan dengan teman, guru, tetangga, dan saudara.

.3) Di Landa Kecemasan

Rasa cemas tersebut nanti akan memicu ketakutan yang berlebihan, depsresi, hingga kesulitan menahan emosi. Anak akan lebih mudah menangis atau lebih mudah marah, serta selalu merasa dirinya terancam meski tidak sedang berada dalam rumah.

4.) Mudah Marah

Sebagian anak menjadi sosok yang pendiam saat mengalami kekerasan.

Tapi sebagian lagi justru meniru sikap pelaku saat berada di luar rumah. Rasa frustasi membuat anak menjadi sulit menahan emosi dan mudah marah. Anak juga menganggap bahwa cacian dan pukulan merupakan jalan keluar untuk masalah, Akibatnya mereka juga akan mudah mencaci atau memukul orang lain sebagai pelampiasan dari apa yang dialami di rumah.

5.) Prestasi Menurun

Banyak hal yang menyebabkan prestasi seorang anak di sekolah menurun salah satunya adalah adanya kekerasan dalam rumah tangga, peristiwa traumatis yang dialami serta kondisi rumah yang tidak kondusif akan membuat mereka kesulitan untuk berkonsentrasi dan lebih banyak melamun.

6.) Perubahan Fisik

Perubahan fisik akan dialami oleh anak yang menjadi korban KDRT. Pada umumnya korban kekerasan akan terlihat lebih tidak terurus seperti badannya kurus, rambut panajang dan kusut, dan wajahnya lesu.

Menurut Suharto, mengelompokkan child abuse menjadi: physical abuse (kekerasan secara fisik), psychology abuse (kekerasan secara psikologis), sexual abuse (kekerasan secara sexual) dan sosial abuse (kekerasan secara sosial). Ke empat bentuk child abuse dapat di jelaskan sebagai berikut: 21

Kekerasan anak secara fisik yaitu penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak, atau menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet, atau memar akibat persentuhan atau kekerasan bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sudutan rokok atau setrika, luka-luka biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, pipi, dada, mulut, perut, punggul atau bokong Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik umumnya di picu atau tingkah laku anak yang tidak disukai orang tuanya, seperti anak nakal atau rewel, buang air kecil sembarangan, memecahkan barang berharga.

2.) Kekerasan anak secara psikis meliputi penghardikan, menyampaikan kata- kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku gambar, dan film pornografi pada anak-anak yang mendapatkan perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala

Bimbingan dan konseling  Dalam Menyelesaikan Trauma Pasca Kekrasan Dalam Rumah Tangga.

Dalam diri manusia terdapat dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif dalam artian manusia mempunyai keterbatasan dan kelemahan sebagai realita pada diri yang harus dipahami agar tidak menjadi hambatan dalam hidupnya.

perilaku trauma yang dialami oleh seorang sebenarnya bukan dari kenyataan atau keadaan atau permasalahan yang dihadapinya, namun lebih disebabkan dari cara memandang dan menanggapai suatu keadaan atau permasalahan yang dihadapi itulah yang lebih utama menyebabkan kekuatan sehingga munculah bentuk-bentuk perilaku seperti: kekuatan, kekhawatiran atau kecemasan akan terjadinya kekerasan kembali."

 masalah trauma pasca kekerasan sangat efektif bila menggunakan terapi rasional motif menggunakan beberapa teknik yang sesuai dengan apa yang dialami konseli pada intinya adalah untuk membantu menujukkan dan menyadarkan konseli bahwa cara berfikir yang tidak logis itulah yang sebenarnya merupakan penyebab gangguan emosionalnya. Hal ini dilakukan juga dengan memfungsikan diri dan pikiran irisional untuk menggantinya dengan oikiran yang rasional.

Setelah konselor mengetahui penyebab masalah yang sebenarnya yakni menyangkut pola pikir yang keliru dalam memandang keadaan yang sedang dihadapi sehingga sampai terjadi trauma, maka merujuk pada tujuan akhir dari terapi rasional emotif adalah mengendalikan konseli pada pikiran-pikiran yang rasional agar ada semangat untuk memulai dan membiasakan diri untuk menjalani hidup dan menikmati masa kanak-kanak maupun masa remajanya.

Teknik-teknik dalam rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat emotif, kognitif dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi konseli. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:

1. Teknik emotif

Teknik ini dilakukan untuk mengubah emosi konseli. Ini sepenuhnya melibatkan emosi konseli saat ia melawan keyakinan-keyakinannya yang irasional. Teknik ini meliputi:

a.) Assertive adaptive

Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan konseli untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tinggah laku yang diinginkan, latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri konseli.

b) Bermain peran

Teknik untuk mengekpresikan berbagai jenis perasaan yang menekankan (perasaan-perasaan negatif) melalui suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.

c) Imitasi

Teknik untuk menirukan secara terus-menerus suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan tingkah lakunya sendiri yang negatif.

2. Teknik Kognitif

Teknik ini membantu konseli berpikir tentang pemikirannya dengan cara yang kontruktif. Konseli diajarkan untuk memeriksa bukti-bukti yang mendukung dan menentang keyakinan-keyakinan irasionalnya dengan menggunakan tiga kriteria utama, yaitu: Logika, realisme, dan kemanfaatan. Teknik ini meliputi: 24 a. Home Work Asigmets

Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menurut

pola tingkah laku yang diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan konseli diharpkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan perasaan- perasaan yang tidak rasional dan tidak logis.

b. Latihan assertif

Teknik untuk melatih keberanian konseli dalam mengepresikan tingkah laku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-model sosial.

3. Teknik behavior

Teknik ini lebih digunakan khusus untuk mengubah tingkah laku. Teknik ini dinegosiasikan dengan konseli atas dasar sifatnya yang menentang, tetapi tidak sampai membuat kewalahan, yaitu tugas-tugas yang menstimulasi untuk mewujudkan perubahan teraputik, namun tidak terlalu menakutkan karena justru akan menghambat tugas-tugas tersebut. Teknik ini meliputi:

a. Reinforcement

Teknik untuk mendorong konseli kearah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment) teknik ini dimaksudkan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irasional pada konseli dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif. Dengan memberikan reward atau punishment, maka konseli akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharpakan kepadanya

b. Sosial modeling

Teknik ini untuk membantu tingkah laku baru pada konselo, teknik ini dilakukan agar konseli dalam hidup menjadi suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru), mngobservasi, dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.

c. Model dari kehidupan nyata (Teknik life models)

Teknik yang digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilku tertentu khususnya situasi interpersonal yang kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun