perilaku trauma yang dialami oleh seorang sebenarnya bukan dari kenyataan atau keadaan atau permasalahan yang dihadapinya, namun lebih disebabkan dari cara memandang dan menanggapai suatu keadaan atau permasalahan yang dihadapi itulah yang lebih utama menyebabkan kekuatan sehingga munculah bentuk-bentuk perilaku seperti: kekuatan, kekhawatiran atau kecemasan akan terjadinya kekerasan kembali."
 masalah trauma pasca kekerasan sangat efektif bila menggunakan terapi rasional motif menggunakan beberapa teknik yang sesuai dengan apa yang dialami konseli pada intinya adalah untuk membantu menujukkan dan menyadarkan konseli bahwa cara berfikir yang tidak logis itulah yang sebenarnya merupakan penyebab gangguan emosionalnya. Hal ini dilakukan juga dengan memfungsikan diri dan pikiran irisional untuk menggantinya dengan oikiran yang rasional.
Setelah konselor mengetahui penyebab masalah yang sebenarnya yakni menyangkut pola pikir yang keliru dalam memandang keadaan yang sedang dihadapi sehingga sampai terjadi trauma, maka merujuk pada tujuan akhir dari terapi rasional emotif adalah mengendalikan konseli pada pikiran-pikiran yang rasional agar ada semangat untuk memulai dan membiasakan diri untuk menjalani hidup dan menikmati masa kanak-kanak maupun masa remajanya.
Teknik-teknik dalam rasional emotif menggunakan berbagai teknik yang bersifat emotif, kognitif dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi konseli. Beberapa teknik dimaksud antara lain adalah sebagai berikut:
1. Teknik emotif
Teknik ini dilakukan untuk mengubah emosi konseli. Ini sepenuhnya melibatkan emosi konseli saat ia melawan keyakinan-keyakinannya yang irasional. Teknik ini meliputi:
a.) Assertive adaptive
Teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong, dan membiasakan konseli untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan tinggah laku yang diinginkan, latihan-latihan yang diberikan lebih bersifat pendisiplinan diri konseli.
b) Bermain peran
Teknik untuk mengekpresikan berbagai jenis perasaan yang menekankan (perasaan-perasaan negatif) melalui suasana yang dikondisikan sedemikian rupa sehingga konseli dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri melalui peran tertentu.
c) Imitasi