Mohon tunggu...
kiramim bararah
kiramim bararah Mohon Tunggu... Lainnya - menulis adalah jalan menuju keabadian

mahasiswa teknik perkapalan 2019

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar dari Bagaimana Snouck Hugranje Menghancurkan Islam di Aceh

22 Februari 2023   02:00 Diperbarui: 22 Februari 2023   01:57 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum mendapatkan tips and tricknya mari kita mengenal dulu sosok pencetus dari teori ini, semata2 agar kita tidak meremehkan apa yang dia katakan.

Bernama Cristian Snouck Hugranje lahir di Belanda dari keluarga seorang pendeta. Berhasil meraih gelar doktor pada kajian ilmu perbandingan agama dari universitas Leiden dengan desertasi mengenai ritual haji. 1884 pergi ke Jeddah, Arab Saudi untuk mendalami kebudayaan islam selama 5 bulan [1], dilanjutkan dengan menyamar dengan identitas sebagai muslim bernama Abdul Ghafur setelah mendeklarasikan syadat di depan qadhi jeddah.

[2] kemudian mendiami mekkah selama 7 bulan untuk mempelajari detail-detail kebudayaan islam di tempat dimana seluruh orang muslim dari segala penjuru dunia bertemu di tambah ke intiman kawasan tanah haram yang memang secara hukum islam tidak boleh dimasuki oleh non-muslim menjadikan snouck benar2 belajar di tempat yang sangat strategis (bisa bertahan di mekkah dan di percaya oleh para alim-ulama disana maka kita bisa berasumsi bahwa kefasihan bahasa Arab dan kedalaman ilmu fiqh seorang snouc bukan lah dlm tingkatan yang main2)

1888 proposal penelitiannya terkait daerah Hindia-Belanda (indonesia saat ini) disetujui dan didanai oleh pemerintah Belanda. Snocuk pertama kali bertugas di pulau jawa, disini kepintaran agama dan kamuflasenya berhasil membuat beliau direstui (bahkan terkesan dijodohkan) untuk menikahi anak tunggal dari penghulu besar ciamis [3]. Kemudian Juli 1891 - Februari 1892 snouck menyamar di Kuta Raja, Nangroe Aceh (jantung kerajaan kesultanan aceh). 

1892 kembali ke batavia memberikan laporan hasil pengamatan nya yang kemudian menjadi buku de atjeher setebal 2 jilid. 1906 kembali ke belanda menjadi guru besar (profesor) di universitas leiden dan merangkap sebagai penasehat menteri daerah jajahan belanda (jabatan ini tetap di pegangnya sampai wafat tahun 1936, gg emang) serta dianugerahi gelar kehormatan doctor honoris causa di belanda atas jasanya dlm membantu belanda memahami dinamika sosial masyarakat muslim di daerah2 jajahannya.

Sebagai seorang sosiolog dan praktisi yang terjun langsung ke tengah2 masyarakat islam (bahkan sampai ke mekkah dan jantung kesultanan aceh), snouck menemukan suatu rahasia kekuatan sekaligus kelemahan dari masyarakat muslim.

Menurut Snouck keislaman dalam masyarakat itu dibagi menjadi 3 bagian

(1). Peribadahan
(2). Hukum dan ekonomi
(3). Politik

Untuk point 1 Snouk memberikan masukan pada pemerintah belanda bahwa dalam hal ibadah pemerintah belanda tidak perlu takut dan tidak boleh pula melarang2 hal tersebut, peribadahan ummat islam (shalat, puasa, zakat, haji) tidak lah berbahaya bagi kelangsungan penjajahan dan kolonialisme bahkan snouc menyarankan agar pemerintah mendukung dan membantu masyarakat dlm melaksanakan ritual2 keagamaan tersebut dengan memperbaiki masjid2 ummat islam. Sebaliknya, pelarangan ibadah lah yang akan menyebabkan pemerintah belanda semakin di musuhi oleh ummat islam.

Dalam hal hukum dan ekonomi snouk memberikan masukan yang sedikit lebih ketat bahwa pemerintah belanda harus berusaha meredam pengaplikasian hukum islam dengan membantu masyarakat dalam mempertahankan hukum2 adat mereka.

Snouck juga meminta pemerintah belanda untuk mengawasi masjid2 yang memiliki kas yang digunakan untuk tujuan produktif. Untuk hal ini juga snouck meminta pemerintah belanda untuk menyediakan pendidikan asosiasi, dmn para bangsawan aceh disekolahkan di sekolah belanda sehingga mereka mendapatkan pola pendidikan dan juga cara pikir bangsa barat sehingga kedepan masyarakat aceh akan terpecah dengan sendirinya karena setelah para murid2 ini dewasa mereka akan menjadi panutan dikalangannya.

yang paling menarik adalah pandangnya terkait politik dalam masyarakat muslim, dia menyatakan "musuh kolonialisme bukan lah islam sebagai Agama, Melainkan islam sebagai doktrin Politik". Snouck dengan tegas meminta pemerintah belanda bahkan jika harus menggunakan cara kekerasan untuk menumpas segala bibit2 fanatisme agama dan kebangkitan islam utamanya pan-islamisme (paham yang berpahaman bahwa ummat islam sedunia harus bersatu).

islam sebagai doktrin politik memang perlu dipahami lebih dalam lagi karena sederhananya politik berarti kegiatan mengurus urusan orang lain yang terkadang dipersempit hanya dalam kalimat kekuasaan atau pemerintahan.
Yang menurut saya semakin harus membuat kita memperhatikan teori dan rekomendasi snouck ini adalah karena setelah pemerintah belanda melaksanakan dan mengunakan pola pikir yang diramukan snouck akhirnya kesultanan aceh berhasil dikalahkan. Setelah lebih dari 20 tahun peperangan akhirnya bangsa nenek moyang kami (orang aceh menggunakan kami untuk mengatakan saya) yang bergelar negeri serambi mekkah itu kalah juga.


Ada 2 hikmah setidaknya yang bisa saya sarikan :


1. Keilmuan pada bidang soscial science tidak lah bisa dianggap sebelah mata oleh mereka orang2 natural science. Dengan keilmuan sosial akhirnya snouck bisa membaca kelemahan bangsa aceh dan memberikan rekomendasi cara menghancurkannya.
2. Kolonialisme paling takut dengan keislaman adalah ketika islam telah dibawa menuju arena perpolitikan. Ibadah tetap perlu dan tetap no. 1 tapi kita tidak boleh berhenti sampai disitu. Tempuhlah sampai pada jalan yang akan mengetarkan nalar2 kolonialisme
Ini nasehat dari seorang prof. Kehormatan, penyusup yang berhasil masuk ke mekkah, intelejen yang berhasil menikahi 2 wanita bangsawan muslim nusantar, pencetus strategi yang berhasil mengalahkan bangsa Aceh. Setidaknya nasehat beliau layak kita renungkan.
*kenapa saya mengunakan kata kolonialisme bukan non-muslim dst. Karena yang menjadi musuh kita bukan lah agama tapi pola pikir yang menjadikan orang lain diperbudak dan terjajah sehingga mereka tidak bisa sejahtera.

Bacaan lebih lanjut
[1] Seri Informasi budaya no. 29/2012
[2] https://ejournal2.undiksha.ac.id/index.php/JUWITRA/article/view/103/72 (hlm 5 dari 17)
[3] https://www.academia.edu/12073113/Orientalisme_Christian_Snouck_Hurgronje_Ignaz_Goldziher_dan_Louis_Massignon (hlm 6)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun