"Dulu kestabilan dan konsistensi tim terjaga, karena hanya ada sisip satu dua pemain, tapi akhir-akhir ini yang banyak hanya bongkar pasang. Pagi pemainnya ini, sore sudah lain lagi."ucapnya menganalogikan bongkar pasang itu.
Selebihnya, Harry berbagi tips mengapa dulu motivasi pemain Timnas bisa ibarat pasukan berani mati di lapangan. Ternyata kiatnya cuma bernyanyi.
“Sewaktu di Timnas. Sebelum tidur kami wajib menyanyikan lagu kebangsaan dan nasional. Nasionalisme kami selalu ditanamkam jelang tidur. Dan semangat kebangsaan terbawa ke dalam pertandingan kala dulu,”
Ya, itulah kiatnya. Berbeda dengan pemain jaman sekarang yang sebelum tidur sibuk utak-atik medsos, kemudian nyumpal kuping lalu nyuruh gadget canggihnya bernyanyi.
Pastinya lagunya bukan Indonesia Raya, Bagimu Negeri, Satu Nusa Satu Bangsa. Paling lagunya I Hate You, I Can See Your Eyes, I'm falling love dan semacamnya. Atau minimal Goyang Dumang, Sambalado, dan sebangsanya.
So, Dunia memang sudah berubah Kang
====
Tulisan ini saya persembahkan untuk seluruh pemain yang pernah memakai seragam Timnas Indonesia, tanpa terkecuali dan dari berbagai generasi. Terima kasih telah menyanyikan Lagu Indonesia Raya dengan penuh semangat, terima kasih untuk keringat, darah, dan airmata yang sudah tertumpah di lapangan hijau untuk bangsa ini.
Semoga Sepakbola Hidup Lagi di negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H