Mohon tunggu...
Syafrizal Marajo
Syafrizal Marajo Mohon Tunggu... Jurnalis - I'm the simple man

Haruskah aku gagal menghadapi masalah sekecil ini?

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kisah Herry dan Rully, Timnas Kita Dulu dan Sekarang

13 Maret 2016   09:55 Diperbarui: 13 Maret 2016   12:11 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya, sejak awal cuma mau mengincar Herry Kiswanto, Zulkarnaen Lubis dan Rully Nere, akhirnya terkabul saat ada sesi jumpers. Sayang, Bang Zul tak dihadirkan saat jumpers, mungkin Sang Maradona dari Medan masih Jet lag, atau langsung istrirahat di kamar hotelnya.

Well, apa yang saya tanyakan pada Rully dan Herry lumayan terjawab. Meski Bung Rully yang dari Papua itu jawabannya agak melenceng dari yang saya tanyakan, saya tanya utara dia jawab ke selatan. Tapi, walau melenceng itu justru dia memberi  memberi jawaban yang tak terduga.

Saya menanyakan dan meminta tanggapan, juga soal perasaaannya karena Timnas Indonesia saat ini cuma jadi penonton di berbagai iven internasional.

Rully justru menyentil, menyindir, dan mempertanyakan motivasi pemain Timnas yang berbeda di eranya dengan era sekarang."Dulu jadi pemain timnas itu sangat sulit, sekarang mah gampang saja jadi pemain Timnas."kata Bang Rully santai.

Itu satu, ada lagi yang kedua; "Dulu membela Timnas itu sangat membanggakan karena motivasinya adalah merah putih dan Garuda, sekarang saya tak tahu motivasinya apa.".

Cukup? Masih ada rupanya: Dulu kami dapat hadiah jadi pemain terbaik cuma dapat piala, rasanya terharu dan bangga. Sekarang yang penting ada gabus bertuliskan angka-angka rupiah."

Hahahaha, cukup..cukup Bang Rully, nanti banyak yang kesenggol, tercubit, dan tersinggung. Maklumlah, dunia sudah berubah, sekarang yang berkuasa memang benda berbentuk kertas tipis bertuliskan angka-angka dan ada gambar pahlawan itu.

Bagaimana dengan Herry? Herkis sapaannya. Mantan Kapten hebat di PPD 1985 yang membuat saya terkagum-kagum saat melototi layar hitam putih di usia 13 tahun.

Dengan suaranya yang kecil, cenderung lembut, Il capitano eks Pardedetex itu curhat dan prihatin soal sepakbola Indonesia hari ini.

"Sepakbola kita tak boleh mati."gumamnya dengan suara halusnya. Kalimat yang singkat, padat, hanya lima suku kata. Tapi dibalik pendeknya kalimat Herry banyak makna yang wajib dipikirkan banyak pihak.

Soal Nostalgia Timnas bagimana kang? Sama dengan Rully, sang Herkis juga menyorot soal perbedaan Timnas dulu dan sekarang. Hal paling disentilnya, selain gampang masuk Timnas, juga hobi bongkar pasang pemain Timnas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun