Mohon tunggu...
Widodo Algani
Widodo Algani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Kependidikan Umum dan Islam

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gambaran Diri sebagai Guru Penggerak di Masa Dean

24 November 2022   02:22 Diperbarui: 3 Desember 2022   21:57 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

GAMBARAN DIRI SEBAGAI GURU PENGGERAK DI MASA DEPAN

Tugas ini di buat pada bulan November 2022. Bulan November sebagai bulan Hari Guru Nasional ke 77 di tahun 2022, bukanlah ajang untuk seremonial semata. Namun dapat dijadikan refleksi bagi semua guru.

Begitu strategisnya peran guru dalam mempersiapkan SDM Indonesia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab, sebagaimana diamanatkan dalam tujuan sistem pendidikan nasional (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003). Maka tidaklah heran jika pemerintah sangat mengapresiasi jasa guru dengan tidak henti-hentinya untuk terus berupaya memuliakan para guru Indonesia.

Guru sebagai sosok panutan yang digugu dan ditiru, banyak harapan besar dialamatkan kepadanya untuk membawa majunya bangsa melalui pembangunan SDM yang dihasilkan dari proses pendidikan. 

Mengingat posisi guru berada di garda terdepan yang langsung berhadapan dengan peserta didik dalam pembelajaran, meskipun katakanlah teknologi informasi begitu pesat berkembang sehingga begitu banyak menyediakan sumber pengetahuan yang berlimpah, namun tugas guru 5M (merencanakan, melaksanakan, menilai, membimbing dan melaksanakan tugas), terutama fungsi pembimbingan tetap tidak tergantikan oleh teknologi informasi. 

Artinya fungsi guru tidak sebatas hanya menstransfer ilmu semata, akan tetapi justru yang lebih utama pada peran pendidiknya sebagai ciri khas yang melekat pada jati diri guru dalam membentuk integritas kepribadian peserta didik yang berbasis pendidikan karakter.

Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang "beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).

Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi pegangan untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila. 

Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh keenam dimensi pembentuknya yang harus dilihat sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka profil tersebut menjadi tidak bermakna. Keenam dimensi itu adalah: 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebinekaan global; 5) Bernalar kritis; 6) Kreatif. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).

Dalam usaha mewujudkan Profil Pelajar Pancasila ini, tentunya perlu peran pendidik untuk menuntun anak serta menumbuhkan profil yang dijabarkan. Peran pendidik yang pertama terkait dengan Profil Pelajar Pancasila ini adalah mengenali dan menjalankan profil ini terlebih dahulu. Ketika seorang pendidik menghidupi profil ini, maka akan lebih mudah bagi murid untuk mengikutinya. Keteladanan seorang guru dalam menjalankan profil ini pasti akan dilihat dan dipelajari oleh para muridnya.

Program Guru Penggerak, Saat ini, pola pikir (mindset) saya yang sudah berubah adalah penerapan konsep tentang kondrat alam dan kodrat zaman. KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan "irama" KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat alam dan kodrat zaman sebagai berikut "Dalam melakukan pembaharuan yang terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik, baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama (yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan" (Ki Hadjar Dewantara, 2009, hal. 21).

Melalui program guru penggerak yang menitikpoinkan kepada pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa mindset atau perubahan yang ada dalam pola pikir dan perilaku saya bahwa murid adalah anak didik kita yang memiliki kodrat alam yang selalu ingin merdeka sejak dari kandungan, ia menangis jika merasa kehausan hingga jiwa merdeka saat ia dewasa. 

Setiap anak memiliki kodratnya masing-masing yang sudah digariskan walaupun masih samar, maka tugas kita sebagai pendidik adalah membimbing, menuntun, dan menjadi instruktur agar murid kita merdeka sehingga mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Selain itu, hal yang terpenting dalam pendidikan anak kita adalah memberikan pendidikan akhlak atau budi pekerti. Peran orangtua ketika dirumah, peran guru ketika berada di sekolah dan peran masyarakat ketika di lingkungan sekitarnya sangat penting untuk mendidik dan dijadikan teladan atau panutan dalam melakukan sikap-sikap terpuji sehingga anak-anak kita memiliki sikap beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang Maha Esa, mandiri, gotong royong, bernalar kritis, kreatif dan kebhinekaan global yang sesuai dengan profil pelajar pancasila.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan yang kita berikan harus sesuai dengan tuntunan alam dan zamannya. Saat ini setiap anak harus memiliki keterampilan abad 21 yang meliputi creativity thinking, critical thinking, comunication dan collaboration. Siswa harus kreatif, mampu berpikir kritis, mampu berkomunikasi dengan baik, dan mampu berkolaborasi dengan baik.

Ketika pembelajaran di kelas, anak-anak sering sekali tidak memperhatikan penjelasan guru. Mereka lebih asyik dengan bermain dan bercanda bersama teman-temannya. Sebagai seorang pendidik kita harus memahami bahwa bermain adalah kodrat anak.

Guru tidak hanya mengajarkan atau pembelajaran yang monoton (berpihat pada guru) namun menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan agar sesuai dengan kodrat anak (berpihak pada siswa). Dengan bermain anak dapat mengolah cipta dan rasa sehingga menjadi sebuah karya dan budi pekerti. Anak yang terpenuhi kodratnya akan tumbuh menjadi insan yang memiliki budi pekerti yang baik atau yang dikenal dengan akhlakul karimah (akhlak yang terpuji).

Seorang pendidik diibaratkan sebagai petani dan anak didik kita diibaratkan sebagai bibitnya. Petani harus merawat, memberi air, menyiangi gulma dan memberi pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan banyak lagi. Namun, petani tidak mungkin dapat mengubah bibit mangga menjadi anggur, karena itu merupakan kodrat alam dan dasar yang harus diperhatikan dalam pendidikan dan itu di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai pendidik.

Pendidikan yang diberikan harus berpihak kepada anak, kita tidak bisa memaksakan kehendak yang kita inginkan. Anak adalah sang pemeran utama yang merupakan subjek bukan objek pendidikan. Guru dan murid harus berkolaborasi bersama untuk menggali dan mengembangkan potensi yang dimilikinya dan dapat mengakomodasi karakteristik masing-masing agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Adapun untuk 3 tahun ke depan, saya optimis telah menguasai dan menerapkan nilai dan peran guru penggerak di lingkungan saya, dengan gambaran sebagai berikut:


1. Mandiri

Kemandirian senantiasa menjadi teladan sebagaimana konsep ing ngarsa sungtulada (di depan memberi teladan) bagi semua orang yang mengikutinya. Selain mendidik dan transfer ilmu, pendidik juga mandiri melakukan hal-hal yang direncanakan, yang dianjurkan, dan juga memberikan contoh kepada peserta didik setidaknya mengenai hal yang diajarkannya. Kemandirian di bidang pedagogic terus berusaha untuk berkembang dengan memperbanyak pelatihan, seminar, diklat, maupun melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Memperbanyak literasi dan menuangkan dalam artikel, jurnal maupun buku.


2. Reflektif

Selama melakukan implementasi pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui Trilogi Pendidikan, pemahaman tentang pendidikan menjadi lebih komprehensif, dan yang paling utama adalah merefelksi sejauhmana capaian penulis selama menjadi seorang guru. Hal ini pun menjadi momentum terbaik untuk memotivasi diri melakukan perubahan fundamental dalam upaya meningkatkan pelayanan pendidikan kepada siswa. Sehingga menyadarkan penulis agar selalu menempatkan mereka menjadi subyek pendidikan yang kelak akan meneruskan tongkat estapet pemimpin pembelajaran di kehidupan nyata.

3. Inovatif

Selanjutnya, saya juga akan memegang teguh nilai inovasi yang ada dalam program guru penggerak. Di mana saya akan berusaha untuk mewujudkan kebaruan dan kreativitas di tiga tahun yang akan datang. Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung berpikir kritis dan pemecahan masalah untuk anak, melalui program murid bertanya diharapkan mampu membuka cakrawala pemikiran dan literasi anak dalam pembelajaran. 

Murid berkarya melalui keterampilan yang dimiliki oleh murid dengan menunjukkan di papan pajangan (madding) maupun pameran di tingkat desa. Murid berbudaya, mengaktifkan budaya local yang dimiliki masyarakat sekitar melalui kolaborasi dengan masyarakat sekitar dalam hal kebudayaan. Murid berakhlak, mengedepankan murid yang berakhlak mulia sebagaimana amanah Undang-undang Sisdiknas melalui kegiatan keagamaan maupun internasilasi sikap religius di sekolah dan masyarakat.

4. Kolaboratif

Saya memiliki kesadaran penuh, bahwa untuk mencapai suatu perubahan yang bersifat transformatif dalam dunia pendidikan terlebih dengan paradigma baru, maka tidak bisa dilakukan sendirian. Melakukan koordinasi dengan pihak kepala sekolah, guru dan orangtua siswa untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan berpusat pada siswa serta yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. Memfasilitas sarana dan pembiasaan literasi, aktualisasi penguatan Pendidikan karakter berbasis kelas, sekolah dan masyarakat. Mengedpankan pendidikan era abad 21 yang sesuai alam dan zamannya.


5. Berpihak pada Murid

Selayaknya prinsip pembelajaran pada paradigma baru, pendidikan seharusnya berpihak pada murid dengan memberikan porsi lebih murid untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya. Melakukan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). nilai berpihak pada murid sebagai wujud menghamba kepada murid, dan berpenampilan rapi dan menarik.

Semoga kelima peran Guru penggerak ini bisa mewujudkan transformasi pendidikan.

Salam Guru Penggerak: Widodo, S.Pd.I.,M.Pd. CGP Angkatan 7 Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun