Tapi negara yang sudah melupakan pernah mempunyai seorang pahlawan
Bukan seorang, tapi puluhan, ratusan, bahkan ribuan
Pantas saja jika pahlawan itu tak terlihat negara
Mereka sibuk menjadi mata-mata
Menjadi tukang semir sepatu demi anaknya yang sedang sakit
Masih menjadi tukang beca padahal usianya sudah senja
Terkadang aku melihat mereka menjadi tukang sapu jalanan
Sebegitu menghayati perankah mata-mata negara itu?
Dulu mereka menghusung pedang , kini mereka memegang gagang sapu
Dulu mereka menusuk musuh dengan belatinya
Kini belati itu kembali ke jantung hati mereka ditusukan oleh bangsanya sendiri