Negosiasi ulang. Belum terlambat. Apalagi Australia sudah membuka tema ' bisnis balas budi'. Jika memang Australia dan negara lain yang memang peduli dengan nyawa dan masa depan anak muda Indonesia, barterkan dengan sponsor rehabilitasi, pembangunan rumah sakit rumah sakit yang dokter dokternya digaji oleh mereka, yang infratruktur, obat obatan, peralatan medis dibiayai oleh mereka. Minta mereka berinvestasi bidang Kesehatan, infrastrultur dan pendidikan. Berikan beasiswa tanpa batas, sediakan klinik klinik kesehatan di tiap desa desa. Apa sajalah. Kalau banyak NGO Australia mampu membuat banyak pelosok desa mandiri, kenapa pemerintahannya tidak?
Dan untuk si terdakwa, bisa penjara seumur hidup sebagai jaminan lancarnya kompensasi.
Saya yakin Ibu Retno yang hebat akan berdiplomasi dengan cantiknya mengembalikan kepercayaan negara negara yang sempat 'syok' waktu lalu dan bersimpati membantu negri ini 'memberihkan' diri dari narkoba.
Sekali lagi, jika memang kita berperi 'Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, sesungguhnya lebih baik menyuarakan untuk Negosiasi ulang daripada terjebak pada ego 'ketegasan' yang sebenarnya masih jauh api dari panggang.
Untuk bahan renungan,sebenarnya ada hikmah kenapa corat marut kriminalisasi kpk oleh polri terjadi bersamaan dengan isu ini. Tuhan ingin membuka mata kita bahwa sistem hukum kita masih jauh dan lemah dari esensi keadilan. Hakim kita, Jaksa Kita, Polisi kita, bahkan Konstitusi kita begitu mudahnya dibolak balik esensinya tanpa ada kekuatan pengambil keputusan mampu menahannya. Maka tak menutup kemungkinan proses peradilan para terdakwa ini juga penuh dengan intrik busuk, korup dan kesalahan kesalahan administrasi lainnya. Wallahualam.
Untuk pendekatan emosional,yang kuat hati silahkan dilihat:
http://www.tempo.co/read/news/2015/01/17/058635579/Surat-Terakhir-Terpidana-Mati-Namaona-Denis
http://usatoday30.usatoday.com/life/movies/news/2011-04-14-conspiratorcov14_CV_N.htm