Mohon tunggu...
Kinoto Christian
Kinoto Christian Mohon Tunggu... Lainnya - Life is a Gift

Traveler - Entrepreneur - Associate Pastor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Melaksanakan Misi Gereja di Era Digital: Happy atau Frustasi?

29 November 2021   16:25 Diperbarui: 29 November 2021   21:59 3063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Instan, otomatis dan online adalah kata-kata yang dekat dengan era ini. Jaringan internet bagaikan darah yang menjadi sumber kehidupan bagi era digital ini. 

Era digital telah merubah banyak bidang dalam kehidupan manusia; di bidang ekonomi setiap tahun dapat kita rasakan perubahannya, salah satunya adalah pertumbuhan penjualan via online semakin hari semakin bertumbuh pesat. 

Di bidang sosial pun kita dapat rasakan perubahan akibat era digital ini, manusia semakin terhubung satu dengan yang lain, kehidupan pribadi seseorang sekarang layaknya etalase yang mudah dilihat orang lain. 

Di bidang pendidikan, perubahan di era digital ini sangat berdampak luas, salah satunya dengan terbukanya sumber-sumber informasi yang semakin mudah di akses dalam mendukung proses pembelajaran. 

Era digital merubah semua bidang kehidupan manusia, baik perubahan positif maupun perubahan negatif. Termasuk pula perubahan dalam bidang keagamaan/gereja. Lantas bagaimana Gereja meresponi era ini? Happy atau Frustasi?

Ketika kita berbicara mengenai misi gereja, apakah yang kita mengerti dan pahami mengenai kata ini? Kata ini sendiri bagi sebagian kalangan di dunia telah dipahami sebagai sesuatu hal yang buruk, karena dikaitkan dengan trauma sejarah kekristenan yang disebut dengan Christendom, dimana berfokus pada pengkristenan daerah-daerah jajahan, biasa dikenal juga sebagai usaha Proselitisme. 

Namun, pengertian misi dan cakupan sesungguhnya tidaklah demikian menurut David J. Bosch dalam bukunya Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi Misi Yang Mengubahkan dan Berubah. 

Menurutnya, paling sedikit terdapat 13  paradigma  yang  memperlihatkan luasnya  pengertian dan jangkauan misi, yaitu: Misi sebagai Gereja; Misi sebagai  Missio Dei; Misi sebagai Perantara  Keselamatan;  Misi  sebagai  Perjuangan  Demi  Keadilan;  Misi    sebagai    Penginjilan;    Misi    sebagai   Kontekstualisasi;  Misi  sebagai  Pembebas;  Misi  sebagai  Inkulturisasi; Misi sebagai Kesaksian Bersama;  Misi Pelayanan seluruh umat; Misi Kesaksian  kepada orang-orang berkepercayaan lain; Misi sebagai  teologi; dan Misi sebagai aksi didalam  pengharapan.

 Misi yang dijalankan gereja pasti akan mengalami perubahan, baik bentuk maupun pola secara drastis di masa yang akan datang. Perkembangan gereja dan misinya akan berlanjut menuju era baru di dalam dunia digital. 

Karena sebagian besar dunia telah terkoneksi dan globalisasi sebagai buah dari digitalisasi telah membawa peluang yang lebih besar dalam mengangkut Injil dan misionaris ke semua bagian dunia. 

Perkembangan teknologi informasi dan digital yang melaju teramat cepat akan mengantar perubahan bagi gereja ke masa depan. Jika Gereja ingin  efektif dalam mengerjakan misi holistik melalui kesaksian tentang kedaulatan Allah dalam semua ciptaan, dan dalam mewujudkan realitas Kristus yang bertemu manusia di mana pun berada, maka masa depan misi harus siap untuk memberi ruang baru bagi diskusi yang lebih besar dan mendasar mengenai efektifitas dan produktifitas misi di era digital.

Hal mendasar bagi gereja bukanlah langsung mengubah cara bermisi dengan pola digital, tetapi gereja harus memahami digital secara utuh sebagai kebutuhan, menyadari terjadinya kebutuhan baru dan akan menghadapi tantangan sosial ekonomi yang jauh lebih berat. 

Gereja harus melihat bahwa ladang pelayanan yang sedang menguning itu menghadapi era digital dengan perubahan yang sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. 

Gereja juga harus menyadari  bahwa digitalisasi sudah mempengaruhi seluruh kehidupan manusia, termasuk  umat Tuhan dan tentu juga mereka yang belum mengenal Kristus. 

Dengan hadirnya transformasi digital maka tantangan gereja akan memasuki arena pertempuran yang baru sama sekali. Pola misi gereja harus berubah dalam mempersiapkan umat dan gereja agar dapat membawa pesan misi Allah di era digital.

Berani Berubah

Memegang teguh prinsip-prinsip, nilai-nilai dan keyakinan Kekristenan adalah sebuah keharusan. Namun selaku institusi ataupun kumpulan orang percaya, Gereja juga mesti bijak dan berani menyelaraskan strategi dan pelaksanaan misi gereja dengan perkembangan kekinian. 

Adaptasi dengan teknologi digital bisa diartikan strategi gereja agar tetap survive, inovatif dan mampu membaca celah untuk melakukan terobosan-terobosan baru.

Perubahan-perubahan pola beribadah dan kehidupan berjemaat telah kita rasakan saat ini termasuk di dalamnya cara membaca Alkitab, mendengarkan khotbah minggu, interaksi antar jemaat, konseling, diakonia, liturgi ibadah, komunikasi kepada jemaat dan lain-lain mengalami pegeseran dan perubahan. 

Tidak sedikit pula perkunjungan warga gereja di rumah sakit maupun rumah duka pun terpaksa mengalami perubahan bentuk, akibat adanya pembatasan/regulasi/protokol kesehatan pemerintah.

Bila dimensi internal pelayanan gereja saja perlu inovasi-inovasi dengan keberanian dalam eksperimentasi, terlebih lagi dalam tugas misi kepada dunia.

Kemajuan teknologi informasi di era digital haruslah dipandang sebagai berkat bukan kutukan untuk pelaksanaan misi gereja. Ia dapat menjadi sarana untuk mendekatkan jarak pelayanan, bisa membuka ruang dialog yang lebih terbuka, konstruktif dan rasional sebagai sarana pelaksanaan misi.

Alkitab sama sekali tidak menolak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang terutama adalah segalanya dimulai dengan rasa takut akan Tuhan, karena disitulah permulaan pengetahuan (Amsal 1:7). 

Serta sepintar apapun kita, jangan sampai  bersandar pada pengertian sendiri. Sebab apapun yang kita kerjakan hendaknya untuk kemuliaan Tuhan (1 Kor 10:31). Dengan demikian kita dapat membedakan mana yang baik dan berguna untuk membangun serta yang dapat mendatangkan berkat bagi banyak orang (1 Kor10:23, 33).

Kaderisasi dan delegasi misi bagi orang muda

Dalam penerapan strategi kepemimpinan gereja, setiap gereja harus mengerti pentingnya memiliki pemimpin-pemimpin yang memiliki panggilan pelayanan misi bagi dunia. 

Untuk menjalani fungsi misi bagi dunia, setiap gereja membutuhkan setidaknya tiga hal: pemimpin yang membawa dan mewujudkan visi misi dan memperlengkapi orang lain, keluarga yang melatih generasi berikutnya tentang apa artinya kesetiaan, dan kelompok-kelompok kecil yang dapat memfasilitasi berbagai tanggung jawab dan tugas gereja.

Melihat kebutuhan kepemimpinan yang di perlukan di era digital ini, Gereja harus lebih cepat dalam mempersiapkan sumber daya internal. Pengembangan kepemimpinan di masa mendatang adalah melihat dan mempersiapkan  orang-orang muda yang sekarang berusia 25-40 tahun. Para pelayan dan calon pemimpin muda inilah yang akan memegang kendali gereja di masa beberapa dekade mendatang. 

Gereja perlu mempersiapkan pemimpin-pemimpin dengan pola pikir yang berorientasi pada teknologi, memiliki kemampuan manajerial (managing-skill) dan kepemimpinan (leadership-skill) yang baik menuju pola manajerial dan kepemimpinan baru yang sangat berbeda. Pola kecepatan pengambilan tindakan sangat diperlukan di era digital ini. 

Mempersiapkan pemimpin-pemimpin muda adalah suatu hal yang mendesak, namun Gereja sering kali terikat dengan pola kepemimpinan senioritas sehingga sulit melepas calon pemimpin muda untuk mulai belajar memegang kendali organisasi gereja maupun misi gereja. 

Gereja yang banyak melibatkan pemimpin mudanya akan menuai keuntungan di era digital ini. Perubahan yang biasa cepat terjadi di era digital akan mudah di antisipasi oleh pemimpin-pemimpin muda. 

Kesiapan untuk berubah dengan cepat hanya dimiliki oleh generasi ini. Masalah yang banyak dihadapi gereja sekarang adalah gagalnya pembinaan generasi muda karena kesulitan memahami  dan menerima "perbedaan generasi". Perbedaan generasi di era digital memiliki corak yang sangat berbeda dengan generasi sebelumnya. 

Terutama dalam kecepatan dalam bertindak, variasi pertimbangan dan keputusan serta pola dan gaya  dalam melayani. Para pemimpin gereja harus belajar tentang perbedaan generasi ini agar terjadi proses kaderisasi dan delegasi kepemimpinan yang baik.

Saat tiba waktunya mereka terjun di posisi kepemimpinan,  mereka akan mengerti hal yang harus mereka lakukan dengan benar dan tepat. Kelugasan dan kecepatan sangat diperlukan dalam kepemimpinan mereka (fast and agile capability). 

Mereka harus mampu mengatasi kehidupan serba otomatis dan mampu mengkoordinasikan ke dalam kehidupan bergereja, mereka juga harus mampu mengubah dan mengelola  organisasi dengan cara yang baru, menemukan bakat sesuai kebutuhan jaman, mengelola tim dengan gaya kekinian, memberikan produk dan layanan misi sesuai kebutuhan jaman, dan mengembangkan profesionalisme manajemen gereja. 

Gereja yang gagal mempersiapkan pemimpin-pemimpin mudanya dipastikan akan menghadapi kesulitan untuk bertumbuh dan maju, mengalami stagnasi dan penurunan kualitas organisasi dan akhirnya menghilang.

Ruang bagi golongan merem teknologi

Selain mengoptimalkan pelayanan misi berbasis teknologi digital, gereja juga dituntut untuk tidak menutup mata dan tetap melayani masyarakat merem teknologi yang terdiri dari golongan usia senior ataupun golongan yang tidak mampu mengakses teknologi akibat kendala ekonomi maupun geografis. 

Ketidak-akraban pada teknologi digital perlu disingkapi dengan strategi pelaksanaan misi yg khusus baik cara eksekusi maupun pelaksana, agar setiap golongan masyarakat terlayani dengan baik. 

Hal ini patut diperhatikan agar tidak terjadi spirituality lost, yang dapat diartikan sebagai degradasi iman dan minat kerohanian dari sebuah generasi akibat terlalu lama tidak bersekutu dan jarang mendapatkan pelayanan pastoral dari gereja dan para   rohaniwan. 

Generasi yang mengalami kehilangan spiritualitas akan menjadi angkatan yang tidak  terjangkau oleh misi gereja meskipun berada di era digital yang tanpa sekat tempat dan waktu ini.

unsplash.com/@everythingcaptured
unsplash.com/@everythingcaptured

Cepat atau lambat kita akan memasuki dunia yang baru di dalam sejarah misi dan perkembangan gereja. Era digital akan membawa gereja masuk ke dalam suatu dunia yang baru, baik siap atau pun tidak. 

Dan secara sadar ataupun tidak, akan terjadi suatu transformasi yang harus dialami oleh gereja. Transformasi perubahan strategi misi gereja harus direncanakan dan dilakukan mulai dari sekarang!

Gereja harus mengerti posisinya dengan jelas di era ini dengan mempertimbangkan efek digitalisasi bagi pelayanan, gereja dan misi gereja. Digitalisasi yang menjadi ekosistem baru, membawa peringatan serius, apakah gereja dapat bertransformasi dengan baik atau ditinggalkan oleh generasi digital era ini.

Missio Dei yang menjadi tugas gereja tidak akan pernah berubah sampai kapan pun, namun strategi pelaksanaannya dapat berubah dari jaman ke jaman mengikuti perkembangan dan kebutuhan jaman. 

Persiapan menghadapi transformasi ini sudah harus dimulai mulai dari sekarang untuk menghindari kebingungan yang dapat membawa gereja ke dalam situasi yang terlambat dan frustasi.

Referensi :

Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen. 6th ed., BPK Gunung Mulia, 2006.

Gultom, Junifrius. Teologi Misi Pantekostal: Isu-Isu Terpilih. 1st ed., BPK Gunung Mulia, 2018.

Priyowidodo, Gatut, and D. Ph. Misi Gereja Di Era Disruption. 2020.

Purnomo, Aldrin, et al. "Tantangan Dan Strategi Gereja Menjalankan Misi Allah Dalam Menghadapi Penerapan Industri 4.0 Di Indonesia." DIEGESIS: Jurnal Teologi Kharismatika, vol. 3, no. 2, 2020, pp. 91--106.

Widjaya, Fransiskus Irwan. Missiologi: Antara Teori, Fakta Dan Pengalaman. 1st ed., Penerbit ANDI, 2018.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun