Perkembangan teknologi informasi dan digital yang melaju teramat cepat akan mengantar perubahan bagi gereja ke masa depan. Jika Gereja ingin  efektif dalam mengerjakan misi holistik melalui kesaksian tentang kedaulatan Allah dalam semua ciptaan, dan dalam mewujudkan realitas Kristus yang bertemu manusia di mana pun berada, maka masa depan misi harus siap untuk memberi ruang baru bagi diskusi yang lebih besar dan mendasar mengenai efektifitas dan produktifitas misi di era digital.
Hal mendasar bagi gereja bukanlah langsung mengubah cara bermisi dengan pola digital, tetapi gereja harus memahami digital secara utuh sebagai kebutuhan, menyadari terjadinya kebutuhan baru dan akan menghadapi tantangan sosial ekonomi yang jauh lebih berat.Â
Gereja harus melihat bahwa ladang pelayanan yang sedang menguning itu menghadapi era digital dengan perubahan yang sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya.Â
Gereja juga harus menyadari  bahwa digitalisasi sudah mempengaruhi seluruh kehidupan manusia, termasuk  umat Tuhan dan tentu juga mereka yang belum mengenal Kristus.Â
Dengan hadirnya transformasi digital maka tantangan gereja akan memasuki arena pertempuran yang baru sama sekali. Pola misi gereja harus berubah dalam mempersiapkan umat dan gereja agar dapat membawa pesan misi Allah di era digital.
Berani Berubah
Memegang teguh prinsip-prinsip, nilai-nilai dan keyakinan Kekristenan adalah sebuah keharusan. Namun selaku institusi ataupun kumpulan orang percaya, Gereja juga mesti bijak dan berani menyelaraskan strategi dan pelaksanaan misi gereja dengan perkembangan kekinian.Â
Adaptasi dengan teknologi digital bisa diartikan strategi gereja agar tetap survive, inovatif dan mampu membaca celah untuk melakukan terobosan-terobosan baru.
Perubahan-perubahan pola beribadah dan kehidupan berjemaat telah kita rasakan saat ini termasuk di dalamnya cara membaca Alkitab, mendengarkan khotbah minggu, interaksi antar jemaat, konseling, diakonia, liturgi ibadah, komunikasi kepada jemaat dan lain-lain mengalami pegeseran dan perubahan.Â
Tidak sedikit pula perkunjungan warga gereja di rumah sakit maupun rumah duka pun terpaksa mengalami perubahan bentuk, akibat adanya pembatasan/regulasi/protokol kesehatan pemerintah.
Bila dimensi internal pelayanan gereja saja perlu inovasi-inovasi dengan keberanian dalam eksperimentasi, terlebih lagi dalam tugas misi kepada dunia.