Mohon tunggu...
Sukino Kinoi
Sukino Kinoi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemilik Lembaga Pendidikan di Jogja, Ketua Takmir Masjid

Saya Sukino tinggal di Jogja. Sejak usia sekolah saya hobi baca dan nulis. Berulang kali hasil tulisan saya tampil di koran local Jogja. Topik favorit selama ini, saya suka parenting dan motivasi.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Mengambil Pelajaran Dari Toleransi Umat Beragama

31 Maret 2024   13:48 Diperbarui: 31 Maret 2024   13:52 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi toleransi antar umat beragama (Sumber : pelajaran.co.id)

Mengambil Pelajaran Dari Toleransi Umat Bergama

Kisah yang saya alami seperti tersebut di bawah ini, menjadi pelajaran yang sangat berharga dan saya ingat terus sampai sekarang. Namun sebelum bercerita panjang lebar, terlebih dahulu perlu kita bahas pengertian toleransi.

Sebenarnya  banyak ragam definisi toleransi dari para ahli bahasa, tetapi pada kesempatan ini saya mengambil definisi  dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut KBBI pengertian toleransi adalah bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.

Selanjutnya, saya paparkan kisah toleransi yang sempat saya ingat seperti di bawah ini.

Saya baru paham istilah toleransi itu setelah masuk SMA. Pada saat sekolah SD dan SMP di Bayat Klaten Jawa Tengah, meskipun sekolah negeri, tetapi kebetulan saat itu teman satu kelas semuanya beragama Islam. Jadi saat pelajaran agama, terasa biasa-biasa saja, tidak ada perasaan aneh dan sejenisnya.

Tetapi setelah masuk sekolah SMA di Kabupaten Klaten Jawa Tengah, saya merasa agak kaget waktu itu. Saat tiba jadwal pelajaran agama Islam di kelas, ada teman yang duduk di belakang saya (bernama Joni), dipanggil keluar oleh Pak Guru. Setelah pelajaran agama Islam selesai, Joni kembali lagi ke dalam kelas.

Kejadian serupa selalu terulang setiap satu minggu sekali (untuk harinya saya tidak ingat). Karena penasaran, saya mencoba mencari informasi seputar kejadian ini.  Saat Joni dipanggil keluar ruang kelas saat itu, ternyata dia diberi pelajaran agama Kristen oleh guru yang ditunjuk dari sekolah, bertempat di ruang kelas yang lain..

Selama itu, saya tidak mengira apabila beda agama dengan Joni. Karena dalam berkegiatan sehari-hari di sekolah, tidak ada perbedaan dengan teman-teman lainnya. Saat istirahat jajan di kantin, kita juga bareng-bareng banyak teman. Saat mengerjakan tugas kelompok, begitu juga.

Suatu saat pas istirahat belajar bareng di kos, Joni berkata : "Sebagai warga minoritas, saya harus berusaha jujur dan tidak bohong kepada orang lain. Agar orang-orang menaruh percaya kepada saya dan agama saya", ungkapnya. Lalu Joni menambahkan,  apabila saya tidak jujur dan berbuat bohong, maka yang akan mendapatkan kesan jelek bukan hanya saya saja, tetapi agama saya juga akan terkena imbasnya .

Deg...! Seolah jantung saya berhenti sekejap saat itu. Saya mendapatkan pelajaran sangat berharga yang belum pernah saya peroleh selama ini. Lalu saya merenung sejenak dan membayangkan. Ternyata ajaran semua agama itu hampir sama. Selain mengajak ibadah sesuai tuntunan masing-masing, semuanya juga mengajak berbuat baik kepada sesama.

Apabila saya bandingkan dengan sifat Nabi Muhammad SAW yang shidiq, amanah, tabligh dan fathonah, ternyata pada agama selain Islam, juga diajarkan kepada seluruh umatnya.

Kemudian saya ingat kata Pak Guru agama Islam saat pelajaran di kelas : "Agama masing-masing kalian itu termasuk pilihan pribadi, tetapi urusan pelajaran di sekolah, kalian semua sama".

Menerapkan nasihat dari Pak Guru seperti tersebut di atas, saya dan Joni sudah sama-sama mengerti. Saling pinjam buku dan titip fotokopi tugas sekolah, itu sudah hal biasa kami lakukan. Kami juga sering belajar bareng di tempat kos. Termasuk pula saat mengisi liburan, kami sering wisata bareng-bareng teman se-group.

Yang paling terasa untuk hal toleransi, apabila  hari Jumat, yang notabene saya harus menjalankan shalat Jumat di masjid, Joni tidak berani mengajak saya untuk acara lain. Begitu pula saat hari Minggu yang notabene Joni harus sembahyang di gereja, saya tidak berani mengajaknya, baik untuk urusam pelajaran sekolah maupun sekedar hiburan.

Apabila masing-masing pemeluk agama yang ada di Indonesia bisa memiliki  pola pikir demikian ini, nisacaya hidup berbangsa dan bermasyarakat akan terasa aman, nyaman, damai dan tenteram. Tidak terdengar lagi suara saling mengejek dan menjelekkan antar umat beragama. Semua pemeluk agam Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu masing-masing saling menghormati dan menghargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun