Mohon tunggu...
King Radja Sulthan
King Radja Sulthan Mohon Tunggu... -

Student of SMA Taruna Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hal Unik yang Perlu Kamu Ketahui tentang SMA Taruna Nusantara

5 Maret 2016   09:55 Diperbarui: 4 April 2017   18:05 4543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berapa jumlah anak tangga menuju ruang Wakil Kepala Sekolah Bagian Pendidikan? Siapa nama pamong dapur? Berapa jumlah kursi kehormatan di Ruang Komunikasi Bersama? Siapa pencipta lagu Hymne Taruna Nusantara? Kapan prasasti Ki Suratman ditandatangani? Itulah sedikit dari ratusan pertanyaan “Tes Kepedulian Lingkungan” yang harus diketahui oleh para siswa. Sungguh, pertanyaan-pertanyaannya sederhana, karena diambil dari lingkungan kampus. Tetapi jawabannya sulit luar biasa. Karena hal-hal kecil itu seringkali lepas dari pengamatan dan kepedulian siswa. Acapkali siswa nggak ngeh atau acuh tak acuh alias cuek dengan lingkungan sekitar. Kenal nama pamong dapur saja nggak, apalagi mau tahu nama pohon yang ditanam di depan Wisma Tamu? Pelajaran yang bisa dipetik adalah, mari peduli pada hal-hal kecil, karena itulah ciri khas orang-orang besar...

8. Siapa Nama Abang?

Tidak dipungkiri bahwa kewajiban menghafal nama serta asal seluruh Abang dan Kakak di TN adalah sesuatu yang sangat bermanfaat, khususnya setelah lulus. Namun ketika masih berada di kampus, keharusan menghapal ini menjadi sesuatu yang berat, apalagi bagi kelas 10 yang memiliki kesulitan mengingat nama lebih dari 500 orang. Bagi sebagian dari mereka, lebih baik mencari-cari alasan untuk tidak ikut sarapan pagi di Ruang Komunikasi Bersama (RKB), daripada harus duduk satu meja dengan Abang berwajah galak yang menutup papan nama di dadanya sambil bertanya tegas: “Kamu inget nama Abang nggak, Dik?”

Kegagalan menjawab dengan tepat bisa berujung pada ‘ceramah’ panjang dari sang Abang, atau push-up bila hal ini sudah berulang-ulang terjadi pada abang-adik yang sama. Sebagian siswa mengakalinya dengan secepat mungkin masuk ke RKB saat waktu makan tiba, agar dapat memilih duduk dengan Abang atau Kakak yang sudah dikenal atau lebih ramah. Bagi yang sial dan kehabisan ‘posisi aman’, terpaksa menelan ludah, bercucur keringat, dan berharap bisa lolos ‘ujian’ kali ini.

9. Proses Penggemukan

[caption caption="Makan yang banyak yaa.."]

[/caption]

Bagi para siswa yang datang ke SMA TN dalam keadaan ‘pas-pasan’ alias pas berat tubuhnya untuk sekedar lolos seleksi masuk TN, RKB akan lebih mereka kenal sebagai Ruang Penggemukan. Itu karena siswa-siswa semacam ini dituntut untuk dapat memperbaiki postur fisik mereka, khususnya di tahap awal berada di Kampus TN. Di dalam RKB, ini berarti makan, makan, dan makan yang banyak. Apa yang dimakan? Utamanya adalah nasi. Bukan karena nasi adalah makanan terbaik untuk penggemukan tubuh, namun karena nasi merupakan satu-satunya pangan yang memiliki suplai tidak terbatas di RKB. Abang dan Kakaknya dengan senang hati akan membantu proses ini, dengan mengajak siswa-siswa ‘kekeringan' ini untuk duduk bersama dan dan ‘mendorong’ mereka untuk makan banyak. Sistematika pengukuran yang dipakai pun unik: siswa tersebut harus mengambil nasi sebanyak mungkin, sampai garpu bisa ditancapkan diatasnya. Kalau sudah begini, rekan-rekan sang siswa hanya bisa berucap dengan nada prihatin campur geli dalam hati: selamat makan...

10. Her

Jika mafia kasus sedang marak diberitakan di berbagai media tanah air belakangan ini, di SMA TN telah lama mengenal mafia dalam bentuk lain, yaitu mafiabio. Ini merupakan akronim dari mata pelajaran yang biasanya menjadi momok bagi para siswa: matematika, fisika, kimia dan biologi. Dengan soal-soal “maut” ciptaan pamong TN yang kualifikasinya di atas rata-rata, sehingga orang tercerdas pun seperti "diharamkan" menyentuh angka yang tinggi. Selalu ada yang lebih sial, yaitu mereka yang mengulang lebih dari satu kali untuk mata pelajaran yang sama. Tak jarang jumlah siswa yang mengalami her lebih banyak daripada siswa yang mendapat nilai baik dalam UH. Tidak jarang pula her harus berlangsung di Ruang Baca Perpustakaan yang berkapasitas lebih dari 200 kursi. Yang nilainya tertinggi tidak akan berleha-leha, tetap berpacu lebih giat lagi. Her merupakan “kutukan” bagi hampir setiap siswa TN. Selalu ada pengecualian, dan dalam hal ini adalah adanya segelintir “makhluk langka” yaitu siswa yang belum pernah her selama di SMA TN. Begitu langkanya, sampai muncul “keyakinan” bahwa belum sah jadi siswa TN bila belum merasakan her.

Apa hasil gemblengan macam ini? Pada ujian akhir dengan soal buatan Departemen Pendidikan, banyak siswa mendapat nilai sempurna 10. Saya jamin tidak ada soal bocor, tanpa contekan.

[caption caption="Prestasi Wajib, Jujur Utama"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun