Mohon tunggu...
kingkin kts
kingkin kts Mohon Tunggu... Akuntan - antropogenik

Seorang akuntan biasa yang tiap sore pulang ke Pamulang. Selain bergelut dengan transaksi, saya adalah penikmat seni, humaniora, dan pelahap Mie Ayam yang sedang merindukan kampung halaman Jogja Lantai Dua (Gunungkidul)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nerimo

12 Maret 2019   08:30 Diperbarui: 12 Maret 2019   08:39 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pekat, bau, likuid, dan berbahaya kau buang lewat pipa-pipa limbah.
Mulut pipa, selokan, gorong-gorong, semuanya jadi saksi bisu jijiknya sisa manufakturmu.

Tak lupa cerobong atas mengepul.

Dihempaskanlah asap hitam, seakan udara sekitar tak lagi lega.

pohon dikurangi, cerobong asap ditambah.

Lahan dipersempit, makin terhimpit tembok-tembok pabrik.

padi tumbuh tak banyak ngomong, tak juga pernah berontak kesakitan.
akar, batang, dan daunnya disekap racun limbah garmen.

merah,hitam, dan ungu mewarnai air suci petani padi.
lantas beras putihnya masih kau makan juga. 

sudah kau sakiti, kau makan juga.
kalau padi saja bisa "nerimo" cobaan pedih, mengapa manusia selalu emosi dikala alam mulai hancur?

Surakarta, 12 Maret 2019

Kingkin Kts

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun