"Tidak apa-apa, di sini juga menyenangkan. Sebagai warga asli, saya malu baru tahu tempat ini. Kalah sama orang Bali, yang menyempatkan diri menikmati kuliner tradisional kami. Terima kasih!" Sena membungkuk sopan. Ketegangan mencair, Abimanyu dan Andara tersenyum lega.
   "Terima kasih Sena. Aku suka iri dengan wisatawan yang menikmati keindahan dan kuliner kami. Jadi ketika keluar, kami juga harus melakukan hal yang sama. Mencicipi makanan tradisional yang jauh lebih nikmat dari makanan kekinian. Sebagai generasi muda, kita enggak boleh melupakan tradisi daerah kita sendiri. Kemarin saya..." Devandra masih terus bercerita tentang petualangan menikmati makanan khas Semarang, selama berada di kota Atlas.
   Sebagai tuan rumah yang baik, ketiga remaja itu berusaha menanggapi dengan sopan. Kadang celotehan Andara mengundang tawa cowok-cowok itu. Bunyi gawai Abimanyu menjeda obrolan mereka. Pemuda tampan itu minta diri menerima panggilan dari luar ruangan. Tidak lama Abimanyu kembali dengan wajah tegang.
   "Maaf, aku harus pulang sekarang. Sena, thanks you. Bli Devandra, senang mengenal Anda. Aku pamit, Ra," Tanpa menunggu komentar dari ketiga teman makannya tadi, Abimanyu langsung melesat pergi dengan motornya. Andara mengangguk dengan wajah linglung. Ada apa? Satu pertanyaan yang tidak sempat dijawab, karena Abimanyu sudah menghilang.
   "Eh, ati-ati!" teriak Andara setelah sadar dari bengongnya. Â
   "Telat, dia sudah enggak ada!" timpal Sena kembali sinis. Andara mengempaskan tubuhnya yang sempat tegang. Kekecewaan terlihat jelas dimatanya.
   Andara baru menyadari hal bodoh yang sudah dilakukannya. Sikap tidak pedulinya kepada Abimanyu yang beberapa bulan terakhir terus ada di dekatnya. Abimanyu mencoba masuk dalam kehidupan pribadinya. Ikut menikmati hobinya menjelajah alam dengan sepedanya, bahkan belajar mengenal dan menyukai hobi ayahnya. Setiap Sabtu, pagi-pagi sekali dia meninggalkan kehidupan santainya di Purwodadi, menuju desa kecil tempat tinggal Andara untuk bergabung dengan teman-teman gadis itu. Untuk apa Abimanyu melakukan itu? Â
   "Hai, kenapa sedih? Kalian teman sekolah, besok juga bertemu lagi. Positif thinking saja, jangan berpikir yang aneh-aneh." Hibur Devandra sambil mengacak rambut adik angkatnya.
   "Kita doakan saja, tidak ada apa-apa dengan Abimanyu." Kata Sena menambahkan, dengan mata tidak beralih dari tangan Devandra yang masih bertengger di kepala Andara.
   "Kita pulang yuk! Hari ini, Bli menginap di rumah kamu. Lusa baru Bli balik ke Bali." Mata Sena melotot kaget mendengar pernyataan Devandra. Menginap, enggak salah?
   "Bli, serius?" Andara bertanya tidak percaya. Devandra mengangguk sambil tersenyum. Tanpa malu, gadis itu memeluk Devandra.