”Anak-anak, siapa yang membawa nasi lebih banyak?” Satu dua anak mengangkat tangan. ”Oke, siapa yang membawa lauk lebih?” Sama, satu dua anak mengangkat tangan. ”Yuk, kita belajar berbagi makanan buat teman kita yang tidak membawa.” Anak-anak yang membawa makanan lebih itu dengan sukacita membagi makanannya, memasukkannya ke dalam piring yang sudah saya siapkan sebelumnya sebagai antisipasi.
Oya, pembiasaan membawa makanan sehat ini dibarengi dengan pembiasaan makan bersama setiap jam istirahat pertama. Senang rasanya melihat anak-anak makan dengan lahap, kadang sambil berceloteh dengan riang.
Peristiwa seperti itu tidak hanya terjadi di hari pertama saja. Hari-hari selanjutnya juga terjadi hal yang sama, anaknya juga itu-itu saja. Ketika saya menghubungi orang tua yang kata anaknya lupa itu, berbagai alasan terlontar. Alasan lupa, tidak sempat memasak sejujurnya membuat hati saya miris. Akhirnya, saya hanya bisa berpesan agar orang tua lebih memperhatikan kebutuhan dasar anak-anak. Kebutuhan akan perhatian yang sering terabaikan.
Saya pernah melakukan serupa, mengabaikan anak semata wayang karena tuntutan kerja yang membabi buta. Anak saya merasa tidak dicintai, karena saya lebih banyak memberi waktu untuk pekerjaan. Sebenarnya, anak-anak kita tidak menuntut banyak. Satu perhatikan kecil saja, akan memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak kita.
Seperti kegiatan makan bersama setiap hari Jumat itu, mereka selalu antusias menunggu momen spesial itu. Momen kebersamaan kami, makan bersama sambil ngobrol tentang apa saja. Satu lagi yang mereka selalu tunggu, menu apa yang saya bawa dan bisa mereka cicipi. Menu spesial favorit mereka adalah sambel dan pecel sayuran. Sederhana kan!
Sehat itu mudah. Sehat itu menyenangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H