"Andara Anggun Nastiti. Kata Ayah, Andara itu akronim dari anak dara, yang artinya anak perempuan. Padahal internet bilang Andara itu nama permata Indian yang bercahaya. Anggun itu akronim dari nama ayah dan bunda, Anggita dan Gunawan. Internet bilang, anggun itu berwibawa dan apik atau baik. Nastiti itu teliti, atau cermat. Mana yang benar? Akronim atau dari internet?" Andara bergumam pelan.
    Gunawan dapat menangkap kegalauan putrinya, pasti namanya menjadi olok-olok teman-temannya seperti waktu kelas 7, tiga tahun lalu. Kata mbok Darmi, pulang sekolah Andara cemberut, langsung masuk kamar dan tidak mau keluar. Sikap yang tidak biasa itu membuat Mbok Darmi khawatir. Dengan berat hati, akhirnya perempuan tua itu meneleponnya yang saat itu sedang bertugas ke Semarang. Kata Mbok Darmi, kalau menunggunya pulang, akan membutuhkan waktu lebih lama. Terpaksa Gunawan mohon izin untuk mengakhiri pertemuan lebih cepat, lalu menelepon anak gadisnya, mencoba meredakan kegalauannya. Untungnya Andara mau mendengar, dan mau keluar kamar sebelum dia sampai di rumah.
    Jam pulang kerja, tidak pernah menyenangkan bagi pemakai jalan jalur Semarang-Purwodadi yang padat. Pemakai jalan harus bersaing dengan pergantian jam kerja karyawan pabrik, ditambah jalanan yang menyempit karena alih fungsi menjadi pasar tiban. Belum lagi kondisi jalan yang bergelombang akan mempersulit Gunawan, atau siapa pun untuk membawa kendaraannya lebih cepat. Gunawan harus berjuang hampir empat jam untuk sampai di rumah, untuk bisa memeluk anak gadisnya yang langsung menangis begitu dia datang.
   Meredakan emosi sang putri bukan hal yang mudah, apalagi jika berhubungan dengan prinsip. Gunawan harus menjelaskan sedetail dan selogis mungkin, baru Andara menerima. Hanya gara-gara nama. Gunawan tersenyum mengingat masa-masa itu. Sepertinya sekarang kasus serupa terjadi lagi. Â
    "Anak Ayah lebih suka yang mana?" tanya Gunawan setelah lama terdiam. Kepala Andara bergerak-gerak di bahunya, seperti tengah berpikir. Gunawan sangat yakin, anaknya tahu benar harapan mereka dengan nama itu. Pasti ada yang disembunyikan Andara.
    "Suka dua-duanya, artinya sama-sama bagus. Dara suka, terima kasih Ayah dan Ibu, sudah memberi nama bagus." Katanya dengan senyum menyeringai, lalu mencium pipi ayahnya. Gunawan tertawa senang, Andara putri kesayangannya sudah kembali. Meski kecurigaannya masih belum terjawab. Belakangan sikap Andara agak aneh. Beberapa kali, Gunawan memergoki Andara mengabaikan panggilan telepon dari seseorang. Siapakah orang yang sedang dia hindari?
    "Itu baru anak Ayah. My smart girl!" Ucapnya bangga. Dikecupnya puncak kepala anak kesayangannya lembut. Tubuh kekarnya memeluk erat buah cintanya dengan perempuan yang berhasil mengubah hidupnya.
   "Ayah, Dara enggak bisa napas," Protes Andara berniat melepaskan diri. Gunawan tertawa, mengacak rambut sang putri. Andara ikut tertawa bahagia, tidak peduli apa pun omongan orang tentang dirinya. Akhirnya ayah dan anak itu tertawa bersama, lalu kembali menonton layar kaca yang sempat mereka acuhkan.
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H