Mohon tunggu...
Izzuddin Muhammad
Izzuddin Muhammad Mohon Tunggu... Freelancer - hamba Allah

penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tips Mensyukuri Kenaikan Harga di Awal Tahun

16 Januari 2017   19:32 Diperbarui: 16 Januari 2017   19:37 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak selamanya kenaikan harga-harga menyebabkan makin meningginya angka kemiskinan. Itu tergantung bagaimana sikap pemerintah dan masyarakat dalam menghadapinya. Zaman SBY dulu kenaikan harga biasanya dibarengi dengan pemberian BLT(Bantuan Langsung Tunai). Orang-orang pada ngantri di kantor pos untuk mendapatkan BLT. Wajah sumringah merekah cerah. Tak henti mereka memuja-muji SBY sebagai presiden terbaik yang pernah ada.

SBY terbenam Jokowi pun terbit. BLT dihapus, rakyat menjerit dan memaki presiden baru. Tapi Jokowi yakin BLT bukannya membantu tapi malah mendidik masyarakat untuk mengharapkan bantuan. Mungkin itu juga alasan kenapa Jokowi mencabut banyak subsidi-subsidi yang ada di zaman Pak Beye. Jokowi lebih senang membangun infrastruktur agar masyarakat lebih mudah dalam mencari rezeki.

Saya husnuzon saja, kenaikan ini adalah tantangan dari Pak Jokowi agar warganya kian giat bekerja. Sesuai semboyan kabinet beliau, KERJA! KERJA! KERJA!!! Kenaikan harga insya Allah berbanding dengan peningkatan daya beli. Semoga saja apa yang saya husnuzon-i ini memang benar adanya dan menjadi kenyataan.

Ujian kesabaran

Sebuah meme yang menyentil kebijakan Jokowi beredar, meme tersebut menuturkan bahwa setelah kenaikan tarif listrik, BBM non subsidi, dan Cabai, masyarakat nggak perlu khawatir karena pemerintah akan segera me-launching KIS (Kartu Indonesia Sabar).

Itu kuncinya, SABAR. Ketika berbagai harga meningkat kita punya dua pilihan ; bersabar atau mengeluh. Tentu pilihan pertama amat mulia, lantas apakah mengeluh tidak boleh? Pasalnya banyak sekali masyarakat yang mengeluhkan kenaikan harga-harga tersebut? Saya rasa sebagai ekspresi kekecewaan ya sangat amat manusiawi jika keluhan itu ada, namun alangkah baiknya jika kita jangan terlalu asyik dengan mengeluh hingga lupa bagaimana cara hidup bahagia dalam berbagai kondisi dan situasi.

Sabar bukan berarti diam. Sabar tak identik dengan pasif. Namun sabar adalah sebuah pilihan hati. Ketika kita bisa menjadikan momentum kenaikan harga-harga tersebut sebagai awal langkah dalam meningkatkan kapasitas diri terutama dalam bidang ekonomi, bukan tidak mungkin Indonesia akan makin perkasa dan berdikari di kemudian hari. Mari mulai membangun negara dengan membangun mental tangguh dalam diri kita masing-masing.

Isykarima!! Hiduplah dengan Mulia!!

Lombok, 11 Januari 2017

11:04 WIB

Muhammad Izzuddin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun