Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mencari Solusi untuk Pengganti Energi Fosil dengan Energi Baru Terbarukan

25 Juni 2019   17:36 Diperbarui: 25 Juni 2019   17:51 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kontribusi EBT di Indonesia. Sumber foto oleh Dr. Muhammad Mustafa Sarinanto

Pada sekarang ini untuk mendapatkan bahan Energi Fosil tingkat kesulitanya cukup tinggi, maka dari itu harganya semakin membubung tinggi, keperolehanya untuk mendapatkannya harus menggali dikedalaman bumi, entah itu dikedalaman gunung maupun dikedalaman laut, tentunya dengan biaya yang tidak sedikit. Keberadaannya juga semakin menipis.

Apa itu Energi Baru Terbarukan? [EBT]
Penjelasan secara singkatnya adalah, energi yang tdak tegantung dengan energi fosil, misalnya minyak, batubara dan gas bumi lalu mulai menggunakan Energi alternatif yang banyak berada disekitar kita, seperti air, uap, panas bumi, angin kemungkinan besar nantinya sampah juga akan dapat dijadikan sebagai bahan Energi, tinggal bagaimana penemuannya kelak.

Energy fosil dan energi baru transformasinya mirip-mirip hampir sama dengan Energi fosil. Mengapa energi baru dan terbarukan? Menjadikan gambaran bahwa energi itu dibutuhkannya tidak lagi  stasionnary satu tampat, tetapi lebih flaxibel tersebar dimana-mana. Kebutuhan infrastruktur utama disuplay dari pasokan atau sumber yang besar dihubungkan antar jaringan penggunaanya.

Kontribusi EBT di Indonesia

Kontribusi EBT di Indonesia. Sumber foto oleh Dr. Muhammad Mustafa Sarinanto
Kontribusi EBT di Indonesia. Sumber foto oleh Dr. Muhammad Mustafa Sarinanto
Saat ini pemanfaatan EBT di Indonesia masih didominasi oleh PLTA. Kemudian diikuti oleh biomassa, panas bumi dan biodiesel.PLTS belum bisa berkembangoptimal, selain maslah operasional sistem PLTS juga masih terbentur dengan besarnya investasi penyimpanan energi dalam bentuk baterai. PLT Bayu sulit berkembang di Indonesia mengingat untuk willayah khatulistiwa potensi angin tidak stabil.(sumber dari Dr. Muhammad Mustafa Sarinanto kepala B2TKE pada BPPT)

Gambar dan data dari Dr. Muhammad Mustafa Sarinanto kepala B2TKE pada BPPT.

-Ngesti Setyo Moerni

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun