Menjelang Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, tanggal 5 Juni, Penulis sengaja mengangkat perilaku bermanfaat dan kiprah seorang anak Negeri yang diberi kesempatan Oleh Sang Maha Pencipta untuk menjadi Provokator, inovator, Inisiator dalam hal Penghijauan. Pelaku dan Penggiat Lingkungan yang memulai bergerak dari situasi yang berkeadaan gersang berdebu, dapat ditaklukkannya dengan berbagai Inovasi terutama dengan tanaman yang sifatnya mempunyai daya serap tinggi menghisap polusi udara CO2 Carbon dioksida, lalu tanaman-tanaman tersebut mengeluarkan O2 oksigen yang sudah tersaring.
Tidak hanya digunakan dalam kondisi pada udara saja, namun tanaman-tanaman itu dipilih guna mencegah Erosi, Abrasi dan Intrusi air tanah yang biasa terjadi dipantai, dermaga dan pelabuhan yang sudah tekenal dengan stempel kekumuhannya karena berbagai sampah dan minyak dari bahan bakar yang tumpah/bocor dari kapal dan itu sudah biasa bagi pengelola kapal, tumpahan oli itu sudah merupakan resiko pelabuhan kata pemilik kapal.
Sebuah Proses yang terjadi oleh alam semesta dikarenakan perjalanan panjang dari suatu kejadian dibibir pantai, tepatnya berada didermaga dan pantai milik perusahaan pertambangan batubara yang semula memang terlihat tandus dan menua.
Biasanya tanaman yang mampu menahan erosi adalah tanaman mangrove sekaligus menjadi tempat naungan mahluk hidup di area air laut, berbagai ekositem terlindungi disana.
Tetapi ternyata tidak hanya tanaman mangrove saja yang dapat diandalkan untuk tanaman didaerah tepi laut, tetapi secara mengejutkan tanaman bambu, salah satunya bambu petung[dendro calamus asper] dapat diandalkan untuk menjadi penahan abrasi dan erosi, meski tidak hidup didalam air laut hanya sebatas pantai sebagai tanaman penyangga, dengan daya cengkeram pada akarnya, sehingga bambu pun dapat hidup dengan subur disana.
Merasa tertarik dengan materi yang disampaikan oleh Nara Sumber Agus Kurniadi WP tentang penghijauan di Sekitar Dermaga dengan tanaman bambu dan Kersen/talok atau Ceri, maka penulis berkeinginan mengetahui lebih dalam tentangnya untuk mewakili masyarakat lain diantaranya pembaca yang memiliki niat untuk ingin terlibat didalam penghijauan, maka sedikit banyaknya dapat ikut mencontoh sepak terjang Agus dengan Inovasi bagus bakal menjadi masukan untuk digulowentah[diolah] oleh masyarakat awam.
Kebetulan Agus Kurniadi seorang karyawan yang sudah 25 tahun bekerja pada tambang batubara PT Bukit Asam Unit Pelabuhan Tarahan. Posisi yang disandang sekarang ini adalah supervisor Lingkungan dengan mengantongi gelar Sarjana Tehnik Elektro. Awalnya beliau berada di posisi IT
“Kemudian saya dimutasi dan dipromosikan ke Lingkungan sebagai supervisor, tugas saya adalah memonitor Baku mutu lingkungan, air, udara dan limbah B3” Ujarnya, ternyata dengan senang hati beliau bersedia diajak bincang-bincang oleh penulis untuk berbagi pengalaman menghijaukan lingkungan yang semula tak terkondisikan secara jarak jauh, alias melalui budi baik WA.
“Pada awalnya saya berfikir, kenapa tidak ada yang peduli dengan areal kerja dilingkungan mereka sendiri yang harus dipelihara untuk menjaga kesehatan lingkungan” Jelas Agus, pemikiran tersebut timbul dikala beliau sedang inspeksi ke lapangan, mendapatkan debu-debu yang menyesakkan dada, apalagi ketika ada mobil berjalan agak kencang. Untuk itu Agus tidak pernah mau menggunakan mobil, cukup dengan jalan kaki pada saat tugas berkeliling, dari situlah banyak ide-ide yang timbul yang sekarang ini sebagiannya sudah dan sedang dilaksanakan. Mesin pengendali debu yang ada di PT BA adalah termasuk hasil design nya.
“Saya juga membuat system pengendalian debu yang ekonomis, efisien, sistematis dan terintregrasi” Katanya
Banyak pemikiran dan Inovasi yang diusungnya termasuk bagaimanna mekanisme konservasi air.
“Yang menjadi masalah di PT BA Tarahan ini adalah debu dan Polutan batubara yang polusinya kalau tidak ada air sampai menghentikan operasinya” katanya serius.
“Ingin pengelolaan Lingkungan ini dapat berjalan lancar tetapi butuh modal, maaf pada saat itu tidak ada pos untuk pendanaan pembibitan, saya gunakan uang hadiah lomba yang berjumlah sepuluh juta tersebut untuk pengadaan Pembibitan bambu”Urainya. Penulis setuju dalam hal tersebut karena begitulah jika kita ingin berbuat, harus mau menyediakan modal dari kantong sendiri.
“Selain itu saya juga memilih tanaman yang mudah hidup, cepat tumbuhnya dan tahan banting, daunnya berbulu tujuan saya untuk menskrap debu, pilihan justru kepada tanaman kersen” Jelasnya lebih lanjut.
“Sekarang ini Pohon bambu yang sudah tertanam di lingkungan PT BAT sejumlah sekitar 4000 batang” Imbuh Agus.
“saya melakukan Pliot project penanaman bambu dibibir dermaga sebanyak 8 jenis” Ujar Agus lugas.
Delapan jenis bambu tersebut antara lain,:
- Bambu Petung[Dendro calamus asper]
- Bambu Hitam[Gegantochloa A]
- Bambu Ampel[Bambusa vulgaris]
- Bambu sembilang[Dendro gegantheus Monro]
- Bambu Haur hejo/geulis[Bambusa tuldoides]
- Bambu Jepang[Thyrsostacys siamensis]
- Bambu panda kuning [Shyzosthachyum brachycladum]
- Bambu Bali[Gegantochoa after]
“Saya sedang membuat Proposal wacana konservasi lahan bekas galian tambang batubara dengan Kebun bambu yang produktif, mengajak stakeholder untuk ikut melebur didalamnya” sambung Agus.
Pengalaman unik tentang Kersen/sheri[Montingia Calabura] yang dialami Agus ini perlu digaris bawahi, bagaimana seorang pegawai berkedudukan dalam mendapatkan bibit kersen tanpa segan-segan ngutipi dipinggiran yang tersebar dimana-mana berserakan, lalu dimasukkan ke polybag dan ditata tanam.
“Ketika mau masuk kantor sambil lalu saya ngutipin tanaman kersen/sheri yang tumbuh liar disepanjang jalan” jelas Agus Kurniadi Winata Putra.
Perjalanan yang memiliki lika-liku, sekarang sudah mulai terasa manfaat kesejukan yang ternaungi oleh pohon kersen ini dengan jumlah capaian 580 pohon yang sudah tertanam di lingkungan PT BAT di pelabuhan Tarahan Bandar Lampung
“Saya punya prinsip kepedulian lingkungan itu bukan seremonial belaka, tapi semata-mata menjalankan Perintah Alquran” Menggaris bawahi sikap Agus yang memang niat berbuat untuk lingkungan, memang tidak mudah melakukan tekad yang terpendam hanya dengan ingin, ingin dan ingin. Lakukan saja langsung jika ingin, seperti yang dilakukan Agus Kurniadi Winata Putrayang mau ngutipin alias mulung bibit-bibit Kersen tersebut.
Dan . . . mempunyai cita-cita sejak kecil bemanfaat bagi orang lain Juga bagi bumi yang lebih baik lagi”
Penulis percaya, masih banyak lagi Agus-agus lainnya diluar sana yang lebih gegap gempita mencintai lingkungan dengan perilaku dan perbuatan yang tidak mau pamer dan hore-hore.
Artikel ini Penulis Hadiahkan bagi Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 5 Juni. “Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia”
-Ngesti Setyo Moerni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H