Mohon tunggu...
Ngesti Setyo Moerni
Ngesti Setyo Moerni Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Berusaha mengurangi yang berakibat rusaknya lingkungan, dimulai dari diriku sendiri dan keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tanaman Bambu dan Kersen untuk Konservasi Kerusakan Lingkungan di Dermaga Pelabuhan Batu Bara

28 Mei 2016   14:20 Diperbarui: 28 Mei 2016   20:06 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman bambu usia 1,6 tahun dibibir Pantai -Gambar oleh Agus KWP

Menjelang Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, tanggal 5 Juni, Penulis sengaja mengangkat perilaku bermanfaat dan kiprah seorang anak Negeri yang diberi kesempatan Oleh Sang Maha Pencipta untuk menjadi Provokator, inovator, Inisiator dalam hal Penghijauan. Pelaku dan Penggiat Lingkungan yang memulai bergerak dari situasi yang berkeadaan gersang berdebu, dapat ditaklukkannya dengan berbagai Inovasi terutama dengan tanaman yang sifatnya mempunyai daya serap tinggi menghisap polusi udara CO2 Carbon dioksida, lalu tanaman-tanaman tersebut mengeluarkan O2 oksigen yang sudah tersaring.

Tidak hanya digunakan dalam kondisi pada udara saja, namun tanaman-tanaman itu dipilih guna mencegah Erosi, Abrasi dan Intrusi air tanah yang biasa terjadi dipantai, dermaga dan pelabuhan yang sudah tekenal dengan stempel kekumuhannya karena berbagai sampah dan minyak dari bahan bakar yang tumpah/bocor dari kapal dan itu sudah biasa bagi pengelola kapal, tumpahan oli itu sudah merupakan resiko pelabuhan kata pemilik kapal.

Sebuah Proses yang terjadi oleh alam semesta dikarenakan perjalanan panjang dari suatu kejadian dibibir pantai, tepatnya berada didermaga dan pantai milik perusahaan pertambangan batubara yang semula memang terlihat tandus dan menua.

Bambu menahan abrasi pantai-Sumber gambar Agus KWP
Bambu menahan abrasi pantai-Sumber gambar Agus KWP
Jika tanpa ada penahannya berupa tanaman, lama kelamaan keadaan semacam ini akan semakin parah, karena gerusan oleh air laut dan ombak musim yang datang silih berganti menghantam pantai.

Biasanya tanaman yang mampu menahan erosi adalah tanaman mangrove sekaligus menjadi tempat naungan mahluk hidup di area air laut, berbagai ekositem terlindungi disana.

Tetapi ternyata tidak hanya tanaman mangrove saja yang dapat diandalkan untuk tanaman didaerah tepi laut, tetapi secara mengejutkan tanaman bambu, salah satunya bambu petung[dendro calamus asper] dapat diandalkan untuk menjadi penahan abrasi dan erosi, meski tidak hidup didalam air laut hanya sebatas pantai sebagai tanaman penyangga, dengan daya cengkeram pada akarnya, sehingga bambu pun dapat hidup dengan subur disana. 

Bambu andalan AgusKWK-Sumber gambar Agus KWP
Bambu andalan AgusKWK-Sumber gambar Agus KWP
Penulis mencoba berbincang mengorek sepak terjang pelestari lingkungan Agus Kurniadi Winata Putra, adalah salah satunya Nara sumber ketika penulis mengikuti Workshop di Akademi Bambu Nusantara di Tangerang Selatan pada tanggal 7 – 8 Mei 2016 lalu.

Merasa tertarik dengan materi yang disampaikan oleh Nara Sumber Agus Kurniadi WP tentang penghijauan di Sekitar Dermaga dengan tanaman bambu dan Kersen/talok atau Ceri, maka penulis berkeinginan mengetahui lebih dalam tentangnya untuk mewakili masyarakat lain diantaranya pembaca yang memiliki niat untuk ingin terlibat didalam penghijauan, maka sedikit banyaknya dapat ikut mencontoh sepak terjang Agus dengan Inovasi bagus bakal menjadi masukan untuk digulowentah[diolah] oleh masyarakat awam.

Kebetulan Agus Kurniadi seorang karyawan yang sudah 25 tahun bekerja pada tambang batubara PT Bukit Asam Unit Pelabuhan Tarahan. Posisi yang disandang sekarang ini adalah supervisor Lingkungan dengan mengantongi gelar Sarjana Tehnik Elektro. Awalnya beliau berada di posisi IT

 “Kemudian saya dimutasi dan dipromosikan ke Lingkungan sebagai supervisor, tugas saya adalah memonitor Baku mutu lingkungan, air, udara dan limbah B3” Ujarnya, ternyata  dengan senang hati beliau bersedia diajak bincang-bincang oleh penulis untuk berbagi pengalaman menghijaukan lingkungan yang semula tak terkondisikan secara jarak jauh, alias melalui budi baik WA.

“Pada awalnya saya berfikir, kenapa tidak ada yang peduli dengan areal kerja dilingkungan mereka sendiri yang harus dipelihara untuk menjaga kesehatan lingkungan” Jelas Agus, pemikiran tersebut timbul dikala beliau sedang inspeksi ke lapangan, mendapatkan debu-debu yang menyesakkan dada, apalagi ketika ada mobil berjalan agak kencang. Untuk itu Agus tidak pernah mau menggunakan mobil, cukup dengan jalan kaki pada saat tugas berkeliling, dari situlah banyak ide-ide yang timbul yang sekarang ini sebagiannya sudah dan sedang dilaksanakan. Mesin pengendali debu yang ada di PT BA adalah termasuk hasil design nya.

“Saya juga membuat system pengendalian debu yang ekonomis, efisien, sistematis dan terintregrasi” Katanya

Banyak pemikiran dan Inovasi yang diusungnya termasuk bagaimanna mekanisme konservasi air.

“Yang menjadi masalah di PT BA Tarahan ini adalah debu dan Polutan batubara yang polusinya kalau tidak ada air sampai menghentikan operasinya” katanya serius.

Membuat pembibitan sendiri- Sumber gambar Agus KWP
Membuat pembibitan sendiri- Sumber gambar Agus KWP
Membuat Pembibitan Tanaman bambu dari hasil hadiah Lomba

“Ingin pengelolaan Lingkungan ini dapat berjalan lancar tetapi butuh modal, maaf pada saat itu tidak ada pos untuk pendanaan pembibitan, saya gunakan uang hadiah lomba yang berjumlah sepuluh juta tersebut  untuk pengadaan Pembibitan bambuUrainya. Penulis setuju dalam hal tersebut karena begitulah jika kita ingin berbuat, harus mau menyediakan modal dari kantong sendiri.

“Selain itu saya juga memilih tanaman yang mudah hidup, cepat tumbuhnya dan tahan banting, daunnya berbulu tujuan saya untuk menskrap debu, pilihan justru kepada tanaman kersen” Jelasnya lebih lanjut.

“Sekarang ini Pohon bambu yang sudah tertanam di lingkungan PT BAT sejumlah sekitar 4000 batang” Imbuh Agus.

“saya melakukan Pliot project penanaman bambu dibibir dermaga sebanyak 8 jenis” Ujar Agus lugas.

Delapan jenis bambu tersebut antara lain,:

  • Bambu Petung[Dendro calamus asper]
  • Bambu Hitam[Gegantochloa A] 
  • Bambu Ampel[Bambusa vulgaris]
  • Bambu sembilang[Dendro gegantheus Monro]
  • Bambu Haur hejo/geulis[Bambusa tuldoides]   
  • Bambu Jepang[Thyrsostacys siamensis]
  • Bambu panda kuning [Shyzosthachyum brachycladum]
  • Bambu Bali[Gegantochoa after]

Kereta api batu bara akan melalui terowongan bambu nantinya -Sumber gambar Agus KWP
Kereta api batu bara akan melalui terowongan bambu nantinya -Sumber gambar Agus KWP
"Targetnya Pelabuhan Tarahan sebagai miniatur Bambu Nusantara, namun penanamannya bertahap karena bibitnya agak sulit. Yang penting posturnya harus tinggi. Rencananya tahun depan kereta api batu bara serasa keluar dari terowongan bambu" ujarnya bangga. 

“Saya sedang membuat Proposal wacana konservasi lahan bekas galian tambang batubara dengan Kebun bambu yang produktif, mengajak stakeholder untuk ikut melebur didalamnya” sambung Agus.

Bibit tanaman kersen -Sumber gambar Agus KWP
Bibit tanaman kersen -Sumber gambar Agus KWP
Bibit tanaman kersen/Sheri dari ngutipin dijalan.

Pengalaman unik tentang Kersen/sheri[Montingia Calabura] yang dialami Agus ini perlu digaris bawahi, bagaimana seorang pegawai berkedudukan dalam mendapatkan bibit kersen tanpa segan-segan ngutipi dipinggiran yang tersebar  dimana-mana berserakan, lalu dimasukkan ke polybag dan ditata tanam.

“Ketika mau masuk kantor sambil lalu saya ngutipin tanaman kersen/sheri yang tumbuh liar disepanjang jalan” jelas Agus Kurniadi Winata Putra.

Tanaman kersen usia 6-10 bulan mulai rimbun-Sumber gambar Agus KWP
Tanaman kersen usia 6-10 bulan mulai rimbun-Sumber gambar Agus KWP
Sekarang ini sudah mulai terlihat hasilnya, usia  tanaman kersen tersebut sekitar 6-10 bulan sudah mulai rimbun tertata apik terlihat rindang menyejukkan memenuhi tepi jalan.

Perjalanan yang memiliki lika-liku, sekarang sudah mulai terasa manfaat kesejukan yang ternaungi oleh pohon kersen ini dengan jumlah capaian 580 pohon yang sudah tertanam di lingkungan PT BAT di pelabuhan Tarahan Bandar Lampung

 “Saya punya prinsip kepedulian lingkungan itu bukan seremonial belaka, tapi semata-mata menjalankan Perintah Alquran” Menggaris bawahi sikap Agus yang memang niat berbuat untuk lingkungan, memang tidak mudah melakukan tekad yang terpendam hanya dengan ingin, ingin dan ingin. Lakukan saja langsung jika ingin, seperti yang dilakukan Agus Kurniadi Winata Putrayang mau ngutipin alias mulung bibit-bibit Kersen tersebut.

Dan . . . mempunyai cita-cita sejak kecil bemanfaat bagi orang lain Juga bagi bumi yang lebih baik lagi”

Penulis percaya, masih banyak lagi Agus-agus lainnya diluar sana yang lebih gegap gempita mencintai lingkungan dengan perilaku dan perbuatan yang tidak mau pamer dan hore-hore.

Artikel ini Penulis Hadiahkan bagi Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada tanggal 5 Juni. “Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia”

-Ngesti Setyo Moerni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun