[caption caption="sumber gambar koleksi Ngesti S M"][/caption]Bermain serta berbicara dengan alam memang tidak ada matinya, sangat menyentuh dan menyenangkan, banyak kepuasan yang kita dapatkan, entah dari hasilnya dari kekaguman Kepada Sang Maha Pencipta, sesuatu penghiburan bagi diri sendiri, membuat manusia bisa awet sehat. Kenapa? Tanpa disadari ada hati yang tetap terisi serta tetap terjaga dengan kebahagyaan dari hasil kekaguman sebuah kehidupan yang bergerak tumbuh dengan adanya ulah yang kita perbuat, apalagi jika pertumbuhan tersebut sesuai dengan keinginan kita, bagaimana situasi hati tidak berdebar bangga? Langsung mengalirlah  energi positif dari hasil yang ada, terutama karena keramahan alam belum lagi hasil tanaman yang dikonsumsi ternyata mengandung sesuatu yang berkasiat bagi tubuh manusia.
Lebih baik lagi jika manusia ikut berperan didalam dengan tetap memelihara kelestariannya, tidak hanya memunguti hasilnya saja, dengan demikian alam akan memberi kepercayaan.
[caption caption="sumber gambar koleksi Ngesti S M"]
Banyak masyarakat yang sadar lalu memihak kepada alam dengan penemuan-penemuan baru untuk mendapatkan hasil maksimal, bersih, irit tetapi tetap menjaga dan bersahabat dengan alam. Misalnya tentang Akuaponik. Penemu akuaponik ini mengajak masyarakat untuk mendapatkan sesuatu dari alam secara maksimal, tetapi minim perusakan alias sangat ramah lingkungan.
Pada intinya cara kerja Akuaponik adalah penggabungan cara kerja dari cara bertanam dan memelihara ikan yang saling menguntungkan simbiosis mutualisme, sebuah kesatuan sistem yang saling menguntungkan.
Seperti demikian,:
- Tanaman membutuhkan nutrisi bisa didapat dari air kolam ikan yang berisi kotoran ikan dan sisa pakan yang mengandung amonia.
- Disana akan terbentuk bakteri baik, kemudian amonia di saring oleh bakteri menjadi nitrat yang dibutuhkan oleh tanaman
- Tanaman kemudian memberi oksigen yang dibutuhkan oleh ikan
- Petani mendapat banyak keuntungan, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga untuk menyiram  serta mengurangi pengeluaran air, karena sistem sudah berjalan dengan sendirinya.
[caption caption="sumber gambar koleksi Ngesti S M"]
Semuanya serba bersih ramah lingkungan dengan tanaman yang dapat diatur sebagai hasil tanaman yang organik menyehatkan.
Dengan halaman sempit, banyak cara yang masih dapat dilakukan, metode bertanam secara akuaponik, tetapi pada awal memulai harus sedikit berhitung dengan pengaturan PH air, perjalanan air melalui  saluran peralon ataupun pipa kecil yang didisain sedemikian rupa, agar tanaman dapat terpenuhi kebutuhan airnya.
Pekerjaan ini mengasyikkan jika kita niatkan dan mudah tidak memerlukan peralatan yang canggih, hanya dengan barang yang terjangkau semisal talang maupun peralon dan lem. Apalagi jika anda sudah memiliki kolam ikan, tinggal pengaturan pembagian air yang ada kebagian wadah yang bakal ditanami seperti hidroponik.
[caption caption="sumber gambar koleksi Ngesti S M"]
Untuk modal awal memang agak sedikit iklas merogoh kocek tetapi tidak terlalu banyak, semilas untuk keperluan pompa air serta wadahnya, talang maupun peralon. Itupun tidak seberapa besar asal kita mau merakitnya sendiri, jika membeli yang sudah jadi juga tersedia, harganya memang dua kali lipat, karena kena biaya ongkos kerja dan keuntungan penjualnya.
Ayolah membuat sendiri saja, mengotak-atik sesuatu itu nikmat, kreatif, menghasilkan kepuasan dan bangga atas hasil karya dan jerih payah yang dapat dinikmati sendiri, syukur dapat berbagi kepada teman dan sahabat sekitar.
Kalau sudah mulai berjalan kita tinggal manggut-manggut menikmati hasil dan kebahagyaan dari hasil yang kita kerjakan.
Silahkan mencoba, mudah kok, googling juga banyak. Semua gambar adalah hasil percobaan dari penulis, yang seharuisnya dikerjakan oleh para lelaki, tetapi ini tidak, perempuan pun sanggup menggergaji peralon dan menyambung peralon dengan lem. Tetapi jangan lupa untuk menggunakan masker ketika melakukan pengeleman, karena bau kimia pada lem sangat menyengat, lebih baik dihindari, dari pada mengganggu paru-paru.
-Ngesti Setyo moerni
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H