Anak-anak kecil berwajah polos itu sedang asyik bermain
Bertepuk tangan, melompat, menari dan tertawa
Lepas
Terpampang nyata dari raut wajah mereka
Hingga bapak penjual eskrim yang bertopi khas itu
Datang dengan sepedanya dan diiringi bunyi-bunyian yang tak asing lagi
Sontak gerombolan anak kecil itu, kehilangan konsentrasi bermain
Walaupun tak semua ingin membeli, namun ada dua anak yang langsung lari terbirit-birit
Anak-anak dengan badan yang mungil
Yang panjang tangannya belum mampu mengambil eskrim itu sendiri
Sang ibu yang kala itu menemani anak-anak nya bermainÂ
Masih tetap duduk manis di pojok taman itu
Menunggu pertanyaan sang buah hati
Bolehkah ku membeli eskrimnya, bu ?
Anak berbaju biru itu nampaknya memasang jurus terbaiknya, sang ibu mengangguk
Hingga akhirnya dengan cepat ia merobek dan menjilat eskrim vanilanya
Tapi, tunggu....
Bagaimana dengan anak berbaju pink itu ?
Nampaknya sang ibu tak membolehkannya membeli eskrim
Dan dengan lembut dituntulah iaÂ
Sang ibu nampak mengeluarkan sebotol susu coklat hangat
Wajah sang anak yang cemberut perlahan menampakkan senyumannya
BegitulahÂ
Layaknya harapan dalam kehidupan
Tatkala menginginkan sesuatu
Terdapat dua jawaban yang sebenarnya memberi makna
Ketika kau ingin dan dibolehkan-Nya
Maka kau boleh miliki apa yang kau mau
Dan ketika kau  ingin dan tak dibolehkan-Nya
Maka kau tak boleh dan miliki apa yang kau mau
Namun tunggu....
Kau kan dituntun dengan lembut oleh-Nya
Menuju kejutan tak terduga yang sudah disiapkan
Yang sebenarnya itulah jawaban terbaik untuk kita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H