Mohon tunggu...
Anandya Dara Putri Setiawan
Anandya Dara Putri Setiawan Mohon Tunggu... Psikolog - Psikologi - Mercu Buana

Anandya Dara Putri Setiawan 461212010054 Psikologi - Mercu Buana

Selanjutnya

Tutup

Healthy

TB 1 - Pentingnya berpikir positif untuk kesehatan fisik dan mental

12 Oktober 2023   23:48 Diperbarui: 17 Desember 2023   14:16 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama: Anandya Dara Putri Setiawan 

NIM: 46121010054

Dosen Pengampuh: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak 

Mata Kuliah: PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB (Jum'at, 07.30-09.10, B-302)

Pengertian Berpikir Positif

Berpikir positif merupakan ketika kita merasa gelisah tetapi juga mrasa senang yang lebih dominan dibanding gelisahnya. Dengan berpikir positif juga hidup akan terasa lebih tenang, karena kita tidak memikirkan sesuatu yang buruk, kita akan selalu berpikir tentang ha-hal baik. Berpikir positif juga dapat membantu kita dalam meredakan stres, tidak memikirkan hal negatif, dan membuat kita lebih optimis ketimbang pesimis. 

Ternyata berpikir positif merupakan hal yang memiliki banyak manfaat, dengan berpikir positif membuaut kita lebih tenang karena kita tidak mengalami stres yang tidak semestinya dipikirkan. Dengan berpikir positif kita juga akan senaniasa lebih brsyukur, lebih sering tersenyum, memiliki pemikiran yang terbuka, sikap selalu optimis, dan menjadi pusat perhatian karena aura yang dipancarnya cenderung aura-aura positf yang membawa perasaan bahagia pula untuk orang disekitar.

Dengan berpikir positif tentunya sangat berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental, orang yang berpikir positif akan lebih memiliki resiko rendah untuk terserang penyakit jantung maupun penyakit lain yang disebabkan oleh peradangan. Seseorang yang sedang sakit namun tetap berpikir positif juga cenderung akan lebih tekun untuk melakukan pengobatan, sehingga mereka akan lebih cepat pulih.

Berpikir positif sangat megurangi terjadinya stes, sehingga dapat mencegah depresi yang sering kali disebabkan oleh pikiran-pikiran negatif, dan yang lebih menguntungkan lagi dari berpikir positig ialah dapat memperlambat penuaan dan memperpanjang harapan hidup.

Jika terasa sulit untuk merubah pola pikir negatif menjadi positif, kita dapat melakukan bberapa cara, diantaraya; Menyadari kesadaran diri trhadap pola pikir yang negatif, gunakan afirmasi positif atau memberi kalimat-kalimat support yang positif, kelola dan atur emosi, carilah inspirasi dari sumber positingan seperti misalnya menonton siaran yang mengandung motivasi untuk kita, dan yang terakhir adalah fokus pada pengalaman positif seperti kita coba flash back pengalaman positif apa yang sudah kita lakukan atau kita dapatkan dan di terapkan kembali dikehidupan yang sekarang dan selanjutnya.

Pikiran negatif yang sering muncul dapat menimbulkan stres, kecemasan obsesif atau depresi. Sumber Masalahnya adalah cara berpikirnya negatif terhadap diri sendiri, lingkungan dan permasalahan sebenarnya yang dihadapi merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup, sehingga individu membutuhkannya mengantisipasinya (Stallard, 2005). Wicaksana (2005) menambahkan kondisi tersebut Stres bisa terus menjadi suatu kelainan mental dan perilaku, tetapi bisa juga bukan karena tergantung kuat lemahnya kondisi mental atau kepribadian seseorang. Banyak kasus stres muncul karena ketidakmampuan individu untuk mengatasinya sumber stres ini.

Stres merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari di kampus. Stres yang dirasakan oleh siswa dapat disebabkan oleh berbagai sebab. Pemanah dan Carroll (2003) mengatakan bahwa kompetisi harus untuk melakukan, dapat menyebabkan stress untuk siswa. Penyesuaian internal perguruan tinggi, kehidupan sosial dan tanggung jawab Tanggung jawab pribadi adalah bagian dari pekerjaan yang juga membuat takut para siswa. Kesulitan pekerjaan rumah siswa mungkin menjadi sumber utama stres.

Stres menurut Bartsch dan Evelyn (2005) merupakan sebuah ketegangan, sebuah beban yang menarik seseorang dari mana saja, tekanan yang dirasakan ketika dihadapkan pada tuntutan atau harapan mempertanyakan kemampuannya mengatasi atau mengelola kehidupan. Di dalam Pemahaman ini jelas diperlukan strategi untuk mengelola stress seseorang dapat melanjutkan hidupnya sehat. Ketika individu mengalami stres sering kali tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi atau menerapkan strategi benar, jadi itulah masalahnya permasalahan yang dihadapinya tidak dapat terselesaikan. Menurut Shenoy (2004), persyaratannya terhadap siswa bisa jadi sumber stres yang potensial. Sumber stress yang berpotensi memicu stress terkait dengan peristiwa akademik (stres akademik) atau peristiwa psikologis, dalam tingkat keparahan tinggi bisa bahkan menghilangkan tingkat resistensi tubuh Tragisnya, hal ini bisa berujung pada tindakan brutal (anarki) atau bunuh diri nekat. Menekankan sebaliknya ia melampaui tahap tertentu akan dikelola sebaik mungkin menimbulkan berbagai masalah bagi siswa (Romas dan Sharma, 2004).

Manajemen stres umumnya dikaitkan dengan strategi penanggulangan. Untuk menghadapi membantu individu menghilangkan, mengurangi, mengatur atau mengelola stress apa yang dia jalani. Mengatasi dianggap sebagai faktor penyeimbang upaya individu menjaga penyesuaian diri dalam menghadapi situasi tertentu dapat menyebabkan stres (Billing & Moos, 1984). Manajemen dengan pendekatan Restrukturisasi kognitif disebut terapi kognitif diusulkan oleh Beck, siapa bertujuan untuk mengubah pola pikir yang tidak pantas. Pendekatan lain yang dikembangkan oleh Meichenbaum disebut pelatihan inokulasi stres. Pelatihan ini dirancang untuk memperoleh keterampilan untuk mengurangi stres internal mencapai tujuan pribadi (Sarafino, 1998). Peale (1996) mengemukakan bahwa perjuangan utama untuk mencapai kedamaian mental adalah upaya untuk berubah pendirian. Menurutnya, berpikir positif adalah aplikasi langsung dan praktis teknik spiritual untuk mengatasi kekalahan dan mendapatkan kepercayaan diri dan menciptakan suasana yang mendukung evolusi hasil positif.

Penelitian Widuri (1995), Siswanto, (2002) dan Lerik, (2004) mengungkapkan bahwa sumber stres yang biasa dihadapi siswa adalah: (1) Tinggi badan persyaratan akademis. Siswa dipertimbangkan sudah dewasa dan harus belajar mandiri. Bahkan tugas kuliah mengandung petunjuk yang rumit dan waktu yang terbatas dan tingkat kesulitannya cukup tinggi situasi yang terjadi mungkin mengancam integritas individu, (2) Perubahan lokasi istirahat, dari mereka yang tinggal bersama orang-orang tua untuk tinggal bersama orang lain. Misalnya, pensiun, kontrak atau tempat tinggal tempatmu. Di sini yang dimaksud dengan pelajar harus belajar mengurus kebutuhannya sendiri, mengelola keuangannya sebaik mungkin, dan menentukan prioritas berdasarkan kebutuhannya secara tepat, (3) Pergantian teman-teman mengikuti gerakan tersebut tempat tinggal atau tempat belajar, perubahan hubungan kepegawaian menjadi yang paling fungsional. Pengaturan di perusahaan orang-orang muda, mencari teman baru dan menjajaki peluang baru dalam beraktivitas, (4) Perubahan kebudayaan asal dengan kebudayaan tempat tinggal baru. Menyesuaikan dengan masyarakat sekitar dan standar yang berlaku, (5) Penyesuaian dengan spesialisasi yang dipilih. Bagi mereka yang Saya menyukai pilihannya dan menganggapnya cocok dan tidak ada kesulitan dalam mengikutinya kelas tidak akan menyebabkan masalah penting. Sedangkan untuk siswa yang merasa “berada di sektor yang salah”, tidak cocok, Anda mengalami kesulitan menghadiri kelas akan menghasilkan masalah besar, (6) Mulailah berpikir dan mempersiapkan karir yang Anda inginkan diambil dan mencari pekerjaan sesudahnya gelar nanti. Stresor yang ada bisa menjadi tekanan hidup dan memicu stress kepada siswa.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa stres terjadi pada siswamadalah ketegangan atau beban yang dirasakan siswa akibat tuntutan akademik, lingkungan sosial budaya, dan penyesuaian pribadi dan sosial sebagai siswa.

Pelatihan adalah sebuah upaya mengajarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk melaksanakannya pekerjaan yang berhubungan tugas-tugas tertentu (Troelove, 1995). Berpikir positif adalah keterampilan kognitif yang dapat dipelajari melalui pelatihan. Pada prinsipnya melalui pelatihan berpikir positif ini diharapkan subjek mengalami proses pembelajaran keterampilan kognitif dengan memvisualisasikan peristiwa yang dialaminya. Kebebasan (2004) dari kesimpulan penelitiannya bahwa berpikir positif mempunyai peran dapat mengarahkan individu untuk menerima keadaan yang kita hadapi dengan cara yang lebih positif.

Materi pelatihan berpikir positif dalam penelitian ini berupa bahan yang tercakup dalam aspek berikut ini: (a) Kepuasan hidup yaitu bagaimana individu merasa puas dengan hidupnya, (b) Harga diri. Harga diri memimpin pada perasaan percaya diri pada kualitas diri sendiri dan menerima karakteristik pribadi Anda dan (c) optimisme. Poin optimisme dalam kemampuan melihat harapan kesuksesan masa depan (Caprara & Steca 2006). Pelatihan berpikir positif diterapkan pada lembaran bahan untuk memerangi pikiran negatif yaitu; (gelas mata hitam; individu hanya melihat sesuatu secara negatif, apapun yang terjadi, (b) Jangan berasumsi ada apa pun positif; mengevaluasi pengalaman yang positif itu tidak penting dan anggap itu hanya keberuntungan saja, (c) Membesar-besarkan visi masalah satu hal kecil yang buruk menjadi lebih buruk kenyataan, (d) Memprediksi bahwa hal-hal buruk akan terjadi, yaitu: pembaca pikiran; berpikir bahwa dia sendiri mengetahui apa yang dipikirkan orang lain dan Peramal berpikir bahwa dirinya sendiri Saya tahu apa yang akan terjadi (Stalard, 2005). Dalam penelitian ini, pelatihan berpikir positif digunakan dengan berbagai cara Pendekatan ini akan lebih efektif dibandingkan hanya menggunakan satu pendekatan saja model yang berpotensi menimbulkan kebosanan di kalangan peserta. Dalam modul ini disusun, materi yang diperuntukkan bagi peserta digabungkan dengan berbagai kegiatan alam ini menyenangkan. Modul dikemas dalam berbagai bentuk penyajian dengan tayangan menarik disertai dengan diskusi, memecahkan kaca, permainan, berbagi, permainan peran sosiodrama, pemutaran klip video menarik, menonton film, mendengarkan musik, mengerjakan PR peserta, menyanyi, menari atau aktivitas lainnya.

Berdasarkan teori dan berbagai data penelitian yang dijelaskan di atas, Oleh karena itu, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: “Pelatihan berpikir positif efektif dalam mengurangi tingkat stres di kalangan siswa. Pita peneliti yang menerima pelatihan mengalami penurunan tingkat stres dibandingkan dengan kelompok kontrol tidak menerima pelatihan. metode Variabel Variabel penelitian ini adalah pelatihan berpikir positif sebagai variabel bebas (variabel bebas) dan kendala pada siswa sebagai variabel terikat (variabel tak bebas).

Pada masa remaja, Anda mengalami berbagai perubahan baik secara fisik maupun sosial. serta mental. Hal ini menyebabkan peningkatan tuntutan lingkungan pada diri sendiri. Remaja mengalami krisis identitas dimana krisis identitas ini dapat mengakibatkan kurangnya pengenalan dan pemahaman terhadap diri sendiri, sehingga mengakibatkan kurangnya ketelitian dalam menilai diri dan kemampuannya, hal ini yang pada akhirnya dapat menimbulkan perasaan kurang percaya diri. (Masrun dan Martaniah, 2012).

Rasa percaya diri merupakan sebuah kebutuhan bagi setiap individu. Jika remaja mempunyai rasa percaya diri, maka ia siap menghadapi dinamika kehidupan yang penuh tantangan. Sikap percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri dan tidak menyembunyikan kelemahan diri, dapat mengantarkan remaja menjadi sosok manusia dewasa yang sukses dan mandiri (Hawari, 2016). Individu yang memiliki rasa percaya diri yang rendah merupakan individu yang pesimistis. Perasaan seseorang dikendalikan oleh pendapat yang diterima individu dari lingkungannya. Hal ini terlihat pada sebagian remaja yatim piatu, dimana sebagian remaja menerima opini negatif dari sebagian remaja. lingkungan sekitar remaja yatim piatu dan percaya akan kebenaran ini.

Menurut Lauster (2012), rasa percaya diri adalah suatu sikap atau perasaan percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak perlu khawatir dalam setiap tindakannya, dapat leluasa melakukan hal-hal yang disukainya dan apa adanya. bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambil, hangat dan sopan dalam pergaulannya dengan orang lain. Rini (2012) memaparkan ciri-ciri percaya diri yang paling lemah adalah: (a) menunjukkan perilaku menyesuaikan diri agar dapat diakui dan diterima oleh orang lain atau kelompok tertentu; (b) takut atau mengkhawatirkan dalam dirinya tentang penolakan orang lain; (c) sulit menerima kekurangannya sendiri; (d) sifat pesimistis; (e) takut gagal; (f) menolak pujian tulus dari orang lain; (g) mudah pasrah pada nasib; (h) selalu menempatkan diri pada posisi terakhir.

Ketika seseorang mempunyai pikiran yang positif maka ia akan mempunyai rasa percaya diri terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Melalui pikiran positif, seseorang menjadi lebih mau mencoba hal baru dan mencoba berbagai hal. peluang (Asmani, 2009). Pikiran positif adalah pikiran yang dapat membangun dan menguatkan kepribadian dan karakter. Ini juga berarti kita bisa pribadi yang lebih dewasa, lebih berani dalam menghadapi tantangan dan melakukan sesuatu dalam keadaan sehat (Sakina, 2008).

Menurut Pangastuti (2014), pelatihan berpikir positif merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis dengan mengacu pada pedoman yang dikembangkan dari teori yang ada. Hal ini akan menginspirasi individu untuk memperoleh keterampilan menyajikan pengalaman secara lebih utuh, sehat, berdasarkan realitas yang ada, penuh kreativitas dan bersifat holistik, sehingga dapat menumbuhkan dan memaksimalkan energinya untuk memberikan rasa percaya diri dalam menyikapi rangsangan sehingga individu punya harapan. untuk memperoleh hasil yang terbaik sesuai dengan tujuan hidupnya. Pada prinsipnya melalui Dengan adanya pelatihan berpikir positif ini diharapkan subjek mengalami proses pembelajaran keterampilan kognitif dengan memvisualisasikan peristiwa yang dialaminya.

Apasih pentingnya berpikir posistif?

Dengan kita berpikir posistif dapat membuat kita untuk lebih fokus melihat kebaikan dalam situasi apapun. Nah, karena kita berpikir positif itulah akan membuat kita terhindari dari hal negatif dan pengaruh buruk lainnya. Sehingga, membuat kita tidak hanya sehat mental, tetapi juga membuat kita kuat secara fisik.

Manfaat berpikir positif selain dari menyehatkan fisik dan mental, ternyata berpikir positif juga dapat membuat kita mendapatkan kesatan sosial. Pikiran yang positif bisa meningkatkan kepercayaan diri yang pada akhirnya membentuk hubungan positif dengan orang lain. 

Sebenarnya berpikir positif itu dapat membuat hidup kita lebih bahagia loh! Karena kita akan merasa lebih senang, bahagia, tenang, damai, gembira ria, suka cita, tertawa, dan tersenyum.

Beberapa manfaat lain dari berpikir positif:

1. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

2. Memelihara kesehatan jantung

3. Resiko stroke lebih rendah

4. Menurunkan resiko serangan jantung

5. Harapan hidup lebih panjang

6. Mningkatkan toleransi nyeri

Selalu berpikir positif juga dapat membuat hubungan kita dengan orang laim lebih terjaga dan hrmonis. Hal itu disebabkan karena kita tidak memiliki pikiran negatif seperti rasa curiga, iri, dan dengki yang dapat membuat konflik. Para peneliti pula telah memperlihatkan orang yang optimis san berpikir positif lebih sanggup menghadapi stres. Maka lebih kecil mnegalami depresi karena dapat menyesuaikan diri dengan kadaan.

Namun terlalu berpikir positif jua bukan hal bagus, dibalik kelebihan yang terdapat dari berpikir positif  ternyata juga ada kekurangannya dari berpikir positif, diantaranya sebaagai berikut:

1. Mudah ditipu

https://pin.it/720FzPj
https://pin.it/720FzPj
tidak semua orang di dunia sebaik yang kita kira. Sehingga dari sikap kita yang selalu berpikir positif bisa jadi menjadi sasaran empuk orang-orang yang tidak bertanggung jawab unuk menipu kita. Makanya penting juga untuk memiliki rasa was-was dan curiga terhadap orang yang tidak kita kenal dengan baik.

2. Gampang menjadi korban sakit hati 

https://pin.it/FEBYCZs
https://pin.it/FEBYCZs
khususnya dalam hal percintaan jika kita terlalu berlebihan dalam berpikir positif bisa jadi kerugian buat kita. Salah satunya jika kita tidak mempermasalahkan ketika pasangan kita mengabaikan suatu hal dan kita tidak memperdulikan insting kita kalau sesuatu telah terjadi pada pasangan kita. Pada akhirnya, hal itu dapat mempengaruhi hubungan dan membuatnya berada diujung tanduk.

3. Akan sering dilanda kekecewaan 

https://pin.it/6smIyRs
https://pin.it/6smIyRs
walaupun kita berpikir positif tentunya kita juga akan menaruh harapan pada hal yang sebenarnya belum pasti. Sepeerti misalnya kita mengikuti sebuah tes kerja, saking positifnya kamu akan berpikir bahwa kamu akan diterima. Namun, pada kenyataannya kamu tidak diterima dan akhirnya kamu akan mengalami kekecewaan.

4. Akan sulit untuk menempatkan diri

https://pin.it/A9PCZwt
https://pin.it/A9PCZwt
orang yang selalu berpikir positif akan kebingungan bagaimana harus diirinya disuatu tempat baru. Lebih pandailah dalam mengkritisi suatu gal, sehingga tidak mudah menganggap bahwa segala sesuaatu itu baik.

5. Dianggap terlalu poloh dan sering dimanfaatkan

https://pin.it/6GmJPsT
https://pin.it/6GmJPsT
biasanya terjadi dalam lingkungan pertemanan atau bahkan keluarga, jika terlalu berpikir positif orang lain akan lebih mudah memanfaatkan diri kita. Selalu mengtakan iya pada seegala hal permintaan tlong karena merasa kamu perlu mmelakukan itu, adalah suatu tindakan yang sangat amat konyol.

Nah! Jadi yang mestinya kita lakukan adalah tetap berpikir positif namun dengan tetap memperhaatikan konteksnya. Seperti kita harus lebih pandai memilah dan memilih apa saja yang boleh kita menempatkan diri kita untuk berpikir positif agar tidak terjadi seperti penjelasan di atas.

Hubungan antara Berpikir Positif dengan Harga Diri 

Berpikir positif diartikan sebagai istilah umum untuk keseluruhan sikap yang tercermin dalam pemikiran, perilaku, perasaan, dan ucapan yang dapat mendorong kesuksesan. Sejalan dengan pendapat Awalya (2013), berpikir positif melibatkan proses menggabungkan pikiran, kata-kata dan gambaran yang konstruktif dan pada akhirnya dapat mendatangkan kebahagiaan, kegembiraan, kesehatan dan kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan. Dengan kata lain, berpikir positif dapat mendorong perkembangan pikiran seseorang, serupa dengan pendapat Naseem dan Khalid (2010), bahwa berpikir positif melihat suatu situasi dari sudut pandang yang baik, menjadikan seseorang lebih konstruktif dan kreatif. Apabila sikap dan pikiran seseorang diarahkan ke arah yang positif, maka bukan tidak mungkin lagi seorang individu dapat menjadi seseorang yang berani tampil beda. Segala sesuatu yang dilihatnya akan menghasilkan ide-ide positif yang akan memperkuat rasa percaya dirinya.

Harga diri penting bagi individu. Coopersmith (Putri, 2015) menyatakan bahwa harga diri merupakan hasil yang diperoleh dari introspeksi diri individu itu sendiri, dengan keyakinan penuh pada dirinya sendiri, dapat menyelesaikan pekerjaannya dan menemukan solusi terhadap masalah dan individu menilai diri mereka berharga menurut standar individu. Dengan ini, tidak semua pekerja bekerja memiliki harga diri yang baik, misalnya pada kalangan pekerja yang bekerja sebagai penyapu.

Pendapat lain mengenai harga diri menurut Srisayekti dan Setiady (2015) yaitu unsur penting bagi terbentuknya konsep diri seseorang, dan nantinyamempunyai dampak yang luas terhadap sikap dan perilaku individu. Harga diri adalah satu hal yang penting karena menyangkut eksistensi individu sebagai manusia direfleksikan secara verbal dan nonverbal, disadari dan tidak disadari kehidupan sehari-hari (Tajuddin, 2019).

Salah satu hal yang dapat mempengaruhi harga diri adalah berpikir positif. Berpikir positif adalah suatu proses melihat apa yang dilihat dan dirasakan dari sudut pandang yang baik dan selalu berpikir positif terhadap diri sendiri (Sabati, 2010). Jarrar (2013) berpendapat bahwa berpikir positif adalah pendekatan kepedulian keseimbangan yang tepat dalam mengenali masalah adalah sebuah pendekatan terintegrasi seumur hidup, fokus pada sisi positif dalam situasi apa pun daripada berfokus pada hal-hal negatif. Dengan cara ini, sangat untuk mempromosikan gaya hidup ideal bagi individu. Memikirkan Menurut Komarudin (2016), positif selalu merupakan pilihan terbaik bagi individu menciptakan hasil yang positif dan membuat individu lebih dewasa dan stabil menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan.

Berpikir  positif menurut Awalya (Swandono, 2018) adalah sebuah proses pencantuman pemikiran, gambaran, dan kata-kata yang relevan yang pada akhirnya dapat menimbulkan kebahagiaan, kesehatan dan kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan individu. Menurut Farjantoky (2018), berpikir Pikiran positif merupakan pikiran yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan setiap orang hari, sehingga akan mempengaruhi kehidupan individu di masa depan. Individu Mereka yang mempunyai semangat hidup untuk mencapai tujuannya adalah orang-orang yang mempunyai pola pikir yang positif.

Aspek berpikir positif mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Albrecht (Machmudati & Diana, 2017) mencakup empat aspek, antara lain a). harapan positif (harapan positif) melibatkan fokus pada hal-hal yang ada hal-hal positif seperti optimisme, kesuksesan, mengusir rasa takut dan kegagalan dalam diri sendiri dan pemecahan masalah, dan selalu terapkan pada pola pikir Anda setiap saat, terapkan kata-kata yang baik untuk membangkitkan hasrat individu, b). Ketegasan adalah tentang memfokuskan kekuatan yang Anda miliki individu menggunakan pemikiran lebih baik daripada masing-masing individu. Individu lain tidak setara dalam hal positif dan negatif yang dimilikinya, c). TIDAK berbicara tentang judgement (pernyataan yang tidak menghakimi) menunjukkan bahwa individu bertindak apa adanya tanpa menyembunyikan kelemahan Anda, bersikaplah fleksibel dan tidak menunjukkan ketertarikan berlebihan terhadap pendapat, d). realitas adaptasi (penyesuaian terhadap kenyataan), Ikhlas menerima keadaan membiasakan diri dengan keadaan, menolak pikiran negatif perasaan menyesal, depresi dan menyesali perbuatannya, serta mencoba untk tidak menyerah untuk menghadapi rintangan secara lapang dada.

Wibawa (2010) menyatakan bahwa berpikir positif membentuk sikap positif. menghadapi keadaan yang tidak menyenangkan secara rasional, jangan mudah menyerah atau menghindari masalah tetapi mencoba mencari solusi. Setuju penelitian yang dilakukan oleh Deasy, Astuti dan Budiyani (2020) yaitu pelatihan pola pikir positif terhadap individu dapat meningkatkan harga diri sehingga membuat individu yakin akan kemampuannya untuk berhasil dan menyadari bahwa individu itu berharga. Penelitian sebelumnya oleh Putra, Suroso dan Meiyuntariningsih (2019) menyatakan bahwa berpikir positif berpengaruh meningkatkan harga diri individu. Orang yang mengikuti pelatihan refleksi positif, untuk lebih memaknai hidup dan tidak malas dalam menjalaninya aktivitas sehari-hari agar bisa menjadi lebih baik lagi. Sesuai dengan hasil penelitian Andini (2013) menunjukkan bahwa berpikir positif berhubungan dengan harga diri hubungan positif. Orang yang mempraktikkan pola berpikir positif juga memperoleh keuntungan pengaruh dari luar diri individu, misalnya akibat perlakuan terhadap orang lain individu. Perlakuan tidak baik terhadap individu oleh orang lain akan mengakibatkan Harga diri individu menjadi negatif. Berdasarkan penjelasan di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara berpikir positif dan harga diri pegawai penyapu jalan di Departemen Lingkungan Hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun