Cerita itu, kata ayah, bukan sekadar soal makanan. Itu tentang bagaimana kakek , yang hanyalah pendatang di negeri ini di dampingi nenekku, belajar bertahan dan beradaptasi. "Kita ini seperti bandeng," kata ayah. "Melawan arus, tapi selalu menemukan jalan untuk bertahan."
Aku tak pernah lupa cerita itu. Namun, apa yang benar-benar membuatku paham maknanya adalah kejadian yang terjadi beberapa tahun lalu, saat aku masih SMP
Waktu itu, ayah mendapat tawaran besar dari seorang pengusaha Jakarta. Mereka ingin membeli hak merek toko kami. Jumlah uang yang mereka tawarkan sangat besar, cukup untuk membuat keluarga kami hidup nyaman tanpa harus bekerja lagi. Aku ingat Mama sangat antusias dengan tawaran itu.
"Tapi kenapa tidak diambil saja, Yah?" tanyaku.
Ayah hanya menggeleng. "Bandeng Presto Tjandra bukan sekadar bisnis, Nduk, Ini warisan keluarga kita. Filosofi yang harus kita jaga."
Aku tidak sepenuhnya mengerti, tapi ayah menolak tawaran itu. Dan ternyata, keputusan itu membawa masalah. Pengusaha tersebut, merasa tersinggung, mulai membuka toko bandeng presto di Jakarta dengan resep yang mirip. Bahkan, mereka mengiklankannya besar-besaran, mengklaim bahwa merek mereka adalah yang asli.
Aku ingat bagaimana Mama menangis malam itu. Omset toko kami menurun drastis karena orang-orang percaya bahwa toko baru itulah yang asli. Tapi ayah tidak pernah menyerah.
"Gonggongmu tidak menyerah, dan aku juga tidak akan menyerah," paparnya tegas.
Malam itu, untuk pertama kalinya, aku melihat ayah membuat keputusan yang sulit. Ia mengundang semua pegawainya untuk makan malam di rumah. Dengan nada yang teguh, ia menympaikan bahwa ia akan membawa Bandeng Presto Tjandra kembali berjaya, meskipun harus mulai dari awal lagi.
"Kita seperti bandeng," katanya di depan semua orang. "Kita berenang melawan arus, tapi kita akan sampai ke tempat yang kita tuju."
Aku tidak tahu dari mana ayah mendapatkan kekuatan sebesar itu. Tapi ternyata, ia benar. Perlahan, pelanggan lama mulai kembali. Mereka tahu rasa bandeng presto ayahlah yang paling asli, yang paling otentik. Mereka tahu kerja keras yang ada di balik setiap potong bandeng yang kami jual.