Mohon tunggu...
Aisyah KimberlyMaroe
Aisyah KimberlyMaroe Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengatasi Problematika Pembelajaran Sastra dengan Mengapresiasi Sastra

20 Juni 2022   14:39 Diperbarui: 20 Juni 2022   14:48 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Konsep pembelajaran yang menyenangkan selalu menonjol dalam dunia pendidikan. Konsep ini didasarkan pada interaksi edukatif antara guru dan siswa. Sebagai orientasi interaksi pendidikan, praktik  konsep ini dinilai cocok untuk mencapai proses dan hasil belajar yang maksimal. Semua guru mata pelajaran disarankan mendesain pembelajaran dengan metode yang menyenangkan dan menanamkan kerinduan, niscaya pelajaran sastra selalu dinantikan oleh para siswa (Sayuti, 2017). 

Agar siswa selalu merindukan kehadiran pelajaran sastra hal berikut perlu diperhatikan. (1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuka diri terhadap pengalaman baru melalui karya sastra, bukan sastra. (2) Mendorong siswa untuk berpikir secara fleksibel dengan  melibatkan mereka dalam persepsi bahwa sastra adalah dunia kesadaran reflektif; (3) sediakan peluang kebebasan yang besar kepada para siswa dalam mengemukakan pandangan sesuai dengan pilihan bahasa mereka sebagai "wilayah pribadi"; (4) dorong dan kembangkan daya imajinasi siswa karena pencarian alternatif baru hampir selalu dimulai dengan memberdayakan imajinasi, dan "imajinasi yang baik niscaya berbasis realitas". 

Cara pandang baru tentang pendidikan sastra di sekolah perlu membimbing siswa untuk memulai sastra dengan cara yang menyenangkan, menghibur dan membahagiakan. Siswa membaca  puisi, cerpen, novel, drama, esai dan karya sastra lainnya secara langsung. 

Kelas mengarang harus diselenggarakan secara menyenangkan, dan ketika membicarakan karya sastra aneka ragam tafsir harus dihargai, serta pengetahuan tentang sastra baik teori, definisi, sejarah tidak utama.

Paling penting, pengajaran sastra mestilah mendidik karakter pelajar, membangun perilaku siswa, serta menyemai nilai-nilai luhur dan sifat akhlak mulia pada siswa (Ismail, 2003).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun