Kesepakatan tersebut diwujudkan pada tahun 2018 oleh Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia  di Afghanistan, Kabul, bekerja sama dengan Pemerintah  Kabul dan Herat untuk menyelenggarakan simposium dan pameran. Pameran tersebut mengundang perwakilan  komunitas wirausaha perempuan di Afghanistan. Produk potensial yang dibawa oleh komunitas bisnis 4.444 wanita Afghanistan antara lain saffron dan  turunannya, buah-buahan kering, kerajinan kulit dan perhiasan, serta industri ringan seperti pengrajin minyak parfum. Program pemberdayaan  sudah mulai menelurkan pengusaha perempuan baru, namun dampak konflik yang berlarut-larut membuat pengusaha dan pengrajin kesulitan  mengirimkan produk untuk bersaing di tingkat regional di Asia Tengah.
Upaya lain adalah meningkatkan peran ulama  Afghanistan dalam  negosiasi dan negosiasi untuk mengakhiri konflik dan mewujudkan perdamaian. Upaya ini tercermin dalam Konferensi Nawallatul Ulama Afghanistan, yang diadakan secara rutin  setiap tahun di Kabul, ibu kota Afghanistan. Tidak hanya ulama laki-laki, tetapi juga  ulama  Afghanistan berpartisipasi dalam konferensi Ulama ini untuk kerjasama. Para penerima beasiswa ini tidak hanya berasal dari Kabul, tetapi juga  dari berbagai negara bagian di Afganistan dan didampingi oleh perwakilan dari Kedutaan Besar Republik Indonesia. Konferensi Ulama bertujuan untuk mendukung penuh upaya  Indonesia membangun perdamaian, rekonsiliasi dan  stabilitas di Afghanistan.
 Yang tampak dari upaya tersebut adalah bahwa rangkaian praktik  diplomasi yang diterapkan Indonesia di Afghanistan adalah konsep  soft power diplomacy. Diplomasi soft power ini dijelaskan lebih rinci oleh Alexander Vuving (2009) dalam tiga komponen soft power diplomacy. Ketiga faktor tersebut adalah :
- Beauty : Hubungan antara karakteristik seorang aktor yang memiliki ide, nilai dan visi. Hal ini bermula dari kecenderungan manusia untuk bekerja  dengan visi dan misi yang terkoordinasi. Konsep ini dapat diterjemahkan sebagai negara yang sukses dan menunjukkan bahwa ide-ide sukses di negara Anda layak untuk diperjuangkan di negara lain. Secara tidak langsung, negara-negara lain juga  terpanggil untuk bersama-sama memperjuangkan ide dan nilai tersebut. Dalam hal kerja sama Indonesia-Afghanistan dalam pemberdayaan perempuan, adalah  pertukaran kunjungan pemimpin perempuan antara Indonesia dan Afghanistan, yaitu kunjungan Ibu Negara Indonesia dan Ibu Negara Afghanistan dengan Menteri Luar Negeri Indonesia. , Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia dan Menteri Penerangan dan Kebudayaan Indonesia. Pertukaran kunjungan ini merupakan upaya untuk menciptakan suasana perdamaian dan stabilitas di Afghanistan dengan menekankan peran perempuan dalam  perdamaian dan proses pembangunan pasca  perdamaian.
- Brilliance : Konsep ini diturunkan dari kinerja dan hasil  melakukan sesuatu. Kecemerlangan dapat mendorong pujian dari pihak lain atas hasil yang  dicapai. Hal ini tergambar dari komitmen Indonesia dalam pemberdayaan perempuan di Afghanistan yang dapat menciptakan solidaritas perempuan Afghanistan-Indonesia yang dipimpin oleh AISWN atau  Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi. kelas
- Benignity : Konsep ini merupakan sikap positif yang mencerminkan bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Ia bekerja atas dasar kecenderungan timbal balik yang ada dalam naluri manusia. Â Indonesia memberikan beasiswa kepada 100 siswa laki-laki dan perempuan Afghanistan untuk mendukung komitmen pemerintah Indonesia terhadap stabilitas dan perdamaian terkait pemberdayaan perempuan Afghanistan. Kuliah di salah satu universitas di Indonesia. Selain itu, Indonesia akan mendirikan lima Islamic Studies Center di Afghanistan. Pusat ini juga berfungsi sebagai madrasah bagi pria dan wanita di Afghanistan.
      Â
Kesimpulan
      Kesimpulan pada esai ini adalah upaya Indonesia dalam memberikan bantuan terhadap pemberdayaan perempuan di Afghanistan merupakan penggunaan diplomasi soft power. Melalui diplomasi tersebut, Indonesia dapat menjalankan komitmen dan upaya perdamaian dunia melalui pemberdayaan perempuan.
Referensi
Rachman MD, Arief, dkk. (2020). Diplomasi Indonesia dalam Memperkuat Komitmen Pemberdayaan Perempuan untuk Mendukung Proses Perdamaian Afghanistan. Diakses melalui https://doi.org/10.26593/jihi.v16i2.4422.259-276
Vuving, Alexander. (2009). "How Soft Power Works". Paper presented at Panel "Soft Power and Smart Power". America Political Science Association Annual Meeting: Toronto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H